Jumat, 18 Oktober 2013

ECW 2013 " Entrepreneurial Mask "

Transkrip Video Entrepreneurial MASK - Antonius Tanan
Salam Entrepreneur UC Onliners. Salam jumpa lagi.
Kita semua sudah tiba pada bagian akhir daripada pembelajaran kita Entrepreneurship Ciputra Way. UC Onliners, saya ingin berbagi sebuah kesimpulan pendek tentang apa saja yang sudah kita pelajari bersama selama tujuh minggu terakhir ini. Pak Ciputra mengatakan bahwa seorang entrepreneur mengubah kotoran dan rongsokan jadi emas dan prosesnya dijelaskan oleh beliau dalam sebuah puisi yang setiap minggu kita bahas lariknya. Dari mulai melihat tapi tidak mengerti, sampai entrepreneur itu kalau dia gagal sepuluh kali, bangkit sebelas kali.
Saya ingin menyimpulkan itu semua untuk UC Onliners. Mari kita lihat dari definisi yang paling awal yang dikatakan oleh beliau, yaitu entrepreneur mengubah kotoran rongsokan menjadi emas. Apa artinya? Seorang Entrepreneur melakukan nilai tambah yang kreatif. Menciptakan nilai tambah yang kreatif. Barang yang tidak berharga dibuatnya menjadi sangat berharga. Sesuatu yang dibuang, diubahkannya secara kreatif sehingga menjadi sesuatu yang mahal seperti emas yang dicari.
Nah, kalau seseorang memiliki keterampilan itu, kalau seseorang bisa melakukannya, apakah hanya berlaku dalam dunia bisnis? Pak Ciputra mengingatkan bahwa Tidak hanya dalam dunia bisnis, kecakapan entrepreneur, semangat entrepreneur kalau ada di dalam diri kita, kita tidak bisa kunci, kita tidak bisa hanya krangkeng dalam dunia bisnis. Beliau memperkenalkan kata GABS. Apa itu GABS?  Government, Academission, Business, dan Society. Pak Ciputra mengatakan bahwa semangat dan kecakapan entrepreneurship itu berguna untuk di pemerintahan, untuk di dunia pendidikan, untuk di dunia bisnis tentunya, dan juga di dalam kita bermasyarakat. Saya akan ambil contoh satu per satu.
Misalnya di dalam Government. Seseorang dengan jiwa dan semangat dan kecakapan entrepreneurship menjadi bupati. Maka dia akan mengubahkan kabupaten yang miskin menjadi kabupaten yang sejahtera. Dia akan menciptakan kegiatan-kegiatan dan gagasan yang kreatif sehingga kabupatan yang dulu barangkali terbelakang, kemudian bisa bertumbuh menjadi kabupaten yang sukses. Dia memiliki jiwa entrepreneur, dia seorang government entrepreneur.
Berikutnya, bagaimana kalau dia berada dalam dunia pendidikan? Menjadi dosen, menjadi guru, menjadi kepala sekolah. Sebagai contoh, dia akan mengubahkan sebuah sekolah, sebuah perguruan tinggikah yang tadinya tidak dilirik orang menjadi sebuah sekolah perguruan tinggi yang dicari orang, dicari mahasiswanya. Contoh yang lain, dia akan mengubahkan pembelajar, peserta didik, yang tanpa latar belakang entrepreneur bisa dididik sedemikian rupa sehingga menjadi entrepreneur yang hebat. Dia mengubahkan manusia yang dididiknya menjadi jauh lebih baik. Itu contoh dalam dunia pendidikan.
Berikutnya, bagaimana dengan dunia bisnis? Tentu perusahaan yang tadinya tidak ada menjadi ada dan perusahaan yang baru itu yang biasanya kecil diubahkannya menjadi besar berlipat-lipat. Seorang entrepreneur dalam dunia bisnis menciptakan usaha dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar. Itu contoh dalam dunia bisnis.
Sekarang bagaimana untuk sosial? Seseorang dengan semangat, dengan kecakapan entrepreneur mau memutuskan, saya akan berkarya di masyarakat, saya akan melakukan hal-hal yang bersifat sosial. Misalnya, dia berkarya di komunitas masyarakat yang tinggal di daerah pulau. Sebagai contoh, apabila dia memiliki semangat dan kecakapan entrepreneurship, dia akan mengubahkan daerah kumuh itu menjadi daerah wisata. Kita memiliki sebuah contoh ini bukan? Di Jogja, kalau anda datang ke Kali Code tiga puluh tahun yang lalu itu daerah kumuh. Sekarang menjadi daerah wisata.
UC Onliners, apa yang menyamakan itu semua? Government entrepreneur, academission entrepreneur, dan business entrepreneur, dan sosial entrepreneur. Semuanya memiliki daya ubah yang kreatif. Semuanya mengubah sesuatu atau sekelompok orang yang tadinya dianggap tidak berharga menjadi sangat berharga, menjadi sangat bernilai. Daya ubah yang kreatif itulah, itulah jiwanya entrepreneur. Jadi, kalau anda selama tujuh minggu ini sudah belajar entrepreneurship dan anda ingin mempraktikannya, tidak perlu tunggu kapan anda punya PT, kapan anda akan punya toko untuk mempraktikkannya, tidak perlu tunggu. Anda bisa mempraktikan untuk diri sendiri. Jadikan hidup kita ini sendiri sebuah laboratorium entrepreneurship anda. Inovasikan hidup kita, inovasikan kegiatan-kegiatan anda, Inovasikan cita-cita anda. Buatlah sebuah impian masa depan yang begitu indah, yang menantang anda berinovasi. Dan berpikir, bertindak, berdiskusi. Cari terus strateginya sedemikian rupa sehingga hidup anda sendiri menjadi sebuah contoh inovasi. Hidup anda sendiri sebuah contoh produk entrepreneurship.
Nah, untuk bisa mencapai itu semua tidak cukup hanya belajar dan lewat pengetahuan. Belajar entrepreneurship bukan sekedar belajar to know untuk tahu, tetapi harus belajar untuk to do dan to be. To be Entrepreneur. Bukan hanya pikirannya, tapi juga harus hatinya. Harus semua ada dalam dirinya memiliki ciri-ciri seorang entrepreneur .Kami menyebutnya dengan konsep MASK. “M”nya apa? Mindset, “A”nya apa? Attitude, lalu “S”nya apa? Skill, dan terakhir Knowledge. MASK. Mindset, Attitude, Skill, and Knowledge. Keempat-empatnya harus mengalami perubahan menjadi entrepreneurial. Untuk itu harus berlatih setiap hari. Untuk itu belajar terus.
Nah, UC Onliners,  Pembelajaran kita yang tujuh minggu bukanlah yang pertama dan yang terakhir. Kami sudah mempersiapkan seri yang kedua. Perhatikan dan ikut terus dan tentu pelajari terus, praktikkan sehingga  kita semua memiliki “MASK”nya seorang entrepreneur sejati. Mari terus belajar bersama kami UC Onliners. Terimakasih atas perhatian anda. Sukses untuk anda. Salam entrepreneur..

Sabtu, 05 Oktober 2013

ECW 2013 " Determinations "

Transkrip video Determinasi dari Pak Ciputra

Kenapa determinasi itu penting? Sejak kapan Pak Ciputra memiliki determinasi yang tinggi?
Baiklah. Saya sangat berbahagia. Senang sekali untuk dapat bertemu dengan UC Onliners. Dan topik pada hari ini adalah tentang determinasi. Tapi sebelum itu, salam dulu, Salam Entrepreneur untuk pada Onliners. Semoga anda selalu sukses dalam perjalanan anda untuk menjadi entrepreneur yang sejati.
Nah, hari ini kita akan bicara tentang determinasi atau suatu tekad, suatu keinginan, suatu janji, suatu ikrar untuk melaksanankan susuatu yang mempunyai nilai sukses. Tapi lebih dari sukses adalah kalau sukses itu mempunyai arti, mempunyai nilai untuk hubungannya dengan diri kita sendiri tapi untuk orang lain juga.
Kita sebagai entrepreneur, kita ingin mempunyai cita-cita untuk berhasil. Untuk itu kita butuhkan suatu target yang kita ingin capai sebaik mungkin. Suatu tekad untuk mencapai tersebut. Nah, bagaimana supaya kita tetap bersemangat dengan tekad yang luar biasa untuk mencapai hal tersebut? Kita harus membayangkan tentang manfaat, hasilnya apabila kita mencapai hal tersebut. Beda antara manusia dan binatang. Binatang, dia hanya hidup adalah untuk saat itu saja. Dia tidak memikirkan untuk hari depan. Tapi manusia memikirkan hari depan. Jadi mempunyai wawasan. Apa yang saya akan hasilkan pada hari depan tersebut kalau tekad kita dengan determinasi yang luar biasa. Semua kita lakukan yang halal dan yang baik untuk mencapai hal tersebut.
Nah, tentu anda bertanya. Kenapa saya ingin menjadi, kenapa saya mempunyai tekad? Kenapa saya mempunyai determinasi untuk menjadi seorang entrepreneur? Dimulai pada waktu ayah saya meninggal. Meninggal dengan cara tidak wajar. Ditangkap oleh pemerintah kolonial pada waktu itu, pada tahun ’44, dimasukkan penjara. Dan meninggal di penjara tanpa sekarang saya tidak tahu di mana kuburnya. Jadi saya mau merasa pada waktu itu saya harus bangkit. Saya waktu itu umur 12 tahun. Saya harus bangkit. Itu membikin saya tekad, determinasi bahwa saya harus melawan penderitaan tersebut oleh diri saya sendiri. Nah, mulai itu saya bilang ,tidak. Untuk itu saya harus bersekolah. Saya harus bersekolah terus. Waktu itu saya umur dua belas tahun, baru kelas dua sekolah dasar. Bayangkan. Tapi, tiba-tiba datang suatu tekad bahwa saya harus bersekolah dan dengan sekolah itu saya bisa cara yang terbaik untuk mencapai sukses.
Jadi, triggernya. Ayah saya meninggal tidak wajar, saya masih muda, kita hidup marginal sekali. Nah, itu yang mendorong saya. Sekarang bayangkan, kalau saya tidak bersekolah terus, tidak menjadi arsitek, maka hidup saya akan menjadi petani yang bekerja dengan penderitaan fisik yang luar biasa. Dan hasilnya hanya cukup untuk makan. Jadi, itulah penting sekali cita-cita tersebut. Jadi, kalau anda supaya anda bisa tetap tekun dengan determinasi penuh, anda juga harus bayar hasilnya. Kalau saya jadi arsitek, maka saya keluarkan dari kemiskinan, saya keluarkan dari penderitaan, dan saya bisa turut serta membangun negara kita ini. Kita bisa membangun rumah, kita bisa membangun gedung, dan sebagainya. Kalau tidak saya akan mencangkul tanah. Nah, itu salah satu unsur-unsurnya. kita harus bayangkan supaya kita tetap setia untuk bekerja keras, untuk belajar keras.
Adakah sebuah pengalaman khusus yang hampir membuat Pak Ciputra menyerah, namun kemudian berhasil bangkit dan menang? Apa rahasianya?
Nah, saya ditanyakan, dalam keadaan apa, dalam keadaan bagaimana saya pernah hampir kehilangan determinasi? Terus terang pada waktu krisis tahun ’97-’98, saya telah mendirikan tiga grup perusahaan. Jaya Grup, Metropolitan Grup, dan Ciputra Grup. Tiba-tiba datang krisis yang luar biasa di Indonesia. Kita seolah sudah bangkrut, utang kita menumpuk, aset kita, rumah-rumah yang kita bangun tidak bisa dijual dan tidak punya harga. Seolah saya mau putus asa. Untuk itu saya mikir, Indonesia mungkin tidak tepat buat saya. Saya harus melakukan pemikiran, introspeksi, melakukan survey. Melakukan survey ke Tiongkok. Saya melakukan survey ke Amerika, saya melakukan survey ke Australia. Sebab saya seolah-olah merasa bahwa Indonesia tidak punya hari depan. Sebab waktu itu datang tiba-tiba krisis tersebut. Tapi kemudian saya mengambil kesimpulan tempat yang paling baik adalah Indonesia untuk saya bekerja terus karena tujuan saya bukan terutama untuk mencari kekayaan. Saya mempunyai hidup, mempunyai tujuan hidup bukan hanya mencari sukses, tapi hidup mempunyai nilai. Hidup mempunyai nilai berarti bisa berbuat untuk sesama manusia. Jadi saya putuskan, tidak. Saya harus tetap di Indonesia dan marilah kegagalan yang lain yang lalu itu merupakan guru yang baik. Atau pengalaman yang tertunda. Dan saya kembali bekerja keras di Indonesia dengan mempelajari, mengambil pengalaman yang lalu, apa yang salah? Ternyata kesalahan saya, saya bisa hitung satu, dua, tuga, empat, lima. Nah, saya tidak mau mengulangi lima kesalahan tersebut. Maka saya bangkit dan ternyata kami berhasil seperti sekarang ini. Kami bisa membangun gedung-gedung, bahkan lebih hebat dari sebelum krisis yang lalu.
Apa rahasia Pak Ciputra dalam menjaga semangat dan determinasi?
Nah, umpama kata tadi contoh determinasi tadi contoh pada waktu krisis. Contoh misalnya kita sekarang berada di Orchard road. Di Ciputra World 1. Kita ingin untuk maju, untuk kembali berhasil. Sebagai contoh, sejak lima puluh tahun yang lalu, lima puluh tahun yang lalu saya berkunjung ke Jepang, ke Paris, ke Singapore. Saya ingin bahwa tiap kota, ibu kota perlu salah satu jalan pariwisata dan perdagangan retail. Saya ingin seperti Jepang ada Ginza, saya ingin seperti Paris ada champs de ellise, dan Singapore ada Orchard road. Mereka itu selalu terngiang-ngiang saya ingin lakukan tersebut. Akhirnya tepat dua puluh tahun yang lalu kami ambil kesimpulan, kita akan mulai, kita memilih jalan Dr. Satrio sebagai jalan pariwisata dan retail. Mulai itulah kita membeli tanah sekitar ini. Dan sekarang terwujud apa yang telah kami tentukan keinginan lima puluh tahun yang lalu, dua puluh tahun yang lalu, yang dilakukan karena krisis, tapi kita bangkit, kita lakukan terus. Nah itu sebagai contoh determinasi.
Juga determinasi yang lain. Misalnya waktu kami sudah yakin bahwa entrepreneur adalah cara yang terbaik untuk merubah nasib bangsa, untuk menghilangkan kemiskinan, kemelaratan suatu bangsa. kami mulai promosi. Kami menghubungi beberapa pejabat pemerintah supaya entrepreneur diterapkan di Indonesia, ada kami bersyukur. Ada yang bersemangat sekali, kami bersyukur. Ada yang setuju tapi kelihatan tidak ada artinya, kami berterimakasih. Dan ada yang tidak setuju seolah-olah entrepreneur tidak perlu dilatih, tidak perlu diajarkan, kami tetap sabar saja. Tapi determinasi kita karena pikiran kita, mindset kita pada waktu kita menemui pejabat, dia setuju atau tidak setuju, kita akan jalan terus.
Nah, makanya sekarang kita ingin mengembangkan. Saya pribadi sudah turut membangun empat universitas. Kami dari Ciputra Entrepreneurship Universitas Ciputra sudah melatih lebih dari pada empat ribu dosen dan guru-guru. Bahkan sebagian kami telah kirimkan ke luar negeri. Tapi kita merasa nggak cukup. Kita rasa mesti seluruh Indonesia, kita ingin membantu menciptakan empat juta entrepreneur baru buat Indonesia. Maka kita sekarang lakukan secara online. Kita kasih gratis. Sekarang kita sesudah itu kita berusaha bagaimana supaya inkubator-inkubator diciptakan di Indonesia. Sudah kita mulai sebagai Inkubator, sekarang kita ingin scale-up. Yang tidak punya usaha, memulai usaha. Yang masih kecil menjadi menengah. Yang menengah menjadi besar. Dan yang besar menjadi Internasional. Nah, itu keinginan kita. Determinasi kita, cita-cita kita dengan penuh tekad kita akan lakukan. Dan semoga Tuhan menyertai kita sehingga cita-cita kita, determinasi kita tetap terpelihara. Ini dari kami.
Apa pesan Pak Ciputra agar pada UC Onliners, entrepreneur pemula dapat memiliki determinasi?
Kepada para UC Onliners, anda jangan takut untuk mengalami halangan-halangan. Saya mengalami begitu banyak kegagalan, bagaimana mengalami begitu banyak kekecewaan, saya hampir putus asa, tetapi saya tidak putus asa. Saya kehilangan semangat beberapa kali, tapi saya tidak putus asa. Kami mengalami kegagalan, hasilnya dengan kegagalan tersebut, dengan kekecewaan tersebut anda makin mantap. Anda seolah ditempa diri anda, ditempa hati anda, ditempa semangat anda, ditempa pikiran anda, bahkan anda makin menjadi hebat. Anda seolah diperlengkapi dengan kekuatan yang baru. Jadi, anda teruskan. Dalam sajak saya, sepuluh kali jatuh sebelas kali bangkit. Jadi, lakukan terus seperti tahun ’98. Kami seolah sudah bangkrut. Tapi sekarang kami sudah bangkit kembali. Dan jangan lupa terus berdoa kepada Tuhan.
Tuhan kiranya menyertai kita semua dan sekali lagi, salam entrepreneur.
Semoga sukses..

Transkrip video: Determinasi Diri - Nur Agustinus
Salam Entrepreneur UC Onlines. Hari ini kita akan membahas mengenai Self Determination bersama saya Nur Agustinus dari UCEO. Kita bahas mengenai apa itu determinasi diri. Seorang entreprneur harus mempunyai sifat determinan. Kita tahu determinan itu artinya menentukan. Sesuatu di mana dia itu mempunyai keinginan, dia mempunyai tujuan. Entrepreneur itu akan berusaha selalu mencapai tujuannya.  Nah, teori tentang determinasi diri ini telah diselidiki dan dipelajari oleh seorang pakar psikologi yang bernama Deci & Ryan. Apa tentang teori ini, mari kita akan bahas bersama-sama.
Mengapa seseorang mempunyai sebuah kemauan yang keras di mana dia berusaha untuk menentukan bahwa tujuannya itu harus tercapai. Ini memang ada beberapa faktor. Menurut penelitian Deci & Ryan ada tiga hal yang perlu ada dalam diri seorang yang memiliki determinasi diri yang bagus. Ketiga hal ini adalah sebagai berikut.
Kalau kita lihat di sini adalah determinasi diri, pertama adalah dia harus mempunyai yang namanya otonomi. Otonomi ini adalah bagaimana dia mempunyai kekuasaan atas dirinya. Banyak orang yang, misalnya, hidupnya itu tergantung dari orang lain. Ketika dia mau melangkah dia harus menunggu, katakanlah, persetujuan pihak lain. Ini akan membuat otonominya berkuarang. Tapi kalau dia memiliki otonomi yang besar, ini akan mempengaruhi determinasi dirinya.
Yang kedua. Jadi kalau kita lihat yang kedua, kedua adalah kompetensi. Kita tahu setiap orang punya kompetensi yang berbeda-beda. Semakin orang memiliki kemampuan, atau dia semakin kompeten dalam bidangnya, dia akan memiliki determinasi yang lebih kuat. Jadi, jika anda para UC Onliners saat ini masih berusaha untuk menjadi entrepreneur, salah satu langkah bagaimana meningkatkan determinasi diri adalah dengan meningkatkan kompetensi ini. Walaupun saat ini kita sedang bekerja di perusahaan atau di kantor atau di lembaga lain, kita sebaiknya selalu meningkatkan kompetensi. Ini adalah hal yang penting karena kompetensi yang bagus, semakin kuat, akan meningkatkan determinasi diri. Jadi kita sudah ketahui dua hal. Pertama adalah otonomi, sejauh mana UC Onliners bisa membuat diri menjadi seorang yang otonom, dan bagaimana meningkatkan kompetensi.
Apa yang ketiga? Yang ketiga adalah relasi. Relasi atau hubungan. Hubungan ini, kita bisa lihat, kalau kita memiliki hubungan dengan orang lain, semakin kita punya network, semakin kita punya relasi yang baik, ini akan membantu keyakinan diri kita untuk berusaha mencapai apa yang kita inginkan. Jadi, kita tidak mau atau kita tidak mudah untuk menyerah. Dengan adanya relasi ini, ini akan membantu. Membantu kekuatan dari detrminasi diri.
 Sebetulnya kalau kita kembali pada teori-teori entrepreneurship, dan kita selalu tahu bahwa seorang entrepreneur itu tidak mungkin lepas dari network. Teori Efektuasi juga menjelaskan bahwa ada yang namanya Crazy Quilt. Jadi, Crazy Quilt, kalau saya tuliskan di sini, ini adalah potongan-potongan perca. Jadi misalnya kita tahu bahwa di penjahit itu biasanya banyak sisa-sisa kain misalnya kain ini, ada kain ini, ada kain lagi, sisa-sisa potongan kain. Kalau kita gabung-gabungkan, kita pernah melihat selimut yang berupa tempelan-tempelan, gabungan-gabungan dari potongan-potongan kain ini, ini akan menjadi sebuah kain atau selimut yang indah, yang artistik. Nah, dalam teori efektuasi, salah satu teori entrepreneurship yang sangat populer saat ini, kemampuan entrepreneur yang baik adalah dia bisa menemukan orang-orang yang dia kenal dan menggabungkannya menjadi sebuah katakanlah resource atau sumber daya yang bisa untuk mencapai tujuannya. Jadi, tiga hal ini yang diteliti oleh Deci dan Ryan itu menentukan determinasi diri.
Pertanyaannya adalah bgaimana kita melatih determinasi diri? Apakah memang ada orang yang sudah dari dasarnya memiliki determinasi yang kuat atau hal itu memang bisa dilatih? Kita tahu entrepreneur itu ada tiga. Petama kemungkinan dia dari lahir, dari pendidikannya dan dari lingkungannya. Nah, kita juga yakin bahwa detrminasi ini juga bisa dilatih. Artinya apa? Kita tahu bahwa ada orang-orang tertentu yang ketika menghadapi sebuah masalah itu dia kemudia melakukan reaksi. Jadi misalnya begini, katakanlah ini seseorang yang ingin mencapai sebuah goal atau tujuan. Tentunya dia akan berjalan di sini. Tetapi, bagaimana kalau di tengah-tengah ini ada sebuah halangan? Katakanlah kita mau menuju suatu tempat, ternyata ada tembok yang menghalangi. Jadi, tentunya kita akan berjalan ke sini, kemudian berhenti. Ada tembok. Ada beberapa hal yang sering terjadi, misalnya ada orang yang berjalan ke sini, padahal tujuannya di sana, dia kemudian kembali. Ada juga yang di sini, ada hambatan, dia berhenti di sini. Dia menjadikan ini sebagai tempatnya yang terakhir yang dia bisa capai. Ada juga orang yang tidak menyerah. Dia berusaha mencari akal, mencari jalan, melingkar mungkin, dan dia mencapai tujuannya. Ini sudah membuktikan dia sudah ada usaha yang keras. Apa pun yang terjadi ada halangan apa pun dia akan berusaha mencapai tujuan. Tetapi ada juga yang mungkin karena faktor-faktor yang lain tadi, entah itu otonomi, entah itu kompetensi, dan juga relasi, dia bisa membuat terobosan, di mana dia menghancurkan tembok ini atau menghilangkan tembok ini. Atau katakanlah dia membuat terobosan dan dia tetap bisa menuju ke sana.
Jadi ini adalah bagaimana orang mencapai tujuan. Orang yang memiliki determinasi yang kuat, dia tetap selalu ingin mencapai tujuan. Jadi, saat pertama dia harus punya tujuan. Banyak orang yang sebetulnya tidak mempunyai tujuan. Nah itu adalah problemnya. Kalau dia tidak mempunyai tujuan, dia tidak tahu kapan dia harus mencapainya atau ke mana dia harus mencapainya. Dan kalau pun ada hambatan dan dia berhenti, dia bisa merasakan ini cukup menjadi tujuan saya. Jadi seorang entrepreneur harus mempunyai visi. Dia harus punya tujuan. Dia harus tahu mau jadi apa. Kalau dia tidak punya visi, maka apa yang dia tuju juga tidak jelas. Jadi, langkah awal, punyalah visi. Punyalah mimpi. Mimpi yang besar. Kemudian bergeraklah menuju mimpi itu. Punyalah misi-misi untuk mencapai visi itu. Jadi, seseorang harus punya tujuan yang penting yang pertama. Kemudian dia harus mencapai tujuan itu. Itulah yang namanya determinasi. Kalau determinasinya lemah, atau dia tidak punya determinasi, dia akan mudah sekali untuk kembali atau berhenti sehingga dia tidak berusaha untuk mencapai tujuannya.
Berhubungan dengan karakter seseorang, atau sifat, ada satu hal lagi yang sangat penting yang menunjang determinasi seseorang yaitu yang namanya efikasi diri atau self efficacy. Apa itu efikasi diri? Efikasi diri adalah sebuah keyakinan dari dalam diri orang tersebut, ada keyakinan bahwa dia mampu untuk melakukannya. Jadi ini berbeda dengan kepercayaan diri. Jadi, sebuah keyakinan bahwa orang itu atau misalnya kalau saya, bahwa saya yakin bahwa saya mampu melakukannya. Misalnya, saya harus pergi ke luar negeri. Saya kalau tidak yakin, maka saya akan menjadi ragu-ragu. Ini terlepas dari kepercayaan diri. Tapi kalau saya yakin, maka saya akan berusaha untuk bisa. Jadi self efikasi ini merupakan sebuah keyakinan bahwa saya mampu melakukannya. Jadi ini berkaitan dengan kompetensi sebetulnya. Ketika saya yakin, misalnya mampu membuka usaha sendiri, mampu membuat bisnis, maka saya akan bisa melakukannya dan kalau pun ada hambatan, saya akan tetap berjuang, saya akan tetap berusaha, saya tidak akan mudah menyerah. Kenapa? Karena saya mampu. Saya yakin bahwa saya mampu melakukannya. Nah, inilah suatu hal yang penting mengenai efikasi diri.
Selain itu, ada juga teori dalam psikologi yang namanya Adversity Quotient. Adversity Quotient ini adalah semacam kemampuan seseorang ketika mengahadapi masalah. Quotient di sini artinya sebetulnya mirip IQ, Intelligence Quotient, jadi tingkat keyakinan dia untuk mengatasi masalah, jadi daya tahannya. Ada orang yang ketika mengahadapi masalah seperti ilustrasi yang tadi, ada tembok dia mundur. Dalam teori Adversity Quotient ini ada beberapa tipe orang. Ada yang disebut dengan campers misalnya. Jadi ketika dia sampai pada suatu. Jadi ilustrasinya adalah dia menaiki sebuah bukit atau gunung. Ketika orang ini dia berjalan tentunya jalannya penuh terjal. Penuh kesulitan karena tidak ada yang mudah dan hidup selalu dalam keadaan tidak pasti. Dia melihat, kemudian menyerah. Dia berhenti di sini. Ini campers. Dia berkemah. Tapi ada juga yang kemudian dia turun lagi itu ada juga seperti ilustrasi tadi, ada yang berhenti, ada yang kembali. Tapi ada orang yang dia berusaha bisa tetap mempunyai daya juang, daya tahan, sehingga dia akhirnya sampai pada puncaknya.
Determinasi adalah kemampuan, adalah sifat, adalah dorongan di mana dia bisa yakin dan harus sampai ke puncak tujuan yang ingin di capai. Dia tidak akan berhenti di tengah-tengah. Kita sering kali misalnya begini. Kita punya ide mau buka usaha. Tapi orang tua mungkin bilang, “Ah, jangan. Kalau kamu buka usaha gina nanti kalau rugi? Gimana kalau misalnya ada orang beli barangmu itu tidak bayar? Bagaimana kalau misalnya krisis ekonomi terus berlanjut sehingga akhirnya modal yang kamu punya itu akhirnya habis?”. Orang yang memiliki determinasi yang tinggi, dia tidak akan peduli. Artinya apa? Kalu dia memiliki otonomi, dia yakin bahwa dirinya lah yang menentukan di mana ini sama juga dengan teori dalam efektuasi yang nanti akan kita jelaskan lebih lanjut dalam sesi-sesi yang lain, yaitu yang disebut dengan prinsip Pilot In The Plane. Kalau kita adalah pilot di pesawat kita, kita lah yang menentukan kita mau mendarat di mana, kita mau pergi ke mana. Jadi, determinasi adalah sebuah keyakinan, sebuah mindset, sebuah sikap, di mana kita harus sampai pada tujuan. Ada halangan, kita akan gunakan otak kita, untuk berpikir, untuk kreatif, untik inovatif, supaya bisa mengatasi hambatan tersebut. Jadi, kalau pun ada hambatan, kita tidak akan menyerah. Kalau pun ada masalah, kita akan berusaha untuk mengatasinya. Inilah kunci seseorang entrepreneur itu untuk bisa berhasil. Kalau pun gagal dia akan bangkit. Kalau pun gagal sepuluh kali, dia akan bangkit sebelas kali. Itulah determinasi.
Itu adalah prinsip yang sangat penting yang harus UC Onliners pegang. Jangan sampai ada masalah, ada halangan, ada hambatan, atau mungkin misalnya hambatan itu bisa saja hambatan dari keluarga, dari budaya, bahwa, “O, kamu itu lebih baik jadi pegawai, lebih enak, tiap bulan dapat gaji, hidup pasti aman, nyaman”. Tapi kita tahu bahwa entrepreneurship itu yang mengubah dunia, entrepreneurship itu yang bisa mengubah bangsa, entreprenurship itu yang dapat mengubah diri kita. Itulah, kalau kita punya keyakinan, kita yakin bahwa kita bisa, kita punya otonomi atas diri kita, kita punya kompetensi yang selalu kita perbaiki, yang selalu kita tingkatkan, dan kita jangan lupa, membina hubungan dengan orang lain, relasi, network, dan membangun kerja sama semua itu butuh trust, kepercayaan, kejujuran, etika, semua itu akan sampai. Dengan keyakinan, dengan kemampuan, dengan sebuah tekad, saya pasti bisa, anda pasti bisa, UC Onliners juga pasti bisa. Salam Entrepreneur. Semoga bermanfaat.

Kamis, 03 Oktober 2013

ECW 2013 " Attitude to Failure "

Saat ini kita akan memasuki ruangan kerja Pak Ciputra. Seperti yang anda lihat, ruangan ini hanya berukuran 8 x 8 meter, dan ditempati oleh tujuh orang managing director dari Grup Ciputra, termasuk Pak Ci di dalamnya.
Pada saat-saat seperti ini, saya merasa sangat bahagia. Sedang bertemu dengan Onliners dalam rangka pelatihan dan pendidikan entrepreneurship. Saudara-saudara sekalian, hari ini kita akan bicarakan satu topik yang sangat menarik. Yang diambil dari sajak kami tentang entrepreneur. Dalam sajak tersebut, dalam bait terakhir kami katakan, sepuluh kali gagal, sebelas kali bangkit.
Nah, ini merupakan sajak bahwa seorang entrepreneur jangan takut gagal. Jadi bisa gagaberkali-kali, tapi yang penting semangatnya, spiritnya tidak hilang. Jadi harus bangkit untuk berjuang. Kegagalan anggaplah seperti peribahasa katakan, sukses yang tertunda. Nah, selama kita masih punya semangat, kita supaya bangkit kembali. Kegagalan tersebut ada dua macam. Kegagalan pada waktu dia melakukan inovasi, kreativitas, dan kegagalan dalam bisnis sesungguhnya. Dalam inovasi, mencari ide-ide baru, menciptakan peluang yang baru, itu perlu dilakukan terus-menerus. Itu bukan hanya sepuluh kali gagal, jadi sampai ratusan kali gagal. Terutama kegagalan itu dimulai dari mindset kita.
Ada fase-fase kita lakuakan. Pertama dari mindset kita, kemudian kita bikin percobaan, dan kemudian pada keadaan sesungguhnya. Nah, pada mindset tersebut kita bisa melakukan kegagalan. Kita cari lagi ide-ide baru. Kita uji coba di lapangan dan sebagainya, dan sebagainya. Nanti kita menemukan beberapa yang kita anggap sudah bagus sekali, nah kita coba. Dan biasanya pengalaman saya, pada waktu sudah yakin, biasanya kita berhasil.
Mimpi besar dari orang yang suka bermimpi besar biasanya akan berhasil. Nah, dalam perusahaan, dalam perusahaan bisa juga gagal. Atau kemudian anda lakukan, ternyata anda pikir, wah ini tidak cocok. Hal itu dimulai pada waktu saya masih ITB Bandung. Saya membuka biro perencanaan. Konsultan perencanaan. Ternyata saya gaggal. Karena apa? Ternyata tidak sesuai dengan keinginan saya yang semula di sana saya harus mencari pekerjaan dari teman-teman, mencari peluang dari teman-teman, meminta pekerjaan dari teman-teman, meminta pekerjaan dari pemerintah, meminta pekerjaan daripada para pengusaha. Berikan saya pekerjaan, saya bisa mendesain. Ternyata sukarnya bukan main. Jadi, saya memulai sebagai konsultan perencanaan saya anggap gagal. Tapi saya cari solusi. Saya serahkan kepada teman-teman saya meneruskan usaha tersebut. Saya ingin menciptakan peluang. Menciptakan pekerjaan saya. Maka saya pada waktu saya tamat beralih menjadi developer. Developer, kita menciptakan project. Bukan project diberikan oleh orang lain. Kita yang mencari, kita menciptakan project tersebut.
Nah, jadi saya juga mengalami kegagalan. Kemudian sebagai developer pada tahun ’98. Krisis ekonomi Indonesia. Begitu besar sekali. Utang kami begitu banyak. Karena orang berlari, kami berlari di depan. Dengan cara berhutang. Itu khan kami terpaksa harus tutup hutang-hutang kami. Itu berarti gagal. Dalam bisnis, sudah berusaha bisnis, sudah tepat, tapi usahanya gagal. Tapi kami bangkit. Kami selesaikan hutang-hutang kami. Tidak satu pun pergi ke pengadilan. Kami negosiasi. Kami minta dicicil. Nah, karena kita punya maksud yang baik, dengan tujuan yang baik, kita tangani dengan integritas, dengan profesionalisme, dan entrepreneur, syukur kami berada seperti kami sekarang ini. Jadi, memilih bisnis dahulu sebagai konsultan kami gagal. Sesudah dalam property, menjalankan, kami gagal. Waktu kami di Jaya, beberapa perusahaan yang kami dirikan seperti Jaya Steel, Jaya Alumunium, itu ditutup. Karena ternyata kami tidak berhasil. Tapi dua, lebih dari sepuluh, bidang usaha gagal tetapi yang lain menjadi dasar fondasi daripada bisnis Pembangunan Jaya sekarang ini.
Jadi anda perhitungkan benar-benar. Jangan sampai anda kami katakan jangan takut gagal, tapi anda hanya melakukan serobot kiri, serobot kanan. Itu tidak. Perhitungkan matang-matang. Seperti Jaya Steel, kenapa kami gagal? Karena ternyata pekerjaan steel itu dengan mudah dikerjakan oleh orang lain pada waktu itu. Karena gedung-gedung belum complicated kaya’ sekarang ini. Jadi kompetisi kita adalah tukang-tukang di tepi jalan. Dengan cara yang sederhana kami ucapkan. Demikian juga alumunium. Begitu banyak orang dirikan alumunium. Dengan gedung-gedung sederhana. Jadi kami tutup. Tapi ada yang sisa di Pembangunan Jaya. Ada lima bidang usaha. Property dan konstruksi, dalam training, dalam rekreasi, dan infrastruktur yang jalan terus. Jadi hal itu tidak diteruskan. Yang manufacturing yang sederhana. Jadi sekali lagi, perhitungkan dengan matang-matang. Kalau anda sudah yakin, kerjakan. Kalau gagal, anda perbaiki. Dan anggap itulah sukses yang tertunda.
Peribahasa itu tepat sekali. Dan seharusnya anda jalankan usaha masih banyak rintangan-rintangan yang lain-lain. Pada waktu anda mencari inovasi yang baru, kreatif yang baru, cara sistem marketing yang baru, sistem produksi yang baru, desain gedung yang baru, sistem keuangan yang baru, itu bisa anda mengalami kegagalan. Tapi anda jangan putus asa. Anda harus mencari terus, terus saja mencari. Hanya dengan sesuatu yang baru, dengan inovasi yang baru, anda bisa menang dalam kompetisi anda. Anda bisa menang dalam perjalanan anda dalam rangka mencapai tujuan.
Kalau anda hanya mengerjakan bisnis as usual, anda akan berjalan di tempat. Anda menjadi perusahaan yang marginal. Ya, anda menjadi perusahaan yang marginal. Oleh karena itulah sekali lagi. Gagal berkali-kali, bangkit berkali-kali. Dan pasti akan berhasil. Terimakasih. Sampai ketemu lagi. Salam Entrepreneur. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.
Terimakasih..

Transkrip Video: Attitude to Face the Failure - Inge Gunawan
Salam Entrepreneur..
Sebelum saya sharing mengenai topik saya pada hari ini, saya akan mengutip sepenggal puisi dari Pak Ciputra. Ada yang berentrepreneur namun tidak berhasil. Sharing saya pada hari ini berjudul Atutide to Face The Failure. Atau sikap dalam menghadapi kegagalan. Bagi seorang entrepreneur, kegagalan itu hal yang biasa. Tetapi bagi kebanyakan orang itu merupakan hal yang sangat menakutkan. Menurut Ciputra Way, seorang entrepreneur adalah An Oppotunity Creator, Innovator, dan juga Risk Taker. Artinya selain seorang entrepreneur itu harus menciptakan kesempatan, juga merupakan seorang inovator, memberikan nilai tambah kepada bisnisnya dan juga seorang risk taker artinya harus berani mengambil resiko.
Menurut Pak Ciputra, founder dan Universitas Ciputra tempat saya mengajar, seorang entrepreneur bisa berasal dari lahir dan karena keluarganya. Yang kedua karena lingkungannya, dan yang ketiga karena dididik dan dilatih. Pak Ciputra pada tahun 2006 mendirikan Universitas Ciputra untuk mendidik dan melatih pada entrepreneur muda Indonesia. Di UC (Universitas Ciputra), mahasiswa dididik dan dilatih menjadi Educated Entrepreneur. Kurikulum yang kami kembangkan berdasarkan project based learning. Artinya, mahasiswa harus melakukan start up bisnis, mengembangkan bisnis, dan menjadikan bisnis yang sustainable. Dari situlah mahasiswa balajar untuk berentrepreneur, mengalami kegagalan, bangkit kembali, dan memiliki bisnis yang besar.
Pak Ciputra memiliki impian, di tahun 2030 Indonesia akan memiliki 6 juta entrepreneur. Saat ini di Inodesia sendiri, entrepreneur baru berjumlah 1,53%. Sementara kalau kita bandingkan dengan Singapura yang merupakan negara yang kecil, entrepreneur di sana sudah mencapai 7%. Oleh karena itu mari kita bersama-sama mewujudkan impian yang luar biasa itu untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih makmur dan menjadi negara yang lebih baik. Di Indonesia, Ernst and Young juga mensupport adanya entrepreneur di Indonesia dengan menyelenggarakan Entrepreneur Of The Year yang di-launching sejak tahun 2001. Ernst and Young memberikan banyak penghargaan kepada pada entrepreneur muda yang berprestasi dan mengembangkan entrepreneurial spirit untuk membawa Indonesia ke ekonomi yang lebih baik, membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang, dan menigkatkan kemakmuran banyak orang.
Saya akan masuk ke topik saya pada hari ini yaitu sikap di dalam menghadapi kegagalan. Saya akan mulai dari penelitian mengenai kegagalan bisnis. Ada dua definisi. Yang pertama adalah definisi secara luas. Menurut Singh, Corner, & Pavlovich tahun 2007, dikatakan definisi yang luas dari kegagalan bisnis adalah entrepreneur exit atau quit dari bisnisnya. Jadi entrepreneur tersebut meninggalkan bisnisnya. Kemudian definisi yang lebih sempit dikatakan oleh Shepherd & Haynie tahun 2011, adalah ketika seorang entrepreneur itu mengalami kebangkrutan atau mengalami kerugian yang besar di dalam bisnisnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harvard business school pada tahun 2010, dikatakan bahwa seorang entrepreneur yang berhasil pertama kali membuka bisnisnya hanya 18% saja. Untuk itu di Universitas Ciputra kami memiliki talk line “Fail Chep, Fail Fast, Fail Early”. Artinya, mahasiswa kami harus gagal semurah mungkin, sedini mungkin, dan secepat mungkin. Di Universitas Ciputra, setiap mahasiswa harus memiliki experience untuk melakukan start up bisnis sejak tahun kedua masa studi mereka.
Di tahun pertama mereka mengalami groundbreaker, artinya pembentukan entrepreneur mindset dan spirit. Kemudian masuk ke semester kedua, mahasisawa belajar untuk melakukan ideasi bisnis, design thinking, identifikasi, prototyping, sampai ke user testing, membuat bisnis model canvas atau B-plan, serta dieksekusi bisnisnya. Dan kemudian masuk di tahun kedua, yaitu di semester ketiga, para mahasiswa tersebut sudah harus melakukan start up bisnis. Di semester ke empat mahasiswa di Universitas Ciputra mengalami pembelajaran bisnis inovation. Artinya mereka harus memberikan inovasi terhadap proses bisnisnya. Kemudian di semester lima melakukan scale up bisnis atau global business experience. Kemudian di semester enam dan tujuh mereka melakukan developing business dan sustainability business.
Mereka diberi kesempatan untuk gagal sedini mungkin, secepat mungkin, semurah mungkin. Sehingga ketika mereka mengalami betul-betul membuka bisnis, ketika mereka lulus dari Universitas Ciputra mereka sudah memiliki experience untuk gagal di bisnis mereka.
Kemudian ada tujuh alasan mengapa seorang entrepreneur gagal di bisnis mereka yang pertama. Alasan pertama adalah Survival Driven atau Seeking Money Before Adding Value  artinya seorang entrepreneur hanya berpikir untuk profit jangka pendek dan tidak memikirkan bisnis jangka panjang. Kemudian alasan yang kedua adalah Inadequate atau Lack of Knowledge artinya seorang entrepreneur tidak memiliki pengetahuan dasar atau pengetahuan yang mendahului ketika dia mau membuka bisnisnya. Untuk itulah dibutuhkan market riset atau eksplorasi ketika seorang entrepreneur mau membuka bisnisnya pertama kali. Saya menyarankan seorang entrepreneur untuk melakukan eksplorasi atau market riset, interview kepada customer, calon customer, kepada kompetitor, kepada suplier untuk mengetahui kemampuan dasar sebelum membuka bisnisnya. Kemudian yang ketiga adalah Lack of Focuks. Kebanyakan seorang entrepreneur ingin membuka bisnis di berbagai bidang. Tidak bisa. Harus fokus terlebih dahulu di bidang tertentu. Kemudian alasan keempat mengapa seorang entrepreneur gagal di bisnis mereka yang pertama adalah Fail of Failure. Artinya entrepreneur tersebut takut untuk melangkah lebih maju lagi di bisnisnya. Kemudian alasan yang kelima adalah Lack of Vision. Artinya entrepreneur tersebut tidak memiliki visi kedepannya bisnis ini mau dibawa ke mana. Kemudian yang berikutnya alasan keenam adalah Poor Money Management atau tidak bisa mengelola keuangannya. Kemudian yang ketujuh atau alasan terakhir mengapa seorang entrepreneur gagal di bisnis mereka yang pertama adalah I can do well all by myself. Artinya dia cenderung untuk bekerja sendiri, tidak mau melakukan networking atau bekerja secara teamwork. Adalah lebih baik untuk menjalin hubungan atau networking dengan berbagai pihak yang bisa menyatukan kekuatan untuk membuat bisnis tersebut menjadi berhasil.
Untuk itulah kami betul-betul membuat mahasiswa mengalami experience untuk membuka bisnis, mengalami kegagalan, dan bangkit kembali sesuai dengan passion mereka.
Kemudian berikutnya saya akan sharing mengenai lima kunci untuk menjadikan kegagalan menjadi kunci sukses. Kunci yang pertama adalah Call Failure Something Else artinya sebut kegagalan itu bukan sebagai kegagalan, tetapi sebagai experience atau pengalaman. Gambarannya seperti ini. Sebuah perusahaan yang besar yang akan meng-hire senior manager tidak mungkin mempekerjakan seorang fresh graduate. Artinya seorang manager yang diharapkan adalah seorang yang memiliki pengalaman menjadi senior manager di tempat lain. Demikian juga ketika seseorang melakukan bisnis, kegagalan sebenarnya bukan kegagalan, tetapi adalah pengalaman yang mengikuti hidupnya. Artinya dia sudah memiliki pengalaman di dalam berbisnis. Oleh karena itu jangan sebut kegagalan sebagai kegagalan. Bagi seorang entrepreneur kegagalan itu adalah sebuah pengalaman, guru yang paling berharga.
Kemudian kunci yang kedua adalah Use Failure as A Stepping Stone, artinya gunakan kegagalan tersebut sebagai batu pijakan untuk membuka bisnis yang lebih baik lagi, yang akan berkembang lebih besar lagi di kemudian hari. Kemudian kunci yang ketiga adalah Never Fail Alone, artinya anda harus memiliki partner bisnis. Anda harus mulai melakukan networking. Jangan gagal sendirian. Kemudian yang keempat Don’t Hide Your Failure, artinya jangan pernah sembunyikan kegagalan itu karena kegagalan itu sebenarnya bukan kegagalan bagi seorang entrepreneur. Kegagalan adalah pangalaman.
Dan kemudian yang kelima atau yang terakhir adalah Find Out Your Passion atau betul-betul temukan passion anda. Karena ketika anda membuka bisnis, di mana itu merupakan passion anda, maka bisnis itu akan lebih memiliki change untuk berhasil.
Saya memberikan ilustrasi seperti ini sebelum saya menutup sharing saya pada hari ini. Ada seorang nenek yang kehilangan liontinnya. Dan kemudian mencari liontin tersebut. Kemudian beberapa orang melihat nenek tersebut sedang mencari-cari liontin. Kemudian orang-orang tersebut mulai membantu mencari liontin nenek itu. Terus beberapa orang lagi bergabung, demikian terus menerus semkin banyak orang yang bergabung untuk mencari liontin tersebut. Sampai berjam-jam dan sampai lama sekali mereka mencari liontin tersebut dan tidak berhasil mendapatkan liontin itu. Sampai akhirnya setelah lama mereka mencari, seseorang bertanya kepada nenek tersebut. “Nek apakah nenek yakin liontin tersebut jatuh atau hilang di sini? Karena di sini tempatnya terang bederang. Dan kita sudah mencari dari tadi. Tetapi kita tidak menjumpai liontin itu”. Dan nenek tersebut mengatakan, “Tidak, liontin itu tidak pernah jatuh di siini. Saya kehilangan liontin itu di seberang jalan. Tetapi karena di sana tempatnya gelap, saya tidak mau mencari di tempat yang gelap itu”.
Demikian juga para entrepreneur. Seringkali kita melakukan atau membuka bisnis pertama kali di tempat yang nyaman atau yang kita perkirakan itu akan mendatangkan keuntungan jangka pendek. Seringkali kita tidak mau bersusah payah, seringkali para entrepreneur ingin melakukan suatu bisnis yang comfort atau nyaman menurut dia. Tetapi itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Dan pasti berujung dengan kegagalan. Oleh karena itu saya betul-betul mendukung anda untuk jangan pernah takut untuk melangkah ke sesuatu yang sulit yang anda pikir anda sulit untuk melakukannya karena anda yakin bahwa seorang ketika menemukan passionnya kemudian melakukan market research untuk meminimumkan kegagalannya pasti seorang itu bisa berhasil menjadi seorang entrepreneur.
Jangan takut untuk gagal karena kegagalan itu adalah pengalaman. Dan seorang entrepreneur tidak harus mengalami kegagalan. Kita bisa meminimumkan kegagalan dan me-manage kegagalan itu menjadi sebuah keberhasilan. Pak Ciputra mengatakan “Entrepreneur Sejati gagal 10 kali, namun bangkit 11 kali”.  Saya percaya bahawa anda yang pernah mengalami kegagalan di dalam bisnis akan menjadikan kegagalan sebagai pengalaman dan stepping stone untuk melangkah menuju keberhasilan di dalam bisnis anda berikutnya.
Saya berharap materi yang saya sharingkan pada hari ini bisa bermanfaat bagi seluruh UC Onliners.
Saya Inge Gunawan.
Salam Entrepreneur..

Transkrip Video: Attitude to Face the Failure - Teddy Saputra
Salam Entrepreneur..
Perkenalkan nama saya Teddy Saputra dan saat ini saya bergabung di dalam Universitas Ciputra sebagai dosen pengajar. Di samping itu saya juga seorang entrepreneur yang sedikit banyak saya pernah mengalami kegagalan, kemudian saya berusaha bangkit lagi, kemudian pernah mengalami kegagalan lagi, tetapi saya dari segala pengalaman saya itu saya belajar bahwa justru kegagalan itulah yang menjadi suatu hal yang berharga ketika kita melangkah lebih jauh lagi dalam perjalanan entrepreneurship kita. Karena itu pada kesempatan kali ini saya akan berbagi kepada para UC Onliners yang menyaksikan pada kesempatan ini. Bagaimana sih ketika saya memulai usaha,  kemudian saya gagal, dan kemudian saya belajar dari kegagalan itu. Di mana pada akhirnya saya berharap agar teman-teman dari UC Onliners bisa melihat bahwa kegagalan itu sangat berharga dan kedua saya juga berharap agar kegagalan yang saya rasakan, kegalan yang saya alami kemarin itu tidak terjadi pada diri Anda. Jadi, Anda bisa belajar dari pengalaman saya ini. Seperti itu. Karena itu kita mulai saja program ini.
Saya sebagai entrepreneur saya melihat ada tiga sisi yang mudah, tiga langkah yang kita miliki sebagai entrepreneur. Yang pertama adalah penting sekali bagi kita untuk menemukan apa passion kita sebenarnya. Siapa diri kita sebenarnya. Apa keunggulan kita. Dan juga apa kelemahan kita. Dari situ kita dapat mengembangkan bisnis apa yang akan kita laksanakan.
Mengapa passion ini menjadi sangat penting? Karena bagi saya jikalau kita bekerja sesuai dengan passion kita, maka apa pun yang akan kita kerjakan ini tidak membuat kita merasa lelah. Juga kita tidak merasa kalau kita gagal atau gimana, kita akan merasa saya harus lebih maju, lebih baik lagi. Itu kalau misalkan kita bertindak, berjalan atau memulai bisnis berdasarkan passion yang kita miliki. Kedua, penting sekali bagi kita untuk memahami teknik-teknik dalam bisnis yang saya pikir rekan-rekan dosen-dosen yang lain sebelumnya juga menyampaikan banyak hal tentang bagaimana teknik bisnis yang baik. Dan akhirnya, setelah kita mengetahui passion kita apa, kemudian kita juga mengetahui bagaimana kita berbisnis dengan teknik yang baik, baru kemudian kita mengubah passion ini menjadi suatu bisnis yang baik di mana passion kita ini akan menghasilkan sesuatu yang bernilai buat orang lain sehingga orang lain ini akan bersedia untuk membayar kepada kita dalam memperoleh produk dan jasa yang kita hasilkan ini.
Saya tinggal di kota Bogor. Dan saya lahir di sana, besar di sana, sekolah di sana, sampai dengan SMA. Dan kota Bogor ini perlu diketahui bahwa kota Bogor ini sangat berdekatan dengan Jakarta. Jadi berbatasan langsung dengan Jakarta, dimana kota Bogor ini mempunyai penduduk sejumlah 4,7 juta jiwa. Alasan saya waktu itu cukup sederhana yaitu bahwa saya tahu kota Bogor dengan baik dan saya pikir saya bisa dengan pengalaman saya di kota Bogor, dengan pengetahuan saya tentang kota Bogor, ini adalah peluang yang baik buat saya memulai bisnis di kota Bogor. Just that. Itu pemikiran saya pasa awalnya. Dan saya ingin memulai bisnis di kota Bogor.
Di kota Bogor itu ada satu universitas swasta yang cukup besar. Setelah saya cari tahu jumlahnya ada 20 ribu mahasiswa. 20 ribu mahasiswa dan universitas ini adanya di pinggir jalan. Jadi bisa dibayangkan kalau kita berdagang di depannya, berarti kita bisa mentargetkan market 20 ribu mahasiswa di dalamnya kemudian juga orang-orang yang ada di sekitar kampus. Saya pikir, “Wah, ini adalah pasar-pasar yang sangat-sangat luar biasa”. 20 ribu mahasiswa dan terkotak di dalam satu daerah itu di kota Bogor. Setelah saya bicara-bicara, Saya ngomong-ngomong sama teman. Kebetulan ada teman saya yang ahli dalam bikin mie ayam ceritanya. Inisialnya “I”. Nah, teman saya ini teman SMA. “I dan IR”. Jadi ada dua teman saya, I dan IR. Waktu itu kita duduk bareng. Kebetulan lagi bicara-bicara. Anak muda ya.
Kita bertiga mempunyai cita-cita yang sama yaitu kita pengen bisnis di Bogor. Nah, salah satu teman saya si I ini kebetulan punya kehlian membuat mie ayam. Waah, cocok ini saya pikir ya. Gimana kalau misalkan kita sewa tempat di depan universitas ini. I ini yang masak, yang menyediakan produksi mie ayamnya ini. Kita sasar target 20 ribu mahasiswa. Tentu ini akan jadi sesuatu yang sangat-sangat menarik. Waktu itu sampai posisi ini kami berpikir ini akan sangat mudah sekali dijalankan dan akan sangat laku. Kira-kira seperti itu. Nah, survei-survei saya laksanakan bertiga dan saya ngelihat sepintas-sepintas saja lah. Ini salah satu kesalahan saya, UC Onliners. Di mana kita sebenarnya ketika memulai suatu bisnis kita harus mempelajari lingkungan tempat kita akan berbisnis. Kita harus mempelajari pasar, mempelajari persaingan, pesaing-pesaing di sekitar kita.
Kami waktu itu memang mempelajari. Tetapi dengan menggunakan cara yang gampang. Nah ini salah satu yang saya ingin bagikan kepada UC Onliners. Kita lihat power point saya, yang diatas itu salah satu tukang mie ayam yang ada di depan universitas ini tapi lokasinya agak-agak lebih mojok. Jadi di pojokan. Saya ke sana saya ngelihat. O, ini pesaing saya ini. Saya langsung menilai. Wah, tempatnya jelek. Kalau saya bikin misalnya tempatnya lebih bagus. Thats it, saya akan menang. Sesimpel itu saja waktu itu. Kemudian yang kedua saya beli mie ayamnya. Dan saya perhatiin. Di power point saya foto itu saya kasih fotonya. Mie ayamnya seperti itu. Yang saya lihat yang langsung jadi perhatian saya adalah ayam yang ada di dalam mie ayam itu. Ayamnya berwarna coklat, yang saya juga tentu saya pikir akan menumbuhkan pertanyaan bagi para konsumen, ini ayam apa bukan? Dan saya rencananya, saya akan memproduksi yang lebih baik lagi daripada ini.
Ini pesaing saya. Ternyata dengan tempat yang seperti ini, yang menurut saya jelek, kembali lagi saya tekankan ya. Bahwa menurut kami jelek. Dan mie ayam yang menurut kami ini tidak ideal, ternyata dia mampu menjual 300 mangkuk setiap hari di harga 8.000 per mangkuk. Kalau misalkan kita kalkulasi dalam satu bulan misalkan 20 hari kerja berarti 30 juta itu omsetnya dalam satu bulan. Tentu saja kami bertiga semakin tertarik dengan bisnis ini. Dan kami bertekad, semakin bertekad akan menjadi pesaing yang kuat baginya. Ini kalkulasi, kemudian kami membuat kalkulasi sederhana bahwa ternyata biaya pokok semangkuk mie ayam itu cuma 3.000 lho. Kemudian dia, pesaing saya jual harga per mangkuk 8.000. Artinya saingan saya untung 5.000 per mangkuk. Kalo misalkan satu hari mereka jual 300 mangkuk, yang artinya mereka untung, mereka mendapatkan omset 1,5 juta per hari, sorry, mereka akan mendapatkan untung 1,5 juta per hari, dan mendapatkan untung bersih, untung kotor 30 juta per bulan. Wow, ini luar biasa ini. Tentu kami makin bertiga semakin melihat bisnis ini, kembali lagi saya semakin ngiler saudara-saudara. Dan saya akan mulai melakukan action bersama teman-teman saya.
So, setelah kita berkumpul, apa yang akan kita perbuat sekarang? Saya mulai mencari tempat. Tempat yang lebih baik, tempat yang lebih strategis. Kalau tadi pesaing saya posisinya ini adalah universitasnya pesaing saya itu posisinya ada di ujung sebelah kiri, agak jauh. Kesempatan saya mendapatkan tempat yang akan saya sewa itu persisi di depan pintu keluar dari kampus. Dan lihat saja itu gambarnya. Tentu lebih baik ya. Kondisi dari tempatnya juga lebih bagus, lebih bersih. Yang artinya saya semakin optimis. Dalam pikiran saya, “Wah, kalau tempat dia sekedar seperti itu, saya tempatnya lebih bagus, maka saya akan menang persaingan”. Pertimbangan saya sesederhana itu waktu itu. Ini perbandingannya. Sebelah kiri, itu teman saya IR yang di atas. Kemudian yang di bawah bajunya doang itu kelihatan. Itu I. Dan ini tempat saya yang lebih jauh lebih bagus tentunya ya? Semua pasti setuju ya UC Onliners?
Kalau dengan tempat saya, dibandingkan dengan tempat pesaing, tentu lebih baik tempat saya, tempat kami. Masalah produk, ini adalah mie ayam yang kami ciptakan. Kemudian kami branding namanya Mie Ayam 77. Pemikiran sederhananya seperti ini. Kompetitor kami mempunyai bentuk ayam yang Anda bisa lihat power point, warnanya coklat karena dikasih kecap yang lumayan banyak. Tetapi tidak berwujud ayam. Jadi, kami berpikir bertiga. Kembali lagi kami bertiga berpikir bahwa, “Wah, kalo misalkan kita bikin ayamnya yang kelihatan bentuk ayamnya, tentu ini akan lebih bagus dong”. Karena orang-orang akan melihat, wah ini ayam bener ini, ayam bener.
Oke, akhirnya kita jalan. Setelah kita mendevelop produk, dan jadi deh itu. Mie Ayam 77. Tampilannya tentu lebih baik ya? Harga? Kita juga menang. Kita mau pasang harga Rp 6.000,00 dalam satu mangkuk. Pesaing 8.000. Lebih murah ke kita 6.000. Dari tempat kita menang, kemudian dari bentuk juga kita pikir kita menang, dan harga juga kita pikir kita menang. Tiga kemenangan, tiga perhitungan kita ini, tiga penilaian kita, tiga aspek kita merasa labih kuat daripada pesaing. Dan kita siap mulai.
Dengan modal 30 juta. Untuk tempat kami harus  sewa 30 juta. 30 juta untuk satu tahun. Ini besar. Ini cukup mahal tapi waktu itu kami pertimbangkan bahwa posisinya sangat strategis. Ada persis di depan pintu keluar kampus di mana 20.000 mahasiswa yang keluar masuk tiap hari. 30 juta lumayan worthed lah ya kami pikir waktu iitu. Kemudian kami juga menginvestasikan 5 juta untuk pembelian bahan baku awal. Dan peralatan, dan sebagainya, siap untuk memulai usaha. Langkah satu sudah kamu laksanakan. Ini tempat kami. Dan ini rekan saya. Kami mulai memperbaiki semuanya. Siap-siap bertarung di pasar. Langkah kedua, kami mulai menata dekorasi ruangan lebih rapi dari pesaing. Setuju khan ya? Lebih bagus. Kami beli tempatnya lebih mahal, kemudian kursinya bisa Anda lihat. Bahkan sausnya juga kami menggunakan saus yang lebih mahal. Kami sangat-sangat ingin bersaing dan ingin menang ini. Langkah ketiga kami mulai buka. Ini tempat kami dan kami mulai buka ini.
Ini hasilnya. Pada bulan pertama, kami mencapai 30 mangkuk satu hari. Pada bulan pertama lho. 30, wah oke lah saya bilang ya. Kalau tiga puluh mangkuk pertama, ini oke ini. Dan saya makin bersemangat. Tetapi pada bulan kedua, ada penurunan. Menjadi dua puluh lima mangkuk satu hari. Perhari ini. Bulan ketiga, sepuluh mangkuk per hari. Mulai ketakutan. Pada bulan ke empat, percaya atau tidak, mie ayam yang tadi kami develop seperti itu cuma laku 2 mangkuk per hari. Wah, ini luar biasa sekali ini. Apa yang kami pelajari saat itu? Kemudian kami mulai bertiga, kalau misalkan bisnis mulai rusak, saya bertiga teman mulai berdebat. Berdebatnya mulai berdebat keras ya. Mulai menyalahkan satu sama lain. Apa ini? Kesalahannya apa? Kenapa bisa begini? Tempat kita lebih bagus, produknya lebih bagus, dan ketiga lokasinya jauh lebih strategis daripada pesaing. Ternyata 300 mangkuk itu paling cuma lari ke kita 30 per hari. Kemudian makin lama jelas sekali dari angka-angka itu terlihat ya, pelanggan tidak balik lagi. Tidak senang. Dari 30, 25, 20, bahkan pada bulan ke empat itu rata-rata cuma dua mangkuk sehari. Kami terkalahkan. Terus terang saja waktu itu kami merasa kami benar-benar digebukin itu sama si tukang mie ayam yang kelihatannya lebih sederhana ya?
Why? Why ini yang harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Pertama, kita lihat prosesnya. Ketika saya mulai menjadi seorang akademisi saya mulai rapi ini melihat ini. Ini prosesnya. Pertama saya cuma melihat bahwa ada 20.000 mahasiswa. Saya cuma melihat itu saja. Bukankah itu yang sering kita lakukan UC Onliners? Cuma melihat market begitu besar. Saya juga waktu itu melakukan itu. 20.000 mahasiswa. Keluar langsung, ini  adalah pasar yang sangat luar biasa besar. Kesimpulannya sangat sederhana waktu itu ya? Kemudian kedua, setelah mempelajari semuanya dengan sederhana sekali, langsung kita invest 30 juta. Kebetulan ada uang, jalan langsung 35 juta. Sewa tempat, tanpa berhitung lebih dalam, bagaimana ini. Tanpa melakukan eksplorasi dan sebagainya, kita ambil tempatnya langsung. Ketiga, kita langsung melihat  bahwa lokasinya sangat-sangat strategis. Di depan pintu keluar kampus. Semakin pede. Kemudian yang keempat, kita langsung menata dekorasi ruangan lebih bagus daripada pesaing. Prediksi, kemudian terakhir kita langsung grand opening.
So, mana yang salah? Saudara-saudara UC Onliners sekalian. Saya akui pada waktu itu kami bertiga sama sekali tidak memikirkan apa-apa. Strategi bisnis tidak ada, visi bisnis tidak ada, semuanya hanya bisa dikatakan langkah bisnis yang terburu-buru ya. Terburu-buru dan berdasarkan data-data yang sangat-sangat sekilas saja. Bahwa market yang cukup besar, kami mampu membuat lebih baik. Semuanya menurut kami, menurut kami, menurut kami.
Mie ayamnya lebih bagus itu menurut kami lho. Bukan menurut pasar. Apakah tempatnya lebih bagus? Itu menurut kami juga. Dan itu menjadi kesalahan yang sangat saya sesalkan selama ini. Semuanya pertimbangan pada waktu itu, menurut kami. Itu yang tidak boleh. Apa yang terjadi? Saya bertanya terhadap seratus mahasiswa di sana secara diam-diam. Setelah kejadian. Harusnya ini dilakukan di awal. Saya karena penasaran kenapa saya sampai gagal, saya tanya sama seratus mahasiswa di sana. Secara diam-diam. Why? Kenapa kamu nggak berbalik lagi?
Ternyata ada perhitungan yang saya lewatkan. Di sana, mahasiswa, 20.000 mahasiswa yang ada di sana ternyata merupakan mayoritas beragama muslim. Dari daerah. Muslim dari daerah. Bukan dari kota Bogor, tapi dari daerah. Ya, dari daerah-daerah terpencil. Kebanyakan mereka beragama muslim. Ayam berwarna putih. Ternyata ini yang kami bangga-banggakan, eh ternyata merupakan kesalahan. Kenapa? Ini ayam kami nih. Berwarna putih. Bagi customer, ayam yang berwarna putih justru itu itu yang dikira babi saudara-saudara UC Onliners. Karena kebanyakan pada mahasiswa di sana yang berasal dari daerah ini makan mie ayam ya seperti yang ini. Seperti yang pesaing kami ini. Di mana ada hitamnya. Lihat kompetitor tetangga, ya itu. Itu mie ayam menurut mereka. Ketika kamu mengeluarkan produk baru yang menurut kami lebih baik, justru mereka menilai, mempertimbangkan bahwa yang putih itu adalah babi. Ini cukup fatal sekali ya. Cukup fatal sekali, dan saya baru tahu setelah saya bertanya kepada seratus mahasiswa.
Kemudian kedua, teman saya I itu, adalah beretnis tionghoa. Ini saya tidak bermaksud untuk mengedepankan SARA atau bagaimana ya. Tatapi ini kenyataan ini. Bahwa ada kesalahan di sana ketika teman saya yang berjualan berlatar belakang etnis tionghoa, dengan tampilan mie ayam putih yang seperti babi, semakin meyakinkan customer bahwa ini bukan ayam tetapi ada campuran babi di dalamnya. Dan ketiga, tidak ada tanda “halal”, maupun suatu upaya promosi bahwa itu halal. Ini yang menjadi kesalahan kami yang luar biasa pada waktu itu. Dan akhirnya pada akhirnya kami mengambil, ini yang menjadi suatu kesimpulan yang berharga buat saya dan saya ingin berbagi dengan pada UC Onliners yang nanti akan memulai usahanya bahwa, satu, ketika kita, kita harus mempelajari lingkungan bisnis terlebih dahulu, sebelum akhirnya kita memulai bisnis kita. Mempelajari pasar, mempelajari persaingan, mempelajari lingkungan tempat bisnis kita ada di sana. Kedua, jangan pernah menilai sesuai dengan apa yang kita bilang ini benar. Seperti tadi pengalaman saya tadi itu lho. jangan pernah lupa bahwa tiga kemenangan, tiga poin kenggulan saya dibanding pesaing itu menurut saya, menurut teman saya, dan menurut teman saya. Menurut kami. Itu adalah kesalahan yang sangat fatal. Kita tetap harus berpikir bahwa penilaian yang baik adalah penilaian yang dapat kita ambil dari masyarakat. Dari market kita sendiri.
Kemudian yang kedua, ketika kita memulai suatu bisnis, ketika kita memulai start up suatu bisnis, tetap kita harus mempunyai strategi yang mumpuni ya. Tetap harus mempunyai visi, kemana ini usaha kita akan berjalan, dan bagaimana caranya untuk mencapai visi tersebut. Pada bulan ke lima, sesuai kesepakatan, saya ngobrol dengan teman-teman saya. Kondisinya waktu itu sudah nggak enak lho. Karena ya gitu lah ya. Di dalam bisnis di kala semua berjalan tidak sesuai rencana, yang ada kita nyalahin diri kita sendiri dan sebagainya. Dan akhirnya saya bertiga sama teman berdiskusi bahwa kita bilang, “Wah ini kalau diterusin bisa makin hancur ini”. Sekarang saja dua mangkuk per hari khan makin rugi ya. Kedua teman saya itu akhirnya keluar. Dan saya berpikir waktu itu. Waduh, kalau misalkan sudah bayar tiga puluh juta untuk satu tahun dan ini masih jalan lima bulan. Bagaimana ini khan ya? Akhirnya saya mulai menggunakan apa yang saya pelajari, saya mulai melakukan riset, dan melakukan pelajaran yang lebih baik ya. Dan saya tidak mau terjerumus ke dalam kesalahan saya dua kali. Akhirnya saya membuka usaha baru di tempat yang sama untuk menuntaskan masa sewa waktu itu. Dulu pikirannya seperti itu. Saya mulai membeli mesin fotokopi. Membeli peralatan-peralatan dan akhirnya buka satu toko fotokopi dan toko perlengkapan-perlengkapan itu di situ. Ya, sampai saat ini berjalan. Berjalan dengan baik dan bisa menghasilkan keuntungan bagi saya.
Satu kesimpulan yang saya harapkan bisa diambil oleh semua UC Onliners. Yang paling penting adalah, kita tidak pernah boleh merasa apa pun yang kita nilai di dalam bisnis menurut apa yang kita nilai. Atau apa yang menurut kita benar, apa yang menurut kita baik. Tidak bisa begitu dalam bisnis. Market yang selalu pada akhirnya memutuskan apakah Anda berhasil atau tidak.
Demikian apa yang dapat saya bagikan hari ini. Saya Teddy Saputra. Salam Entrepreneur...