Jumat, 18 Oktober 2013

ECW 2013 " Entrepreneurial Mask "

Transkrip Video Entrepreneurial MASK - Antonius Tanan
Salam Entrepreneur UC Onliners. Salam jumpa lagi.
Kita semua sudah tiba pada bagian akhir daripada pembelajaran kita Entrepreneurship Ciputra Way. UC Onliners, saya ingin berbagi sebuah kesimpulan pendek tentang apa saja yang sudah kita pelajari bersama selama tujuh minggu terakhir ini. Pak Ciputra mengatakan bahwa seorang entrepreneur mengubah kotoran dan rongsokan jadi emas dan prosesnya dijelaskan oleh beliau dalam sebuah puisi yang setiap minggu kita bahas lariknya. Dari mulai melihat tapi tidak mengerti, sampai entrepreneur itu kalau dia gagal sepuluh kali, bangkit sebelas kali.
Saya ingin menyimpulkan itu semua untuk UC Onliners. Mari kita lihat dari definisi yang paling awal yang dikatakan oleh beliau, yaitu entrepreneur mengubah kotoran rongsokan menjadi emas. Apa artinya? Seorang Entrepreneur melakukan nilai tambah yang kreatif. Menciptakan nilai tambah yang kreatif. Barang yang tidak berharga dibuatnya menjadi sangat berharga. Sesuatu yang dibuang, diubahkannya secara kreatif sehingga menjadi sesuatu yang mahal seperti emas yang dicari.
Nah, kalau seseorang memiliki keterampilan itu, kalau seseorang bisa melakukannya, apakah hanya berlaku dalam dunia bisnis? Pak Ciputra mengingatkan bahwa Tidak hanya dalam dunia bisnis, kecakapan entrepreneur, semangat entrepreneur kalau ada di dalam diri kita, kita tidak bisa kunci, kita tidak bisa hanya krangkeng dalam dunia bisnis. Beliau memperkenalkan kata GABS. Apa itu GABS?  Government, Academission, Business, dan Society. Pak Ciputra mengatakan bahwa semangat dan kecakapan entrepreneurship itu berguna untuk di pemerintahan, untuk di dunia pendidikan, untuk di dunia bisnis tentunya, dan juga di dalam kita bermasyarakat. Saya akan ambil contoh satu per satu.
Misalnya di dalam Government. Seseorang dengan jiwa dan semangat dan kecakapan entrepreneurship menjadi bupati. Maka dia akan mengubahkan kabupaten yang miskin menjadi kabupaten yang sejahtera. Dia akan menciptakan kegiatan-kegiatan dan gagasan yang kreatif sehingga kabupatan yang dulu barangkali terbelakang, kemudian bisa bertumbuh menjadi kabupaten yang sukses. Dia memiliki jiwa entrepreneur, dia seorang government entrepreneur.
Berikutnya, bagaimana kalau dia berada dalam dunia pendidikan? Menjadi dosen, menjadi guru, menjadi kepala sekolah. Sebagai contoh, dia akan mengubahkan sebuah sekolah, sebuah perguruan tinggikah yang tadinya tidak dilirik orang menjadi sebuah sekolah perguruan tinggi yang dicari orang, dicari mahasiswanya. Contoh yang lain, dia akan mengubahkan pembelajar, peserta didik, yang tanpa latar belakang entrepreneur bisa dididik sedemikian rupa sehingga menjadi entrepreneur yang hebat. Dia mengubahkan manusia yang dididiknya menjadi jauh lebih baik. Itu contoh dalam dunia pendidikan.
Berikutnya, bagaimana dengan dunia bisnis? Tentu perusahaan yang tadinya tidak ada menjadi ada dan perusahaan yang baru itu yang biasanya kecil diubahkannya menjadi besar berlipat-lipat. Seorang entrepreneur dalam dunia bisnis menciptakan usaha dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar. Itu contoh dalam dunia bisnis.
Sekarang bagaimana untuk sosial? Seseorang dengan semangat, dengan kecakapan entrepreneur mau memutuskan, saya akan berkarya di masyarakat, saya akan melakukan hal-hal yang bersifat sosial. Misalnya, dia berkarya di komunitas masyarakat yang tinggal di daerah pulau. Sebagai contoh, apabila dia memiliki semangat dan kecakapan entrepreneurship, dia akan mengubahkan daerah kumuh itu menjadi daerah wisata. Kita memiliki sebuah contoh ini bukan? Di Jogja, kalau anda datang ke Kali Code tiga puluh tahun yang lalu itu daerah kumuh. Sekarang menjadi daerah wisata.
UC Onliners, apa yang menyamakan itu semua? Government entrepreneur, academission entrepreneur, dan business entrepreneur, dan sosial entrepreneur. Semuanya memiliki daya ubah yang kreatif. Semuanya mengubah sesuatu atau sekelompok orang yang tadinya dianggap tidak berharga menjadi sangat berharga, menjadi sangat bernilai. Daya ubah yang kreatif itulah, itulah jiwanya entrepreneur. Jadi, kalau anda selama tujuh minggu ini sudah belajar entrepreneurship dan anda ingin mempraktikannya, tidak perlu tunggu kapan anda punya PT, kapan anda akan punya toko untuk mempraktikkannya, tidak perlu tunggu. Anda bisa mempraktikan untuk diri sendiri. Jadikan hidup kita ini sendiri sebuah laboratorium entrepreneurship anda. Inovasikan hidup kita, inovasikan kegiatan-kegiatan anda, Inovasikan cita-cita anda. Buatlah sebuah impian masa depan yang begitu indah, yang menantang anda berinovasi. Dan berpikir, bertindak, berdiskusi. Cari terus strateginya sedemikian rupa sehingga hidup anda sendiri menjadi sebuah contoh inovasi. Hidup anda sendiri sebuah contoh produk entrepreneurship.
Nah, untuk bisa mencapai itu semua tidak cukup hanya belajar dan lewat pengetahuan. Belajar entrepreneurship bukan sekedar belajar to know untuk tahu, tetapi harus belajar untuk to do dan to be. To be Entrepreneur. Bukan hanya pikirannya, tapi juga harus hatinya. Harus semua ada dalam dirinya memiliki ciri-ciri seorang entrepreneur .Kami menyebutnya dengan konsep MASK. “M”nya apa? Mindset, “A”nya apa? Attitude, lalu “S”nya apa? Skill, dan terakhir Knowledge. MASK. Mindset, Attitude, Skill, and Knowledge. Keempat-empatnya harus mengalami perubahan menjadi entrepreneurial. Untuk itu harus berlatih setiap hari. Untuk itu belajar terus.
Nah, UC Onliners,  Pembelajaran kita yang tujuh minggu bukanlah yang pertama dan yang terakhir. Kami sudah mempersiapkan seri yang kedua. Perhatikan dan ikut terus dan tentu pelajari terus, praktikkan sehingga  kita semua memiliki “MASK”nya seorang entrepreneur sejati. Mari terus belajar bersama kami UC Onliners. Terimakasih atas perhatian anda. Sukses untuk anda. Salam entrepreneur..

Sabtu, 05 Oktober 2013

ECW 2013 " Determinations "

Transkrip video Determinasi dari Pak Ciputra

Kenapa determinasi itu penting? Sejak kapan Pak Ciputra memiliki determinasi yang tinggi?
Baiklah. Saya sangat berbahagia. Senang sekali untuk dapat bertemu dengan UC Onliners. Dan topik pada hari ini adalah tentang determinasi. Tapi sebelum itu, salam dulu, Salam Entrepreneur untuk pada Onliners. Semoga anda selalu sukses dalam perjalanan anda untuk menjadi entrepreneur yang sejati.
Nah, hari ini kita akan bicara tentang determinasi atau suatu tekad, suatu keinginan, suatu janji, suatu ikrar untuk melaksanankan susuatu yang mempunyai nilai sukses. Tapi lebih dari sukses adalah kalau sukses itu mempunyai arti, mempunyai nilai untuk hubungannya dengan diri kita sendiri tapi untuk orang lain juga.
Kita sebagai entrepreneur, kita ingin mempunyai cita-cita untuk berhasil. Untuk itu kita butuhkan suatu target yang kita ingin capai sebaik mungkin. Suatu tekad untuk mencapai tersebut. Nah, bagaimana supaya kita tetap bersemangat dengan tekad yang luar biasa untuk mencapai hal tersebut? Kita harus membayangkan tentang manfaat, hasilnya apabila kita mencapai hal tersebut. Beda antara manusia dan binatang. Binatang, dia hanya hidup adalah untuk saat itu saja. Dia tidak memikirkan untuk hari depan. Tapi manusia memikirkan hari depan. Jadi mempunyai wawasan. Apa yang saya akan hasilkan pada hari depan tersebut kalau tekad kita dengan determinasi yang luar biasa. Semua kita lakukan yang halal dan yang baik untuk mencapai hal tersebut.
Nah, tentu anda bertanya. Kenapa saya ingin menjadi, kenapa saya mempunyai tekad? Kenapa saya mempunyai determinasi untuk menjadi seorang entrepreneur? Dimulai pada waktu ayah saya meninggal. Meninggal dengan cara tidak wajar. Ditangkap oleh pemerintah kolonial pada waktu itu, pada tahun ’44, dimasukkan penjara. Dan meninggal di penjara tanpa sekarang saya tidak tahu di mana kuburnya. Jadi saya mau merasa pada waktu itu saya harus bangkit. Saya waktu itu umur 12 tahun. Saya harus bangkit. Itu membikin saya tekad, determinasi bahwa saya harus melawan penderitaan tersebut oleh diri saya sendiri. Nah, mulai itu saya bilang ,tidak. Untuk itu saya harus bersekolah. Saya harus bersekolah terus. Waktu itu saya umur dua belas tahun, baru kelas dua sekolah dasar. Bayangkan. Tapi, tiba-tiba datang suatu tekad bahwa saya harus bersekolah dan dengan sekolah itu saya bisa cara yang terbaik untuk mencapai sukses.
Jadi, triggernya. Ayah saya meninggal tidak wajar, saya masih muda, kita hidup marginal sekali. Nah, itu yang mendorong saya. Sekarang bayangkan, kalau saya tidak bersekolah terus, tidak menjadi arsitek, maka hidup saya akan menjadi petani yang bekerja dengan penderitaan fisik yang luar biasa. Dan hasilnya hanya cukup untuk makan. Jadi, itulah penting sekali cita-cita tersebut. Jadi, kalau anda supaya anda bisa tetap tekun dengan determinasi penuh, anda juga harus bayar hasilnya. Kalau saya jadi arsitek, maka saya keluarkan dari kemiskinan, saya keluarkan dari penderitaan, dan saya bisa turut serta membangun negara kita ini. Kita bisa membangun rumah, kita bisa membangun gedung, dan sebagainya. Kalau tidak saya akan mencangkul tanah. Nah, itu salah satu unsur-unsurnya. kita harus bayangkan supaya kita tetap setia untuk bekerja keras, untuk belajar keras.
Adakah sebuah pengalaman khusus yang hampir membuat Pak Ciputra menyerah, namun kemudian berhasil bangkit dan menang? Apa rahasianya?
Nah, saya ditanyakan, dalam keadaan apa, dalam keadaan bagaimana saya pernah hampir kehilangan determinasi? Terus terang pada waktu krisis tahun ’97-’98, saya telah mendirikan tiga grup perusahaan. Jaya Grup, Metropolitan Grup, dan Ciputra Grup. Tiba-tiba datang krisis yang luar biasa di Indonesia. Kita seolah sudah bangkrut, utang kita menumpuk, aset kita, rumah-rumah yang kita bangun tidak bisa dijual dan tidak punya harga. Seolah saya mau putus asa. Untuk itu saya mikir, Indonesia mungkin tidak tepat buat saya. Saya harus melakukan pemikiran, introspeksi, melakukan survey. Melakukan survey ke Tiongkok. Saya melakukan survey ke Amerika, saya melakukan survey ke Australia. Sebab saya seolah-olah merasa bahwa Indonesia tidak punya hari depan. Sebab waktu itu datang tiba-tiba krisis tersebut. Tapi kemudian saya mengambil kesimpulan tempat yang paling baik adalah Indonesia untuk saya bekerja terus karena tujuan saya bukan terutama untuk mencari kekayaan. Saya mempunyai hidup, mempunyai tujuan hidup bukan hanya mencari sukses, tapi hidup mempunyai nilai. Hidup mempunyai nilai berarti bisa berbuat untuk sesama manusia. Jadi saya putuskan, tidak. Saya harus tetap di Indonesia dan marilah kegagalan yang lain yang lalu itu merupakan guru yang baik. Atau pengalaman yang tertunda. Dan saya kembali bekerja keras di Indonesia dengan mempelajari, mengambil pengalaman yang lalu, apa yang salah? Ternyata kesalahan saya, saya bisa hitung satu, dua, tuga, empat, lima. Nah, saya tidak mau mengulangi lima kesalahan tersebut. Maka saya bangkit dan ternyata kami berhasil seperti sekarang ini. Kami bisa membangun gedung-gedung, bahkan lebih hebat dari sebelum krisis yang lalu.
Apa rahasia Pak Ciputra dalam menjaga semangat dan determinasi?
Nah, umpama kata tadi contoh determinasi tadi contoh pada waktu krisis. Contoh misalnya kita sekarang berada di Orchard road. Di Ciputra World 1. Kita ingin untuk maju, untuk kembali berhasil. Sebagai contoh, sejak lima puluh tahun yang lalu, lima puluh tahun yang lalu saya berkunjung ke Jepang, ke Paris, ke Singapore. Saya ingin bahwa tiap kota, ibu kota perlu salah satu jalan pariwisata dan perdagangan retail. Saya ingin seperti Jepang ada Ginza, saya ingin seperti Paris ada champs de ellise, dan Singapore ada Orchard road. Mereka itu selalu terngiang-ngiang saya ingin lakukan tersebut. Akhirnya tepat dua puluh tahun yang lalu kami ambil kesimpulan, kita akan mulai, kita memilih jalan Dr. Satrio sebagai jalan pariwisata dan retail. Mulai itulah kita membeli tanah sekitar ini. Dan sekarang terwujud apa yang telah kami tentukan keinginan lima puluh tahun yang lalu, dua puluh tahun yang lalu, yang dilakukan karena krisis, tapi kita bangkit, kita lakukan terus. Nah itu sebagai contoh determinasi.
Juga determinasi yang lain. Misalnya waktu kami sudah yakin bahwa entrepreneur adalah cara yang terbaik untuk merubah nasib bangsa, untuk menghilangkan kemiskinan, kemelaratan suatu bangsa. kami mulai promosi. Kami menghubungi beberapa pejabat pemerintah supaya entrepreneur diterapkan di Indonesia, ada kami bersyukur. Ada yang bersemangat sekali, kami bersyukur. Ada yang setuju tapi kelihatan tidak ada artinya, kami berterimakasih. Dan ada yang tidak setuju seolah-olah entrepreneur tidak perlu dilatih, tidak perlu diajarkan, kami tetap sabar saja. Tapi determinasi kita karena pikiran kita, mindset kita pada waktu kita menemui pejabat, dia setuju atau tidak setuju, kita akan jalan terus.
Nah, makanya sekarang kita ingin mengembangkan. Saya pribadi sudah turut membangun empat universitas. Kami dari Ciputra Entrepreneurship Universitas Ciputra sudah melatih lebih dari pada empat ribu dosen dan guru-guru. Bahkan sebagian kami telah kirimkan ke luar negeri. Tapi kita merasa nggak cukup. Kita rasa mesti seluruh Indonesia, kita ingin membantu menciptakan empat juta entrepreneur baru buat Indonesia. Maka kita sekarang lakukan secara online. Kita kasih gratis. Sekarang kita sesudah itu kita berusaha bagaimana supaya inkubator-inkubator diciptakan di Indonesia. Sudah kita mulai sebagai Inkubator, sekarang kita ingin scale-up. Yang tidak punya usaha, memulai usaha. Yang masih kecil menjadi menengah. Yang menengah menjadi besar. Dan yang besar menjadi Internasional. Nah, itu keinginan kita. Determinasi kita, cita-cita kita dengan penuh tekad kita akan lakukan. Dan semoga Tuhan menyertai kita sehingga cita-cita kita, determinasi kita tetap terpelihara. Ini dari kami.
Apa pesan Pak Ciputra agar pada UC Onliners, entrepreneur pemula dapat memiliki determinasi?
Kepada para UC Onliners, anda jangan takut untuk mengalami halangan-halangan. Saya mengalami begitu banyak kegagalan, bagaimana mengalami begitu banyak kekecewaan, saya hampir putus asa, tetapi saya tidak putus asa. Saya kehilangan semangat beberapa kali, tapi saya tidak putus asa. Kami mengalami kegagalan, hasilnya dengan kegagalan tersebut, dengan kekecewaan tersebut anda makin mantap. Anda seolah ditempa diri anda, ditempa hati anda, ditempa semangat anda, ditempa pikiran anda, bahkan anda makin menjadi hebat. Anda seolah diperlengkapi dengan kekuatan yang baru. Jadi, anda teruskan. Dalam sajak saya, sepuluh kali jatuh sebelas kali bangkit. Jadi, lakukan terus seperti tahun ’98. Kami seolah sudah bangkrut. Tapi sekarang kami sudah bangkit kembali. Dan jangan lupa terus berdoa kepada Tuhan.
Tuhan kiranya menyertai kita semua dan sekali lagi, salam entrepreneur.
Semoga sukses..

Transkrip video: Determinasi Diri - Nur Agustinus
Salam Entrepreneur UC Onlines. Hari ini kita akan membahas mengenai Self Determination bersama saya Nur Agustinus dari UCEO. Kita bahas mengenai apa itu determinasi diri. Seorang entreprneur harus mempunyai sifat determinan. Kita tahu determinan itu artinya menentukan. Sesuatu di mana dia itu mempunyai keinginan, dia mempunyai tujuan. Entrepreneur itu akan berusaha selalu mencapai tujuannya.  Nah, teori tentang determinasi diri ini telah diselidiki dan dipelajari oleh seorang pakar psikologi yang bernama Deci & Ryan. Apa tentang teori ini, mari kita akan bahas bersama-sama.
Mengapa seseorang mempunyai sebuah kemauan yang keras di mana dia berusaha untuk menentukan bahwa tujuannya itu harus tercapai. Ini memang ada beberapa faktor. Menurut penelitian Deci & Ryan ada tiga hal yang perlu ada dalam diri seorang yang memiliki determinasi diri yang bagus. Ketiga hal ini adalah sebagai berikut.
Kalau kita lihat di sini adalah determinasi diri, pertama adalah dia harus mempunyai yang namanya otonomi. Otonomi ini adalah bagaimana dia mempunyai kekuasaan atas dirinya. Banyak orang yang, misalnya, hidupnya itu tergantung dari orang lain. Ketika dia mau melangkah dia harus menunggu, katakanlah, persetujuan pihak lain. Ini akan membuat otonominya berkuarang. Tapi kalau dia memiliki otonomi yang besar, ini akan mempengaruhi determinasi dirinya.
Yang kedua. Jadi kalau kita lihat yang kedua, kedua adalah kompetensi. Kita tahu setiap orang punya kompetensi yang berbeda-beda. Semakin orang memiliki kemampuan, atau dia semakin kompeten dalam bidangnya, dia akan memiliki determinasi yang lebih kuat. Jadi, jika anda para UC Onliners saat ini masih berusaha untuk menjadi entrepreneur, salah satu langkah bagaimana meningkatkan determinasi diri adalah dengan meningkatkan kompetensi ini. Walaupun saat ini kita sedang bekerja di perusahaan atau di kantor atau di lembaga lain, kita sebaiknya selalu meningkatkan kompetensi. Ini adalah hal yang penting karena kompetensi yang bagus, semakin kuat, akan meningkatkan determinasi diri. Jadi kita sudah ketahui dua hal. Pertama adalah otonomi, sejauh mana UC Onliners bisa membuat diri menjadi seorang yang otonom, dan bagaimana meningkatkan kompetensi.
Apa yang ketiga? Yang ketiga adalah relasi. Relasi atau hubungan. Hubungan ini, kita bisa lihat, kalau kita memiliki hubungan dengan orang lain, semakin kita punya network, semakin kita punya relasi yang baik, ini akan membantu keyakinan diri kita untuk berusaha mencapai apa yang kita inginkan. Jadi, kita tidak mau atau kita tidak mudah untuk menyerah. Dengan adanya relasi ini, ini akan membantu. Membantu kekuatan dari detrminasi diri.
 Sebetulnya kalau kita kembali pada teori-teori entrepreneurship, dan kita selalu tahu bahwa seorang entrepreneur itu tidak mungkin lepas dari network. Teori Efektuasi juga menjelaskan bahwa ada yang namanya Crazy Quilt. Jadi, Crazy Quilt, kalau saya tuliskan di sini, ini adalah potongan-potongan perca. Jadi misalnya kita tahu bahwa di penjahit itu biasanya banyak sisa-sisa kain misalnya kain ini, ada kain ini, ada kain lagi, sisa-sisa potongan kain. Kalau kita gabung-gabungkan, kita pernah melihat selimut yang berupa tempelan-tempelan, gabungan-gabungan dari potongan-potongan kain ini, ini akan menjadi sebuah kain atau selimut yang indah, yang artistik. Nah, dalam teori efektuasi, salah satu teori entrepreneurship yang sangat populer saat ini, kemampuan entrepreneur yang baik adalah dia bisa menemukan orang-orang yang dia kenal dan menggabungkannya menjadi sebuah katakanlah resource atau sumber daya yang bisa untuk mencapai tujuannya. Jadi, tiga hal ini yang diteliti oleh Deci dan Ryan itu menentukan determinasi diri.
Pertanyaannya adalah bgaimana kita melatih determinasi diri? Apakah memang ada orang yang sudah dari dasarnya memiliki determinasi yang kuat atau hal itu memang bisa dilatih? Kita tahu entrepreneur itu ada tiga. Petama kemungkinan dia dari lahir, dari pendidikannya dan dari lingkungannya. Nah, kita juga yakin bahwa detrminasi ini juga bisa dilatih. Artinya apa? Kita tahu bahwa ada orang-orang tertentu yang ketika menghadapi sebuah masalah itu dia kemudia melakukan reaksi. Jadi misalnya begini, katakanlah ini seseorang yang ingin mencapai sebuah goal atau tujuan. Tentunya dia akan berjalan di sini. Tetapi, bagaimana kalau di tengah-tengah ini ada sebuah halangan? Katakanlah kita mau menuju suatu tempat, ternyata ada tembok yang menghalangi. Jadi, tentunya kita akan berjalan ke sini, kemudian berhenti. Ada tembok. Ada beberapa hal yang sering terjadi, misalnya ada orang yang berjalan ke sini, padahal tujuannya di sana, dia kemudian kembali. Ada juga yang di sini, ada hambatan, dia berhenti di sini. Dia menjadikan ini sebagai tempatnya yang terakhir yang dia bisa capai. Ada juga orang yang tidak menyerah. Dia berusaha mencari akal, mencari jalan, melingkar mungkin, dan dia mencapai tujuannya. Ini sudah membuktikan dia sudah ada usaha yang keras. Apa pun yang terjadi ada halangan apa pun dia akan berusaha mencapai tujuan. Tetapi ada juga yang mungkin karena faktor-faktor yang lain tadi, entah itu otonomi, entah itu kompetensi, dan juga relasi, dia bisa membuat terobosan, di mana dia menghancurkan tembok ini atau menghilangkan tembok ini. Atau katakanlah dia membuat terobosan dan dia tetap bisa menuju ke sana.
Jadi ini adalah bagaimana orang mencapai tujuan. Orang yang memiliki determinasi yang kuat, dia tetap selalu ingin mencapai tujuan. Jadi, saat pertama dia harus punya tujuan. Banyak orang yang sebetulnya tidak mempunyai tujuan. Nah itu adalah problemnya. Kalau dia tidak mempunyai tujuan, dia tidak tahu kapan dia harus mencapainya atau ke mana dia harus mencapainya. Dan kalau pun ada hambatan dan dia berhenti, dia bisa merasakan ini cukup menjadi tujuan saya. Jadi seorang entrepreneur harus mempunyai visi. Dia harus punya tujuan. Dia harus tahu mau jadi apa. Kalau dia tidak punya visi, maka apa yang dia tuju juga tidak jelas. Jadi, langkah awal, punyalah visi. Punyalah mimpi. Mimpi yang besar. Kemudian bergeraklah menuju mimpi itu. Punyalah misi-misi untuk mencapai visi itu. Jadi, seseorang harus punya tujuan yang penting yang pertama. Kemudian dia harus mencapai tujuan itu. Itulah yang namanya determinasi. Kalau determinasinya lemah, atau dia tidak punya determinasi, dia akan mudah sekali untuk kembali atau berhenti sehingga dia tidak berusaha untuk mencapai tujuannya.
Berhubungan dengan karakter seseorang, atau sifat, ada satu hal lagi yang sangat penting yang menunjang determinasi seseorang yaitu yang namanya efikasi diri atau self efficacy. Apa itu efikasi diri? Efikasi diri adalah sebuah keyakinan dari dalam diri orang tersebut, ada keyakinan bahwa dia mampu untuk melakukannya. Jadi ini berbeda dengan kepercayaan diri. Jadi, sebuah keyakinan bahwa orang itu atau misalnya kalau saya, bahwa saya yakin bahwa saya mampu melakukannya. Misalnya, saya harus pergi ke luar negeri. Saya kalau tidak yakin, maka saya akan menjadi ragu-ragu. Ini terlepas dari kepercayaan diri. Tapi kalau saya yakin, maka saya akan berusaha untuk bisa. Jadi self efikasi ini merupakan sebuah keyakinan bahwa saya mampu melakukannya. Jadi ini berkaitan dengan kompetensi sebetulnya. Ketika saya yakin, misalnya mampu membuka usaha sendiri, mampu membuat bisnis, maka saya akan bisa melakukannya dan kalau pun ada hambatan, saya akan tetap berjuang, saya akan tetap berusaha, saya tidak akan mudah menyerah. Kenapa? Karena saya mampu. Saya yakin bahwa saya mampu melakukannya. Nah, inilah suatu hal yang penting mengenai efikasi diri.
Selain itu, ada juga teori dalam psikologi yang namanya Adversity Quotient. Adversity Quotient ini adalah semacam kemampuan seseorang ketika mengahadapi masalah. Quotient di sini artinya sebetulnya mirip IQ, Intelligence Quotient, jadi tingkat keyakinan dia untuk mengatasi masalah, jadi daya tahannya. Ada orang yang ketika mengahadapi masalah seperti ilustrasi yang tadi, ada tembok dia mundur. Dalam teori Adversity Quotient ini ada beberapa tipe orang. Ada yang disebut dengan campers misalnya. Jadi ketika dia sampai pada suatu. Jadi ilustrasinya adalah dia menaiki sebuah bukit atau gunung. Ketika orang ini dia berjalan tentunya jalannya penuh terjal. Penuh kesulitan karena tidak ada yang mudah dan hidup selalu dalam keadaan tidak pasti. Dia melihat, kemudian menyerah. Dia berhenti di sini. Ini campers. Dia berkemah. Tapi ada juga yang kemudian dia turun lagi itu ada juga seperti ilustrasi tadi, ada yang berhenti, ada yang kembali. Tapi ada orang yang dia berusaha bisa tetap mempunyai daya juang, daya tahan, sehingga dia akhirnya sampai pada puncaknya.
Determinasi adalah kemampuan, adalah sifat, adalah dorongan di mana dia bisa yakin dan harus sampai ke puncak tujuan yang ingin di capai. Dia tidak akan berhenti di tengah-tengah. Kita sering kali misalnya begini. Kita punya ide mau buka usaha. Tapi orang tua mungkin bilang, “Ah, jangan. Kalau kamu buka usaha gina nanti kalau rugi? Gimana kalau misalnya ada orang beli barangmu itu tidak bayar? Bagaimana kalau misalnya krisis ekonomi terus berlanjut sehingga akhirnya modal yang kamu punya itu akhirnya habis?”. Orang yang memiliki determinasi yang tinggi, dia tidak akan peduli. Artinya apa? Kalu dia memiliki otonomi, dia yakin bahwa dirinya lah yang menentukan di mana ini sama juga dengan teori dalam efektuasi yang nanti akan kita jelaskan lebih lanjut dalam sesi-sesi yang lain, yaitu yang disebut dengan prinsip Pilot In The Plane. Kalau kita adalah pilot di pesawat kita, kita lah yang menentukan kita mau mendarat di mana, kita mau pergi ke mana. Jadi, determinasi adalah sebuah keyakinan, sebuah mindset, sebuah sikap, di mana kita harus sampai pada tujuan. Ada halangan, kita akan gunakan otak kita, untuk berpikir, untuk kreatif, untik inovatif, supaya bisa mengatasi hambatan tersebut. Jadi, kalau pun ada hambatan, kita tidak akan menyerah. Kalau pun ada masalah, kita akan berusaha untuk mengatasinya. Inilah kunci seseorang entrepreneur itu untuk bisa berhasil. Kalau pun gagal dia akan bangkit. Kalau pun gagal sepuluh kali, dia akan bangkit sebelas kali. Itulah determinasi.
Itu adalah prinsip yang sangat penting yang harus UC Onliners pegang. Jangan sampai ada masalah, ada halangan, ada hambatan, atau mungkin misalnya hambatan itu bisa saja hambatan dari keluarga, dari budaya, bahwa, “O, kamu itu lebih baik jadi pegawai, lebih enak, tiap bulan dapat gaji, hidup pasti aman, nyaman”. Tapi kita tahu bahwa entrepreneurship itu yang mengubah dunia, entrepreneurship itu yang bisa mengubah bangsa, entreprenurship itu yang dapat mengubah diri kita. Itulah, kalau kita punya keyakinan, kita yakin bahwa kita bisa, kita punya otonomi atas diri kita, kita punya kompetensi yang selalu kita perbaiki, yang selalu kita tingkatkan, dan kita jangan lupa, membina hubungan dengan orang lain, relasi, network, dan membangun kerja sama semua itu butuh trust, kepercayaan, kejujuran, etika, semua itu akan sampai. Dengan keyakinan, dengan kemampuan, dengan sebuah tekad, saya pasti bisa, anda pasti bisa, UC Onliners juga pasti bisa. Salam Entrepreneur. Semoga bermanfaat.

Kamis, 03 Oktober 2013

ECW 2013 " Attitude to Failure "

Saat ini kita akan memasuki ruangan kerja Pak Ciputra. Seperti yang anda lihat, ruangan ini hanya berukuran 8 x 8 meter, dan ditempati oleh tujuh orang managing director dari Grup Ciputra, termasuk Pak Ci di dalamnya.
Pada saat-saat seperti ini, saya merasa sangat bahagia. Sedang bertemu dengan Onliners dalam rangka pelatihan dan pendidikan entrepreneurship. Saudara-saudara sekalian, hari ini kita akan bicarakan satu topik yang sangat menarik. Yang diambil dari sajak kami tentang entrepreneur. Dalam sajak tersebut, dalam bait terakhir kami katakan, sepuluh kali gagal, sebelas kali bangkit.
Nah, ini merupakan sajak bahwa seorang entrepreneur jangan takut gagal. Jadi bisa gagaberkali-kali, tapi yang penting semangatnya, spiritnya tidak hilang. Jadi harus bangkit untuk berjuang. Kegagalan anggaplah seperti peribahasa katakan, sukses yang tertunda. Nah, selama kita masih punya semangat, kita supaya bangkit kembali. Kegagalan tersebut ada dua macam. Kegagalan pada waktu dia melakukan inovasi, kreativitas, dan kegagalan dalam bisnis sesungguhnya. Dalam inovasi, mencari ide-ide baru, menciptakan peluang yang baru, itu perlu dilakukan terus-menerus. Itu bukan hanya sepuluh kali gagal, jadi sampai ratusan kali gagal. Terutama kegagalan itu dimulai dari mindset kita.
Ada fase-fase kita lakuakan. Pertama dari mindset kita, kemudian kita bikin percobaan, dan kemudian pada keadaan sesungguhnya. Nah, pada mindset tersebut kita bisa melakukan kegagalan. Kita cari lagi ide-ide baru. Kita uji coba di lapangan dan sebagainya, dan sebagainya. Nanti kita menemukan beberapa yang kita anggap sudah bagus sekali, nah kita coba. Dan biasanya pengalaman saya, pada waktu sudah yakin, biasanya kita berhasil.
Mimpi besar dari orang yang suka bermimpi besar biasanya akan berhasil. Nah, dalam perusahaan, dalam perusahaan bisa juga gagal. Atau kemudian anda lakukan, ternyata anda pikir, wah ini tidak cocok. Hal itu dimulai pada waktu saya masih ITB Bandung. Saya membuka biro perencanaan. Konsultan perencanaan. Ternyata saya gaggal. Karena apa? Ternyata tidak sesuai dengan keinginan saya yang semula di sana saya harus mencari pekerjaan dari teman-teman, mencari peluang dari teman-teman, meminta pekerjaan dari teman-teman, meminta pekerjaan dari pemerintah, meminta pekerjaan daripada para pengusaha. Berikan saya pekerjaan, saya bisa mendesain. Ternyata sukarnya bukan main. Jadi, saya memulai sebagai konsultan perencanaan saya anggap gagal. Tapi saya cari solusi. Saya serahkan kepada teman-teman saya meneruskan usaha tersebut. Saya ingin menciptakan peluang. Menciptakan pekerjaan saya. Maka saya pada waktu saya tamat beralih menjadi developer. Developer, kita menciptakan project. Bukan project diberikan oleh orang lain. Kita yang mencari, kita menciptakan project tersebut.
Nah, jadi saya juga mengalami kegagalan. Kemudian sebagai developer pada tahun ’98. Krisis ekonomi Indonesia. Begitu besar sekali. Utang kami begitu banyak. Karena orang berlari, kami berlari di depan. Dengan cara berhutang. Itu khan kami terpaksa harus tutup hutang-hutang kami. Itu berarti gagal. Dalam bisnis, sudah berusaha bisnis, sudah tepat, tapi usahanya gagal. Tapi kami bangkit. Kami selesaikan hutang-hutang kami. Tidak satu pun pergi ke pengadilan. Kami negosiasi. Kami minta dicicil. Nah, karena kita punya maksud yang baik, dengan tujuan yang baik, kita tangani dengan integritas, dengan profesionalisme, dan entrepreneur, syukur kami berada seperti kami sekarang ini. Jadi, memilih bisnis dahulu sebagai konsultan kami gagal. Sesudah dalam property, menjalankan, kami gagal. Waktu kami di Jaya, beberapa perusahaan yang kami dirikan seperti Jaya Steel, Jaya Alumunium, itu ditutup. Karena ternyata kami tidak berhasil. Tapi dua, lebih dari sepuluh, bidang usaha gagal tetapi yang lain menjadi dasar fondasi daripada bisnis Pembangunan Jaya sekarang ini.
Jadi anda perhitungkan benar-benar. Jangan sampai anda kami katakan jangan takut gagal, tapi anda hanya melakukan serobot kiri, serobot kanan. Itu tidak. Perhitungkan matang-matang. Seperti Jaya Steel, kenapa kami gagal? Karena ternyata pekerjaan steel itu dengan mudah dikerjakan oleh orang lain pada waktu itu. Karena gedung-gedung belum complicated kaya’ sekarang ini. Jadi kompetisi kita adalah tukang-tukang di tepi jalan. Dengan cara yang sederhana kami ucapkan. Demikian juga alumunium. Begitu banyak orang dirikan alumunium. Dengan gedung-gedung sederhana. Jadi kami tutup. Tapi ada yang sisa di Pembangunan Jaya. Ada lima bidang usaha. Property dan konstruksi, dalam training, dalam rekreasi, dan infrastruktur yang jalan terus. Jadi hal itu tidak diteruskan. Yang manufacturing yang sederhana. Jadi sekali lagi, perhitungkan dengan matang-matang. Kalau anda sudah yakin, kerjakan. Kalau gagal, anda perbaiki. Dan anggap itulah sukses yang tertunda.
Peribahasa itu tepat sekali. Dan seharusnya anda jalankan usaha masih banyak rintangan-rintangan yang lain-lain. Pada waktu anda mencari inovasi yang baru, kreatif yang baru, cara sistem marketing yang baru, sistem produksi yang baru, desain gedung yang baru, sistem keuangan yang baru, itu bisa anda mengalami kegagalan. Tapi anda jangan putus asa. Anda harus mencari terus, terus saja mencari. Hanya dengan sesuatu yang baru, dengan inovasi yang baru, anda bisa menang dalam kompetisi anda. Anda bisa menang dalam perjalanan anda dalam rangka mencapai tujuan.
Kalau anda hanya mengerjakan bisnis as usual, anda akan berjalan di tempat. Anda menjadi perusahaan yang marginal. Ya, anda menjadi perusahaan yang marginal. Oleh karena itulah sekali lagi. Gagal berkali-kali, bangkit berkali-kali. Dan pasti akan berhasil. Terimakasih. Sampai ketemu lagi. Salam Entrepreneur. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.
Terimakasih..

Transkrip Video: Attitude to Face the Failure - Inge Gunawan
Salam Entrepreneur..
Sebelum saya sharing mengenai topik saya pada hari ini, saya akan mengutip sepenggal puisi dari Pak Ciputra. Ada yang berentrepreneur namun tidak berhasil. Sharing saya pada hari ini berjudul Atutide to Face The Failure. Atau sikap dalam menghadapi kegagalan. Bagi seorang entrepreneur, kegagalan itu hal yang biasa. Tetapi bagi kebanyakan orang itu merupakan hal yang sangat menakutkan. Menurut Ciputra Way, seorang entrepreneur adalah An Oppotunity Creator, Innovator, dan juga Risk Taker. Artinya selain seorang entrepreneur itu harus menciptakan kesempatan, juga merupakan seorang inovator, memberikan nilai tambah kepada bisnisnya dan juga seorang risk taker artinya harus berani mengambil resiko.
Menurut Pak Ciputra, founder dan Universitas Ciputra tempat saya mengajar, seorang entrepreneur bisa berasal dari lahir dan karena keluarganya. Yang kedua karena lingkungannya, dan yang ketiga karena dididik dan dilatih. Pak Ciputra pada tahun 2006 mendirikan Universitas Ciputra untuk mendidik dan melatih pada entrepreneur muda Indonesia. Di UC (Universitas Ciputra), mahasiswa dididik dan dilatih menjadi Educated Entrepreneur. Kurikulum yang kami kembangkan berdasarkan project based learning. Artinya, mahasiswa harus melakukan start up bisnis, mengembangkan bisnis, dan menjadikan bisnis yang sustainable. Dari situlah mahasiswa balajar untuk berentrepreneur, mengalami kegagalan, bangkit kembali, dan memiliki bisnis yang besar.
Pak Ciputra memiliki impian, di tahun 2030 Indonesia akan memiliki 6 juta entrepreneur. Saat ini di Inodesia sendiri, entrepreneur baru berjumlah 1,53%. Sementara kalau kita bandingkan dengan Singapura yang merupakan negara yang kecil, entrepreneur di sana sudah mencapai 7%. Oleh karena itu mari kita bersama-sama mewujudkan impian yang luar biasa itu untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih makmur dan menjadi negara yang lebih baik. Di Indonesia, Ernst and Young juga mensupport adanya entrepreneur di Indonesia dengan menyelenggarakan Entrepreneur Of The Year yang di-launching sejak tahun 2001. Ernst and Young memberikan banyak penghargaan kepada pada entrepreneur muda yang berprestasi dan mengembangkan entrepreneurial spirit untuk membawa Indonesia ke ekonomi yang lebih baik, membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang, dan menigkatkan kemakmuran banyak orang.
Saya akan masuk ke topik saya pada hari ini yaitu sikap di dalam menghadapi kegagalan. Saya akan mulai dari penelitian mengenai kegagalan bisnis. Ada dua definisi. Yang pertama adalah definisi secara luas. Menurut Singh, Corner, & Pavlovich tahun 2007, dikatakan definisi yang luas dari kegagalan bisnis adalah entrepreneur exit atau quit dari bisnisnya. Jadi entrepreneur tersebut meninggalkan bisnisnya. Kemudian definisi yang lebih sempit dikatakan oleh Shepherd & Haynie tahun 2011, adalah ketika seorang entrepreneur itu mengalami kebangkrutan atau mengalami kerugian yang besar di dalam bisnisnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harvard business school pada tahun 2010, dikatakan bahwa seorang entrepreneur yang berhasil pertama kali membuka bisnisnya hanya 18% saja. Untuk itu di Universitas Ciputra kami memiliki talk line “Fail Chep, Fail Fast, Fail Early”. Artinya, mahasiswa kami harus gagal semurah mungkin, sedini mungkin, dan secepat mungkin. Di Universitas Ciputra, setiap mahasiswa harus memiliki experience untuk melakukan start up bisnis sejak tahun kedua masa studi mereka.
Di tahun pertama mereka mengalami groundbreaker, artinya pembentukan entrepreneur mindset dan spirit. Kemudian masuk ke semester kedua, mahasisawa belajar untuk melakukan ideasi bisnis, design thinking, identifikasi, prototyping, sampai ke user testing, membuat bisnis model canvas atau B-plan, serta dieksekusi bisnisnya. Dan kemudian masuk di tahun kedua, yaitu di semester ketiga, para mahasiswa tersebut sudah harus melakukan start up bisnis. Di semester ke empat mahasiswa di Universitas Ciputra mengalami pembelajaran bisnis inovation. Artinya mereka harus memberikan inovasi terhadap proses bisnisnya. Kemudian di semester lima melakukan scale up bisnis atau global business experience. Kemudian di semester enam dan tujuh mereka melakukan developing business dan sustainability business.
Mereka diberi kesempatan untuk gagal sedini mungkin, secepat mungkin, semurah mungkin. Sehingga ketika mereka mengalami betul-betul membuka bisnis, ketika mereka lulus dari Universitas Ciputra mereka sudah memiliki experience untuk gagal di bisnis mereka.
Kemudian ada tujuh alasan mengapa seorang entrepreneur gagal di bisnis mereka yang pertama. Alasan pertama adalah Survival Driven atau Seeking Money Before Adding Value  artinya seorang entrepreneur hanya berpikir untuk profit jangka pendek dan tidak memikirkan bisnis jangka panjang. Kemudian alasan yang kedua adalah Inadequate atau Lack of Knowledge artinya seorang entrepreneur tidak memiliki pengetahuan dasar atau pengetahuan yang mendahului ketika dia mau membuka bisnisnya. Untuk itulah dibutuhkan market riset atau eksplorasi ketika seorang entrepreneur mau membuka bisnisnya pertama kali. Saya menyarankan seorang entrepreneur untuk melakukan eksplorasi atau market riset, interview kepada customer, calon customer, kepada kompetitor, kepada suplier untuk mengetahui kemampuan dasar sebelum membuka bisnisnya. Kemudian yang ketiga adalah Lack of Focuks. Kebanyakan seorang entrepreneur ingin membuka bisnis di berbagai bidang. Tidak bisa. Harus fokus terlebih dahulu di bidang tertentu. Kemudian alasan keempat mengapa seorang entrepreneur gagal di bisnis mereka yang pertama adalah Fail of Failure. Artinya entrepreneur tersebut takut untuk melangkah lebih maju lagi di bisnisnya. Kemudian alasan yang kelima adalah Lack of Vision. Artinya entrepreneur tersebut tidak memiliki visi kedepannya bisnis ini mau dibawa ke mana. Kemudian yang berikutnya alasan keenam adalah Poor Money Management atau tidak bisa mengelola keuangannya. Kemudian yang ketujuh atau alasan terakhir mengapa seorang entrepreneur gagal di bisnis mereka yang pertama adalah I can do well all by myself. Artinya dia cenderung untuk bekerja sendiri, tidak mau melakukan networking atau bekerja secara teamwork. Adalah lebih baik untuk menjalin hubungan atau networking dengan berbagai pihak yang bisa menyatukan kekuatan untuk membuat bisnis tersebut menjadi berhasil.
Untuk itulah kami betul-betul membuat mahasiswa mengalami experience untuk membuka bisnis, mengalami kegagalan, dan bangkit kembali sesuai dengan passion mereka.
Kemudian berikutnya saya akan sharing mengenai lima kunci untuk menjadikan kegagalan menjadi kunci sukses. Kunci yang pertama adalah Call Failure Something Else artinya sebut kegagalan itu bukan sebagai kegagalan, tetapi sebagai experience atau pengalaman. Gambarannya seperti ini. Sebuah perusahaan yang besar yang akan meng-hire senior manager tidak mungkin mempekerjakan seorang fresh graduate. Artinya seorang manager yang diharapkan adalah seorang yang memiliki pengalaman menjadi senior manager di tempat lain. Demikian juga ketika seseorang melakukan bisnis, kegagalan sebenarnya bukan kegagalan, tetapi adalah pengalaman yang mengikuti hidupnya. Artinya dia sudah memiliki pengalaman di dalam berbisnis. Oleh karena itu jangan sebut kegagalan sebagai kegagalan. Bagi seorang entrepreneur kegagalan itu adalah sebuah pengalaman, guru yang paling berharga.
Kemudian kunci yang kedua adalah Use Failure as A Stepping Stone, artinya gunakan kegagalan tersebut sebagai batu pijakan untuk membuka bisnis yang lebih baik lagi, yang akan berkembang lebih besar lagi di kemudian hari. Kemudian kunci yang ketiga adalah Never Fail Alone, artinya anda harus memiliki partner bisnis. Anda harus mulai melakukan networking. Jangan gagal sendirian. Kemudian yang keempat Don’t Hide Your Failure, artinya jangan pernah sembunyikan kegagalan itu karena kegagalan itu sebenarnya bukan kegagalan bagi seorang entrepreneur. Kegagalan adalah pangalaman.
Dan kemudian yang kelima atau yang terakhir adalah Find Out Your Passion atau betul-betul temukan passion anda. Karena ketika anda membuka bisnis, di mana itu merupakan passion anda, maka bisnis itu akan lebih memiliki change untuk berhasil.
Saya memberikan ilustrasi seperti ini sebelum saya menutup sharing saya pada hari ini. Ada seorang nenek yang kehilangan liontinnya. Dan kemudian mencari liontin tersebut. Kemudian beberapa orang melihat nenek tersebut sedang mencari-cari liontin. Kemudian orang-orang tersebut mulai membantu mencari liontin nenek itu. Terus beberapa orang lagi bergabung, demikian terus menerus semkin banyak orang yang bergabung untuk mencari liontin tersebut. Sampai berjam-jam dan sampai lama sekali mereka mencari liontin tersebut dan tidak berhasil mendapatkan liontin itu. Sampai akhirnya setelah lama mereka mencari, seseorang bertanya kepada nenek tersebut. “Nek apakah nenek yakin liontin tersebut jatuh atau hilang di sini? Karena di sini tempatnya terang bederang. Dan kita sudah mencari dari tadi. Tetapi kita tidak menjumpai liontin itu”. Dan nenek tersebut mengatakan, “Tidak, liontin itu tidak pernah jatuh di siini. Saya kehilangan liontin itu di seberang jalan. Tetapi karena di sana tempatnya gelap, saya tidak mau mencari di tempat yang gelap itu”.
Demikian juga para entrepreneur. Seringkali kita melakukan atau membuka bisnis pertama kali di tempat yang nyaman atau yang kita perkirakan itu akan mendatangkan keuntungan jangka pendek. Seringkali kita tidak mau bersusah payah, seringkali para entrepreneur ingin melakukan suatu bisnis yang comfort atau nyaman menurut dia. Tetapi itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Dan pasti berujung dengan kegagalan. Oleh karena itu saya betul-betul mendukung anda untuk jangan pernah takut untuk melangkah ke sesuatu yang sulit yang anda pikir anda sulit untuk melakukannya karena anda yakin bahwa seorang ketika menemukan passionnya kemudian melakukan market research untuk meminimumkan kegagalannya pasti seorang itu bisa berhasil menjadi seorang entrepreneur.
Jangan takut untuk gagal karena kegagalan itu adalah pengalaman. Dan seorang entrepreneur tidak harus mengalami kegagalan. Kita bisa meminimumkan kegagalan dan me-manage kegagalan itu menjadi sebuah keberhasilan. Pak Ciputra mengatakan “Entrepreneur Sejati gagal 10 kali, namun bangkit 11 kali”.  Saya percaya bahawa anda yang pernah mengalami kegagalan di dalam bisnis akan menjadikan kegagalan sebagai pengalaman dan stepping stone untuk melangkah menuju keberhasilan di dalam bisnis anda berikutnya.
Saya berharap materi yang saya sharingkan pada hari ini bisa bermanfaat bagi seluruh UC Onliners.
Saya Inge Gunawan.
Salam Entrepreneur..

Transkrip Video: Attitude to Face the Failure - Teddy Saputra
Salam Entrepreneur..
Perkenalkan nama saya Teddy Saputra dan saat ini saya bergabung di dalam Universitas Ciputra sebagai dosen pengajar. Di samping itu saya juga seorang entrepreneur yang sedikit banyak saya pernah mengalami kegagalan, kemudian saya berusaha bangkit lagi, kemudian pernah mengalami kegagalan lagi, tetapi saya dari segala pengalaman saya itu saya belajar bahwa justru kegagalan itulah yang menjadi suatu hal yang berharga ketika kita melangkah lebih jauh lagi dalam perjalanan entrepreneurship kita. Karena itu pada kesempatan kali ini saya akan berbagi kepada para UC Onliners yang menyaksikan pada kesempatan ini. Bagaimana sih ketika saya memulai usaha,  kemudian saya gagal, dan kemudian saya belajar dari kegagalan itu. Di mana pada akhirnya saya berharap agar teman-teman dari UC Onliners bisa melihat bahwa kegagalan itu sangat berharga dan kedua saya juga berharap agar kegagalan yang saya rasakan, kegalan yang saya alami kemarin itu tidak terjadi pada diri Anda. Jadi, Anda bisa belajar dari pengalaman saya ini. Seperti itu. Karena itu kita mulai saja program ini.
Saya sebagai entrepreneur saya melihat ada tiga sisi yang mudah, tiga langkah yang kita miliki sebagai entrepreneur. Yang pertama adalah penting sekali bagi kita untuk menemukan apa passion kita sebenarnya. Siapa diri kita sebenarnya. Apa keunggulan kita. Dan juga apa kelemahan kita. Dari situ kita dapat mengembangkan bisnis apa yang akan kita laksanakan.
Mengapa passion ini menjadi sangat penting? Karena bagi saya jikalau kita bekerja sesuai dengan passion kita, maka apa pun yang akan kita kerjakan ini tidak membuat kita merasa lelah. Juga kita tidak merasa kalau kita gagal atau gimana, kita akan merasa saya harus lebih maju, lebih baik lagi. Itu kalau misalkan kita bertindak, berjalan atau memulai bisnis berdasarkan passion yang kita miliki. Kedua, penting sekali bagi kita untuk memahami teknik-teknik dalam bisnis yang saya pikir rekan-rekan dosen-dosen yang lain sebelumnya juga menyampaikan banyak hal tentang bagaimana teknik bisnis yang baik. Dan akhirnya, setelah kita mengetahui passion kita apa, kemudian kita juga mengetahui bagaimana kita berbisnis dengan teknik yang baik, baru kemudian kita mengubah passion ini menjadi suatu bisnis yang baik di mana passion kita ini akan menghasilkan sesuatu yang bernilai buat orang lain sehingga orang lain ini akan bersedia untuk membayar kepada kita dalam memperoleh produk dan jasa yang kita hasilkan ini.
Saya tinggal di kota Bogor. Dan saya lahir di sana, besar di sana, sekolah di sana, sampai dengan SMA. Dan kota Bogor ini perlu diketahui bahwa kota Bogor ini sangat berdekatan dengan Jakarta. Jadi berbatasan langsung dengan Jakarta, dimana kota Bogor ini mempunyai penduduk sejumlah 4,7 juta jiwa. Alasan saya waktu itu cukup sederhana yaitu bahwa saya tahu kota Bogor dengan baik dan saya pikir saya bisa dengan pengalaman saya di kota Bogor, dengan pengetahuan saya tentang kota Bogor, ini adalah peluang yang baik buat saya memulai bisnis di kota Bogor. Just that. Itu pemikiran saya pasa awalnya. Dan saya ingin memulai bisnis di kota Bogor.
Di kota Bogor itu ada satu universitas swasta yang cukup besar. Setelah saya cari tahu jumlahnya ada 20 ribu mahasiswa. 20 ribu mahasiswa dan universitas ini adanya di pinggir jalan. Jadi bisa dibayangkan kalau kita berdagang di depannya, berarti kita bisa mentargetkan market 20 ribu mahasiswa di dalamnya kemudian juga orang-orang yang ada di sekitar kampus. Saya pikir, “Wah, ini adalah pasar-pasar yang sangat-sangat luar biasa”. 20 ribu mahasiswa dan terkotak di dalam satu daerah itu di kota Bogor. Setelah saya bicara-bicara, Saya ngomong-ngomong sama teman. Kebetulan ada teman saya yang ahli dalam bikin mie ayam ceritanya. Inisialnya “I”. Nah, teman saya ini teman SMA. “I dan IR”. Jadi ada dua teman saya, I dan IR. Waktu itu kita duduk bareng. Kebetulan lagi bicara-bicara. Anak muda ya.
Kita bertiga mempunyai cita-cita yang sama yaitu kita pengen bisnis di Bogor. Nah, salah satu teman saya si I ini kebetulan punya kehlian membuat mie ayam. Waah, cocok ini saya pikir ya. Gimana kalau misalkan kita sewa tempat di depan universitas ini. I ini yang masak, yang menyediakan produksi mie ayamnya ini. Kita sasar target 20 ribu mahasiswa. Tentu ini akan jadi sesuatu yang sangat-sangat menarik. Waktu itu sampai posisi ini kami berpikir ini akan sangat mudah sekali dijalankan dan akan sangat laku. Kira-kira seperti itu. Nah, survei-survei saya laksanakan bertiga dan saya ngelihat sepintas-sepintas saja lah. Ini salah satu kesalahan saya, UC Onliners. Di mana kita sebenarnya ketika memulai suatu bisnis kita harus mempelajari lingkungan tempat kita akan berbisnis. Kita harus mempelajari pasar, mempelajari persaingan, pesaing-pesaing di sekitar kita.
Kami waktu itu memang mempelajari. Tetapi dengan menggunakan cara yang gampang. Nah ini salah satu yang saya ingin bagikan kepada UC Onliners. Kita lihat power point saya, yang diatas itu salah satu tukang mie ayam yang ada di depan universitas ini tapi lokasinya agak-agak lebih mojok. Jadi di pojokan. Saya ke sana saya ngelihat. O, ini pesaing saya ini. Saya langsung menilai. Wah, tempatnya jelek. Kalau saya bikin misalnya tempatnya lebih bagus. Thats it, saya akan menang. Sesimpel itu saja waktu itu. Kemudian yang kedua saya beli mie ayamnya. Dan saya perhatiin. Di power point saya foto itu saya kasih fotonya. Mie ayamnya seperti itu. Yang saya lihat yang langsung jadi perhatian saya adalah ayam yang ada di dalam mie ayam itu. Ayamnya berwarna coklat, yang saya juga tentu saya pikir akan menumbuhkan pertanyaan bagi para konsumen, ini ayam apa bukan? Dan saya rencananya, saya akan memproduksi yang lebih baik lagi daripada ini.
Ini pesaing saya. Ternyata dengan tempat yang seperti ini, yang menurut saya jelek, kembali lagi saya tekankan ya. Bahwa menurut kami jelek. Dan mie ayam yang menurut kami ini tidak ideal, ternyata dia mampu menjual 300 mangkuk setiap hari di harga 8.000 per mangkuk. Kalau misalkan kita kalkulasi dalam satu bulan misalkan 20 hari kerja berarti 30 juta itu omsetnya dalam satu bulan. Tentu saja kami bertiga semakin tertarik dengan bisnis ini. Dan kami bertekad, semakin bertekad akan menjadi pesaing yang kuat baginya. Ini kalkulasi, kemudian kami membuat kalkulasi sederhana bahwa ternyata biaya pokok semangkuk mie ayam itu cuma 3.000 lho. Kemudian dia, pesaing saya jual harga per mangkuk 8.000. Artinya saingan saya untung 5.000 per mangkuk. Kalo misalkan satu hari mereka jual 300 mangkuk, yang artinya mereka untung, mereka mendapatkan omset 1,5 juta per hari, sorry, mereka akan mendapatkan untung 1,5 juta per hari, dan mendapatkan untung bersih, untung kotor 30 juta per bulan. Wow, ini luar biasa ini. Tentu kami makin bertiga semakin melihat bisnis ini, kembali lagi saya semakin ngiler saudara-saudara. Dan saya akan mulai melakukan action bersama teman-teman saya.
So, setelah kita berkumpul, apa yang akan kita perbuat sekarang? Saya mulai mencari tempat. Tempat yang lebih baik, tempat yang lebih strategis. Kalau tadi pesaing saya posisinya ini adalah universitasnya pesaing saya itu posisinya ada di ujung sebelah kiri, agak jauh. Kesempatan saya mendapatkan tempat yang akan saya sewa itu persisi di depan pintu keluar dari kampus. Dan lihat saja itu gambarnya. Tentu lebih baik ya. Kondisi dari tempatnya juga lebih bagus, lebih bersih. Yang artinya saya semakin optimis. Dalam pikiran saya, “Wah, kalau tempat dia sekedar seperti itu, saya tempatnya lebih bagus, maka saya akan menang persaingan”. Pertimbangan saya sesederhana itu waktu itu. Ini perbandingannya. Sebelah kiri, itu teman saya IR yang di atas. Kemudian yang di bawah bajunya doang itu kelihatan. Itu I. Dan ini tempat saya yang lebih jauh lebih bagus tentunya ya? Semua pasti setuju ya UC Onliners?
Kalau dengan tempat saya, dibandingkan dengan tempat pesaing, tentu lebih baik tempat saya, tempat kami. Masalah produk, ini adalah mie ayam yang kami ciptakan. Kemudian kami branding namanya Mie Ayam 77. Pemikiran sederhananya seperti ini. Kompetitor kami mempunyai bentuk ayam yang Anda bisa lihat power point, warnanya coklat karena dikasih kecap yang lumayan banyak. Tetapi tidak berwujud ayam. Jadi, kami berpikir bertiga. Kembali lagi kami bertiga berpikir bahwa, “Wah, kalo misalkan kita bikin ayamnya yang kelihatan bentuk ayamnya, tentu ini akan lebih bagus dong”. Karena orang-orang akan melihat, wah ini ayam bener ini, ayam bener.
Oke, akhirnya kita jalan. Setelah kita mendevelop produk, dan jadi deh itu. Mie Ayam 77. Tampilannya tentu lebih baik ya? Harga? Kita juga menang. Kita mau pasang harga Rp 6.000,00 dalam satu mangkuk. Pesaing 8.000. Lebih murah ke kita 6.000. Dari tempat kita menang, kemudian dari bentuk juga kita pikir kita menang, dan harga juga kita pikir kita menang. Tiga kemenangan, tiga perhitungan kita ini, tiga penilaian kita, tiga aspek kita merasa labih kuat daripada pesaing. Dan kita siap mulai.
Dengan modal 30 juta. Untuk tempat kami harus  sewa 30 juta. 30 juta untuk satu tahun. Ini besar. Ini cukup mahal tapi waktu itu kami pertimbangkan bahwa posisinya sangat strategis. Ada persis di depan pintu keluar kampus di mana 20.000 mahasiswa yang keluar masuk tiap hari. 30 juta lumayan worthed lah ya kami pikir waktu iitu. Kemudian kami juga menginvestasikan 5 juta untuk pembelian bahan baku awal. Dan peralatan, dan sebagainya, siap untuk memulai usaha. Langkah satu sudah kamu laksanakan. Ini tempat kami. Dan ini rekan saya. Kami mulai memperbaiki semuanya. Siap-siap bertarung di pasar. Langkah kedua, kami mulai menata dekorasi ruangan lebih rapi dari pesaing. Setuju khan ya? Lebih bagus. Kami beli tempatnya lebih mahal, kemudian kursinya bisa Anda lihat. Bahkan sausnya juga kami menggunakan saus yang lebih mahal. Kami sangat-sangat ingin bersaing dan ingin menang ini. Langkah ketiga kami mulai buka. Ini tempat kami dan kami mulai buka ini.
Ini hasilnya. Pada bulan pertama, kami mencapai 30 mangkuk satu hari. Pada bulan pertama lho. 30, wah oke lah saya bilang ya. Kalau tiga puluh mangkuk pertama, ini oke ini. Dan saya makin bersemangat. Tetapi pada bulan kedua, ada penurunan. Menjadi dua puluh lima mangkuk satu hari. Perhari ini. Bulan ketiga, sepuluh mangkuk per hari. Mulai ketakutan. Pada bulan ke empat, percaya atau tidak, mie ayam yang tadi kami develop seperti itu cuma laku 2 mangkuk per hari. Wah, ini luar biasa sekali ini. Apa yang kami pelajari saat itu? Kemudian kami mulai bertiga, kalau misalkan bisnis mulai rusak, saya bertiga teman mulai berdebat. Berdebatnya mulai berdebat keras ya. Mulai menyalahkan satu sama lain. Apa ini? Kesalahannya apa? Kenapa bisa begini? Tempat kita lebih bagus, produknya lebih bagus, dan ketiga lokasinya jauh lebih strategis daripada pesaing. Ternyata 300 mangkuk itu paling cuma lari ke kita 30 per hari. Kemudian makin lama jelas sekali dari angka-angka itu terlihat ya, pelanggan tidak balik lagi. Tidak senang. Dari 30, 25, 20, bahkan pada bulan ke empat itu rata-rata cuma dua mangkuk sehari. Kami terkalahkan. Terus terang saja waktu itu kami merasa kami benar-benar digebukin itu sama si tukang mie ayam yang kelihatannya lebih sederhana ya?
Why? Why ini yang harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Pertama, kita lihat prosesnya. Ketika saya mulai menjadi seorang akademisi saya mulai rapi ini melihat ini. Ini prosesnya. Pertama saya cuma melihat bahwa ada 20.000 mahasiswa. Saya cuma melihat itu saja. Bukankah itu yang sering kita lakukan UC Onliners? Cuma melihat market begitu besar. Saya juga waktu itu melakukan itu. 20.000 mahasiswa. Keluar langsung, ini  adalah pasar yang sangat luar biasa besar. Kesimpulannya sangat sederhana waktu itu ya? Kemudian kedua, setelah mempelajari semuanya dengan sederhana sekali, langsung kita invest 30 juta. Kebetulan ada uang, jalan langsung 35 juta. Sewa tempat, tanpa berhitung lebih dalam, bagaimana ini. Tanpa melakukan eksplorasi dan sebagainya, kita ambil tempatnya langsung. Ketiga, kita langsung melihat  bahwa lokasinya sangat-sangat strategis. Di depan pintu keluar kampus. Semakin pede. Kemudian yang keempat, kita langsung menata dekorasi ruangan lebih bagus daripada pesaing. Prediksi, kemudian terakhir kita langsung grand opening.
So, mana yang salah? Saudara-saudara UC Onliners sekalian. Saya akui pada waktu itu kami bertiga sama sekali tidak memikirkan apa-apa. Strategi bisnis tidak ada, visi bisnis tidak ada, semuanya hanya bisa dikatakan langkah bisnis yang terburu-buru ya. Terburu-buru dan berdasarkan data-data yang sangat-sangat sekilas saja. Bahwa market yang cukup besar, kami mampu membuat lebih baik. Semuanya menurut kami, menurut kami, menurut kami.
Mie ayamnya lebih bagus itu menurut kami lho. Bukan menurut pasar. Apakah tempatnya lebih bagus? Itu menurut kami juga. Dan itu menjadi kesalahan yang sangat saya sesalkan selama ini. Semuanya pertimbangan pada waktu itu, menurut kami. Itu yang tidak boleh. Apa yang terjadi? Saya bertanya terhadap seratus mahasiswa di sana secara diam-diam. Setelah kejadian. Harusnya ini dilakukan di awal. Saya karena penasaran kenapa saya sampai gagal, saya tanya sama seratus mahasiswa di sana. Secara diam-diam. Why? Kenapa kamu nggak berbalik lagi?
Ternyata ada perhitungan yang saya lewatkan. Di sana, mahasiswa, 20.000 mahasiswa yang ada di sana ternyata merupakan mayoritas beragama muslim. Dari daerah. Muslim dari daerah. Bukan dari kota Bogor, tapi dari daerah. Ya, dari daerah-daerah terpencil. Kebanyakan mereka beragama muslim. Ayam berwarna putih. Ternyata ini yang kami bangga-banggakan, eh ternyata merupakan kesalahan. Kenapa? Ini ayam kami nih. Berwarna putih. Bagi customer, ayam yang berwarna putih justru itu itu yang dikira babi saudara-saudara UC Onliners. Karena kebanyakan pada mahasiswa di sana yang berasal dari daerah ini makan mie ayam ya seperti yang ini. Seperti yang pesaing kami ini. Di mana ada hitamnya. Lihat kompetitor tetangga, ya itu. Itu mie ayam menurut mereka. Ketika kamu mengeluarkan produk baru yang menurut kami lebih baik, justru mereka menilai, mempertimbangkan bahwa yang putih itu adalah babi. Ini cukup fatal sekali ya. Cukup fatal sekali, dan saya baru tahu setelah saya bertanya kepada seratus mahasiswa.
Kemudian kedua, teman saya I itu, adalah beretnis tionghoa. Ini saya tidak bermaksud untuk mengedepankan SARA atau bagaimana ya. Tatapi ini kenyataan ini. Bahwa ada kesalahan di sana ketika teman saya yang berjualan berlatar belakang etnis tionghoa, dengan tampilan mie ayam putih yang seperti babi, semakin meyakinkan customer bahwa ini bukan ayam tetapi ada campuran babi di dalamnya. Dan ketiga, tidak ada tanda “halal”, maupun suatu upaya promosi bahwa itu halal. Ini yang menjadi kesalahan kami yang luar biasa pada waktu itu. Dan akhirnya pada akhirnya kami mengambil, ini yang menjadi suatu kesimpulan yang berharga buat saya dan saya ingin berbagi dengan pada UC Onliners yang nanti akan memulai usahanya bahwa, satu, ketika kita, kita harus mempelajari lingkungan bisnis terlebih dahulu, sebelum akhirnya kita memulai bisnis kita. Mempelajari pasar, mempelajari persaingan, mempelajari lingkungan tempat bisnis kita ada di sana. Kedua, jangan pernah menilai sesuai dengan apa yang kita bilang ini benar. Seperti tadi pengalaman saya tadi itu lho. jangan pernah lupa bahwa tiga kemenangan, tiga poin kenggulan saya dibanding pesaing itu menurut saya, menurut teman saya, dan menurut teman saya. Menurut kami. Itu adalah kesalahan yang sangat fatal. Kita tetap harus berpikir bahwa penilaian yang baik adalah penilaian yang dapat kita ambil dari masyarakat. Dari market kita sendiri.
Kemudian yang kedua, ketika kita memulai suatu bisnis, ketika kita memulai start up suatu bisnis, tetap kita harus mempunyai strategi yang mumpuni ya. Tetap harus mempunyai visi, kemana ini usaha kita akan berjalan, dan bagaimana caranya untuk mencapai visi tersebut. Pada bulan ke lima, sesuai kesepakatan, saya ngobrol dengan teman-teman saya. Kondisinya waktu itu sudah nggak enak lho. Karena ya gitu lah ya. Di dalam bisnis di kala semua berjalan tidak sesuai rencana, yang ada kita nyalahin diri kita sendiri dan sebagainya. Dan akhirnya saya bertiga sama teman berdiskusi bahwa kita bilang, “Wah ini kalau diterusin bisa makin hancur ini”. Sekarang saja dua mangkuk per hari khan makin rugi ya. Kedua teman saya itu akhirnya keluar. Dan saya berpikir waktu itu. Waduh, kalau misalkan sudah bayar tiga puluh juta untuk satu tahun dan ini masih jalan lima bulan. Bagaimana ini khan ya? Akhirnya saya mulai menggunakan apa yang saya pelajari, saya mulai melakukan riset, dan melakukan pelajaran yang lebih baik ya. Dan saya tidak mau terjerumus ke dalam kesalahan saya dua kali. Akhirnya saya membuka usaha baru di tempat yang sama untuk menuntaskan masa sewa waktu itu. Dulu pikirannya seperti itu. Saya mulai membeli mesin fotokopi. Membeli peralatan-peralatan dan akhirnya buka satu toko fotokopi dan toko perlengkapan-perlengkapan itu di situ. Ya, sampai saat ini berjalan. Berjalan dengan baik dan bisa menghasilkan keuntungan bagi saya.
Satu kesimpulan yang saya harapkan bisa diambil oleh semua UC Onliners. Yang paling penting adalah, kita tidak pernah boleh merasa apa pun yang kita nilai di dalam bisnis menurut apa yang kita nilai. Atau apa yang menurut kita benar, apa yang menurut kita baik. Tidak bisa begitu dalam bisnis. Market yang selalu pada akhirnya memutuskan apakah Anda berhasil atau tidak.
Demikian apa yang dapat saya bagikan hari ini. Saya Teddy Saputra. Salam Entrepreneur...

Kamis, 26 September 2013

ECW 2013 " Entreprenerial and Ethical Leadership "

Selamat siang kepada saudara-saudara peserta Universitas Ciputra Entrepreneur Online.
Universitas Ciputra Entrepreneur Onliners. Ada satu hal yang sangat menarik yang kami ceriterakan di sini. Nanti anda akan mendengar langsung dari video klip pada waktu itu kami melakukan telekonference dengan Universitas Bengkulu dengan mahasiswa dan dosen dan dihadiri oleh Bupati Bengkulu. Sesudah kami memberikan penjelasan, Bapak Bupati bertanya kepada kami antara lain, bagaimana pendapat saya, pendapat kami bahwa begitu banyak investor besar di Bengkulu memakai tenaga-tenaga masyarakat Bengkulu dengan sistem inti dan plasma. Jadi, mereka itu seumur hidup hanya menjadi pekerja kasar. Hampir tidak mempunyai kesempatan untuk meningkat.
Nah, lantas intinya saya jawab sebagai berikut. Ini pertanyaan dari Pak Bupati tepat sekali. Menarik sekali. Pendapat Pak Bupati itu saya benarkan. Itu yang sedang berlaku sekarang di Indonesia bahwa dibentuk inti dan plasma. Pengusaha yang mengusai inti, bekerja sama dengan masyarakat yang memberikan plasma. Sehingga mereka mempunyai pendapatan yang cukup untuk hidup. Nah itu sistem itu sistem baik. Tapi, kita harus meningkat. Kalau orang itu dia itu hanya murid itu hanya murid sekolah dasar atau SMP. Kita harus meningkat ke SMA dan Universitas. Saya jawab kepada Pak Bupati. Sistem itulah sistem yang sudah lama berlaku. Bukannya salah, tapi kita harus tingkatkan. Kita harus mengembangkan rakyat Bengkulu tersebut mindsetnya. Sumber daya manusia dikembangkan. Tadi itu sistemnya memberi ikan. Kita harus kembangkan rakyat Bengkulu itu sanggup memancing. Dari membuat pancing, sampai memancing, sampai menjual, manajemen keuangan, manajemen produksi, manajemen marketing, dan sebagainya.
Jadi masyarakat Bengkulu itu terutama harus dilatih, dididik menjadi entrepreneur. Harus dimulai dari taman kanan-kanak, SMA, sampai Universitas. Mereka harus menjadi Entrepreneur. Yaitu mengembangkan diri untuk sanggup merubah sampah menjadi emas. Kalau tidak, mereka akan jadi pekerja. Kalau sistem inti dan plasma tidak dikembangkan ke tingkat lebih tinggi, mereka lagi sepuluh, dua puluh tahun, lima puluh tahun mereka akan seperti itu saja. Sistem itu hanya untuk taraf permulaan. Melepaskan mereka dari kemelaratan. Dan mereka harus tingkatkan lebih tinggi.
Nah, nanti anda mendengar langsung video klip yang dibuat pada telekonference tersebut. Semoga para Onliners dapat mengkaji sendiri kalau benar apa yang kami sampaikan supaya disimpan dalam hati. Kalau tidak dilupakan saja. Inilah pengantar kami. Sekali lagi, Salam Entrepreneur. Sampai bertemu lagi..

[Video]
Moderator      : Apakah bapak mendengar suara dari kami?
Pak Ciputra     : Ya, bagus.
Moderator         : Terimaksih Bapak sudah menyempatkan waktunya di sini. Ada pak Bando Amin, beliau adalah Bupati Kepahiyang. Di sini kita ada undangan dari DPRD Provinsi. Dan lain-lain.
Kita punya waktu sekitar 20 menit, saya beri Bapak waktu 10 menit. Selanjutnya kita serahkan kepada mahasiswa untuk bertanya sebagai tanggapan dan kepada yang lain juga saya beri kesempatan. Baik Pak, bisa Pak..
Pak Ciputra       :Baiklah, selamat siang. Selamat siang semua para hadirin yang kami banggakan, kami hormati, kami benar-benar sangat bahagia berada di tempat ini. Depan layar yang begitu hebat ini. Tentu hari ini kita akan bicara tentang Entrepreneurship. Entrepreneur ialah kemampuan manusia untuk merubah yang tidak berharga menjadi berharga, sampah menjadi emas. Itu istilah kami.
  Nah, tentu kita semua ingin sukses dalam kehidupan kita. Untuk sukses dalam kehidupan kita kita harus mempunyai kemampuan. Kemampuan untuk mengelola yang tidak berarti menjadi berarti. Hanya dengan entrepreneurship menurut kamu satu daerah, satu individu, satu negara bisa berkembang. Kita melihat begitu banyak negara-negara yang tidak punya apa-apa hanya mempunyai manusia yang entrepreneurship. Nah, dia berkembang. Dan ternyata sesudah kami lakukan dalam praktik kurang lebih lima enam tahun, bangsa Indonesia mempunyai potensi yang sama dengan negara-negara maju yang lain. Kami telah coba di Universitas yang kami dirikan. Kami sudah dirikan empat Universitas yang kami jalankan sampai sekarang. Universitas Trumanegara, Prasetya Mulya, Universitas Ciputra, dan Universitas Pembangunan Jaya. Di Jakarta maupun Surabaya.
 Kami telah melatih lebih dari lima ribu guru-guru. Kami telah melatih juga ribuan entrepreneur muda. Kami telah melatih termasuk TKI. Nah, ternyata sangat berhasil sekali. Mereka yang tidak percaya diri, kami memotivasi bahwa anda sanggup. Memang tidak semua sanggup, tapi dengan 20-30 persen dari masyarakat kita yang sanggup menjadi entrepreneur. Yang sanggup merubah kekayaan daerah menjadi harta karun yang tak terhingga. Oleh karena itulah kami berjalan terus dengan entrepreneurship. Kami mempunya cita-cita untuk menciptakan 4-5 juta entrepreneurship dalam waktu 20 tahun. Dan ternyata rencana tersebut mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Bahwa Presiden telah deklarasikan bahwa Indonesia akan menjadi entrepreneur pada waktu dua tahun yang lalu. Kami tulis surat sama Pak Presiden, dia tanggapi, dia declair. Mendapat sokongan yang luar biasa dari para mentri koperasi dan UKM.
Tapi kami merasa apa yang kami lakukan masih kurang. Sebab kami begitu yakin , hanya entrepreneurship. Entrerpreneur dari para pengusaha. Kami membentuk GABS. Government, Academision, Bussines, dan Sosial. Jadi, semua bidang perlu entrepreneurship. Termasuk Government perlu sekali yang bisa mengolah kekayaan daerah. Dan kami merasa masih kurang puas. Bagaimana kami menjangkau dari Sabang sampai Merauke, dari pesisir sampai ke gunung-gunung. Hanya dengan online.  Pada tanggal 24 Agustus yang lalu, kami mempunyai program baru yaitu Universitas Ciputra Online. Entrepreneur Online. UCEO. Gratis. Kami sebarkan ke seluruh Indonesia. Kami mengharapkan Masyarakat Padang, mahasiswa, dan mereka yang ingin belajar entrepreneur bisa menjadi anggota kami. Sekarang sudah kurang lebih dua puluh ribu anggota. Baru di-launching salama dua minggu.
Kami telah mencapai seratus ribu. Gratis. Dan kami ingin mendirikan di daerah-daerah ada Incubator Center. Sebagai pusat-pusat Onliners bisa berkumpul untuk diskusi. Dan khusus kami tadi mendapat laporan dari saudara Jery bahwa tahun ini ada Universitas Bengkulu, kami undang untuk para pimpinannya meninjau Universitas Ciputra Surabaya. Bagaimana kita mendidik mahasiswa kita. kita melatih mereka menjadi Entrepreneur. Bukan menjadi ilmuan. Karena menjadi ilmuan ada di tempat lain. Tapi tempat kita yang diekplorasi adalah bagaimana orang merubah kekayaan alam daerah seperti Bengkulu. Kekayaan begitu melimpah-limpah. Kekayaan Bengkulu bisa ekspor CPO, ikan di lautan berlimpah-limpah. Kekayaan alam melimpah-limpah.
Nah, bahkan wan-wan pun yang selanjutnya dikelola dengan baik oleh rakyat Bengkulu sendiri masih merasa kurang. Jadi, kita ingin mengajak rakyat Bengkulu, dan rakyat Bengkulu pasti bisa. Sekali lagi pasti bisa. Kalau tidak berguna kami melakukan usaha ini. Kami tidak mau usaha kami sia-sia. Seorang entrepreneur harus mempunyai tujuan dan yakin berhasil dan sampaituntasberhasil.
Kami telah membuka memulai dengan puluhan atau ratusan perusahaan yang kami telah bangun. Kami telah membiayai ratusan project. Bahkan sampai ke luar negeri. Di Cina, di taiwan, di Hanoi, Vietnam, Kamboja. Kami juga punya usaha di Hawai, Singapore. Karena apa? Kami sanggup melakukan kerana ada spirit of entrepreneur dalam hati kita. Padahal saya memulai tanpa tidak memulai apa-apa. Saya nol benar. Saya tidak mempunyai modal apa-apa. Tapi hanya satu modal yang lebih dari uang yaitu entrepreneurship. Oleh karena itu saya harap rakyat Bengkulu dan rakyat seluruh Indonesia bisa menjadi anggota daripada Universitas Ciputra Entrepreneurship Online. Khusus Bengkulu, kami undang untuk datang ke Universitas Ciputra, untuk kita latih. Kami telah bikin kira-kira tiga puluh dosen dari seluruh Indonesia ke Common Foundation Amerikas Serikat untuk belajar menjadi pelatih entrepreneur. Enam bulan dengan biaya masing-masing tiga ratus juta per orang untuk belajar di sana.
Tapi sementara sekarang mereka ke sana hanya kita membiayai uang perjalanan ke sana. Jadi, saya mengharapkan marilah kita bersama-sama jadikan Bengkulu suatu daerah percontohan bagaimana suatu daerah di Sumatra bisa menjadi daerah yang maju. Kalau tidak ada entrepreneurship, seperti peribahasa yang populer kita tidak akan menjadi tuan rumah di rumah kita sendiri. Rakyat bengkulu tidak akan menjadi tuan rumah. Orang lain yang menjadi tuan rumah di Bengkulu. Dan kami sanggup untuk membantu rakyat Bengkulu untuk menjadi entrepreneurship di Bengkulu.
Ini sambutan kami. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Salam Entrepreneur. Terimakasih..
Moderator      : Tepuk tangan dulu untuk Pak Ciputra. Terimakasih Pak Ci atas pemaparannya. Baik Pak di sini ada mahasiswa juga yang akan menanggapi. Akan kami beri waktu kepada Bapak Bupati untuk memberikan tanggapan. Boleh Pak? Pak Bupati akan memberi tanggapan kepada Pak Ci.
Pak Bupati       :Terimakasih Pak Ci. Saya Bando Amin, Bupati Kepahiyang, Provinsi Bengkulu. Saya melihat Bapak ini luar biasa sekali. Pemikiran-pemikiran dan semangat Bapak, keberanian Bapak. Tetapi di tempat kami ini. Ini banyak, ada juga entrepreneur-entrepreneur. Tetapi, sebagian besar pengusaha perkebunan yang besar, misalnya pengusaha perkebunan sawit, pengusaha perkebunan karet, ini hanya memelihara rakyat-rakyat miskin.
Nah, ini tentu entrepreneur di Indonesia ini ini harus terarahkan menjadi entrepreneur yang koperatif. Jadi maksudnya kalau kaya itu bersama. Jadi banyak di sini pengusaha itu dia mau kaya tapi iri. Sebab ini mengarah kepada kapitalis. Jadi, dia punya perusahaan tetapi orang ini bekerja sebagai buruh saja. Yang jelas tidak bisa lebih. Contohnya di Bengkulu ini. Investor datang, membangun misalnya perkebunan, konsepnya bagus. Ada plasma segala macam. Tahanya diganti, dibayar mahal, tetapi karena masyarakat kemampuannya kita tahu sangat rendah. Tanahnya sudah beralih, pekebunan juga sudah dia tidak miliki, jadi sekarang tiap generasi ini hanya memelihara penduduk miskin. Nah karena itu ini entrepreneur-entrepreneur yang harus mengarahkan bahwa untuk mengajak suatu usaha itu untuk diberi kesempatan kepada masyarakat itu sendiri sehingga
Suatu contoh misalnya kita membuat perhotelan, kita mempu membayar, menggaji orang itu mahal. Tapi lama orang kita ini jadi rendah karena tidak mempunyai kemampuan itu tadi. Tapi kalau ini diikutsertakan di dalam usaha itu sehingga ini maksudnya entrepreneur yang perlu kita kembangkan lagi supaya mengajak yang lain usaha itu bersama-sama. Ini bagaimana? Tolong ditanggapi Pak..

Pak Ciputra       : Baik Pak. Kami mengatakan bahwa pendapat Bapak itu pendapat yang umum yang berlaku sekarang. Suara Bapak dan suara daripada daerah-daerah. Pemimpin daerah semua persoalannya sama dengan Bapak. Sekarang saya akan memberikan alternatif yang lain. Bukan alternatif yang memang sudah diketahui. Saya berpendapat begini Pak. Kita bukan meminta peluang. Kita jangan meminta kesempatan. Kita harus menciptakan kesempatan itu sendiri. Jangan Bapak harapkan orang lain punya belas kasihan kepada kita. Jangan bapak harapkan orang memperhatikan kita. Tidak pak. Tidak. Bapak harus didik rakyat Bapak menjadi entrepreneur. Dan dia harus menciptakan peluang tersebut. Bapak sanggup. Mulai dari sampai sekarang. Itu cara pertama yang Bapak lakukan itu bagus. Tapi ada yang lebih baik Pak. Bapak ajarkan mereka untuk sanggup menciptakan lapangan kerja untuk mereka sendiri. Mereka harus rebut hal tersebut.
Saya tamat Pak, tidak punya uang apa-apa. Saya sudah bekerja walau saya di sekolah dasar. Saya diajari ayah saya untuk berusaha sendiri. Saya SMP, saya berusaha sendiri. SMA tinggal di Menado. Kemudian saya sudah di Universitas. Universitas saya sudah mempunyai usaha sendiri Pak. Bahwa saya di sekolah, saya diajar menjadi arsitek. Saya tidak mau. Saya tamat tidak mau jadi arsitek. Arsitek mancari pekerjaan. Pekerjaan tergantung dari orang lain. Saya itu tidak mau tergantung pada orang lain bahwa dia itu punya project, saya harus mengemis minta project. Tidak. Saya ciptakan kemampuan saya sendiri. Maka saya jadi developer. Saya mulai projek tersebut. Nah, arsitek, saya cari arsitek. Bapak bisa pakai ini Pak.
Contoh kami pernah ke Jogja.  Bertemu dengan orang. Dengan biaya kami sendiri. Itu kira-kira empat tahun yang lalu. Kami biayai. Seorang anak menganggur. Kami ajarkan bagaimana. Kami berikan buku kami. Untuk Bapak, kami akan kirimkan buku juga. Bagaimana kami memulai usaha kami ini. Ciputra Way. Ajarkan dia menjadi developer. Tanpa modal Pak. Tahun pertama, dia sudah punya penghasilan lima ratus juta. Laba bersih. Bagaimana tanpa modal bisa berusaha untuk maju. Jadi Bapak menciptakan mereka untuk madiri. Mereka, Pak. Mempunyai peluang luar biasa. Bahwa nanti Bapak akan terheran-heran.
Kami membina TKW. Kami berikan modal buat TKW untuk mulai usaha. Masuk Universitas Ciputra kami berikan modal dari pemprov Jawa Timur. Hanya sebagian yang terpakai. Mereka begitu mandiri. Mereka begitu terharu. Bahwa ada satu ilmu kehidupan yang mereka bisa pakai untuk mereka mandiri mencari pekerjaan. Dan Bapak akan terheran-heran. Tapi Bapak harus mulai. Mulai dari taman kanak-kanak Pak. Sampai SMA ajarkan mereka Entrepreneur. Mereka akan luar biasa. Bapak tidak akan menyangka kalau kami berbicara dengan TKW sampai mereka nangis-nangis. Mereka mau menyembah kepada kami. Bahwa ada ilmu kehidupan yang mereka tidak tergantung dari orang lain.
Itu cara yang lama Pak bahwa pengusaha harus kasih kesempatan pada mereka, kepada para plaster. Tidak. Dari hati, dalam hati mereka, mereka mampu. Mereka mampu Pak. Rakyat Bapak mampu, anak Bapak mampu. Ya, masyarakat mampu kalau mereka punya ilmu tersebut. Sekali lagi Pak. Sekali lagi. Bahwa Bapak mampu dan Bapak menjadi pelopor untuk itu. Bapak coba datang ke sekolah-sekolah kami. Datang ke Universitas Ciputra. Ada akan heran Pak. Mereka masuk bukan lagi mereka belajar teori. Mereka lantas datang ke pasar untuk bagaimana menjual barang. Kalau Bapak tidak ajarkan begitu, mereka tidak bisa menjual barang. Dan memang Pak. Perlu diajarkan mereka. Perlu dilatih. Dan mereka akan berhasil Pak.
  Jadi ada dua cara. Cara yang pertama yang Bapak terus, teruskan saja Pak. Tetapi cara yang lain. Bapak harus sebab Bapak jadi Bupati. Bapak jadi Bupati bukan karena belas kasihan orang lain. Karena prestasi Bapak, Bapak jadi Bupati. Bukan orang memberi kesempatan Bapak jadi Bupati. Karena prestasi Bapak, Bapak jadi Bupati. Bapak tdak aka, “ini pak, jadi Bupati”, Nggak. Bapak mampu sehingga Bapak jadi Bupati. Jadi, Bapak mesti latih mereka supaya mereka mampu sehingga mereka menjadi Entrepreneur. Mereka mampu membuka warung Pak. Mereka mampu membuka toko Pak. Dan mereka bisa mengolah segala macam itu. Tanah, mereka bisa olah. Mereka akan mempunyai ide bagaimana Pak untuk mengolah kekayaan alam, mengolah kekayaan laut, sampai mereka memancing, tapi memancing dengan cara dan mereka akan menemukan cara mereka sendiri Pak memancing tersebut. Itulah pendapar kami Pak. Terimakasih Pak..
Moderator        : Baik, terimakasih kepada Pak Ci. Mungkin kita dibatasi oleh waktu Pak. Kami mohon diri dulu. Undur diri dulu ya Pak. Jam sudah menunjukkan jam 11.13. Selanjutnya kita mengikuti sesi yang lebih banyak tentunya bersama Pak Bando yang lebih menarik seperti apa dan bagaimana arah entrepreneur bersama kegiatan sosial untuk bersama bukan hanya investor, namun juga pemerintah serta masyarakat tentunya. Baik, itu dulu Pak Ci dari pembicaraan kita. Terimakasih Pak Ci. Kami pamit dulu. Selanjutnya kita kembali pada sesi materi selanjutnya..
Transkrip Video: Arti salam Entrepreneur
Salam Entrepreneur..
Saya bahagia untuk bertemu dengan anda semua tentang membicarakan apa arti Salam Entrepreneur. Anda lihat tiga jari ini. Tiga jari ini menggambarkan letter E. Anda lihat bentuk letter E. Nah, tiga jari itu masing-masing jari mempunyai arti.
Yang pertama, Envision. Kedua, Explore. Ketiga, Encounter. Envision, ketiga-tiga letter E dan bentuk letter E secara keseluruhan tiap jari. E, E, dan E. Nah, E yang pertama itu apa? Itu Envision. Vision, wawasan. Nah Entrepreneur itu harus mempunyai wawasan. Tanpa wawasan kita tidak akan mencapai hasil yang maksimum. Bahkan kita salah jalan. Seperti orang mau ke Medan naik plane ke Menado.  Jadi itu salah. Jadi kita mempunyai vision. Apalagi dalam keadaan ekonomi gejolak sekarang. Kalau orang sudah punya vision, dia tidak akan mengalami gejolak sebab dia tahu lebih dahulu. Jadi, Entrepreneurship adalah yang pertama punya wawasan, Envision.
Kedua Explore. Meneliti, menyelidiki, melakukan kreativitas, melakukan inovasi terus menerus. Nah, explore, explore, letter E, letter E. Ingat, Tanpa kita punya kreativitas, tanpa kita melakukan inovasi, tanpa kita terus menerus meneliti, mencari terus, maka tidak akan mencapai tujuan dan hasil Entrepreneurship.
Dan yang ketiga tentu Encounter. Encounter itu menemukan, mendapatkannya. Menemukan, menemukan cara yang tepat. Dan mempraktikannya. Sudah ketemu, masih belum cukup. Nah, dalam encounter itu dia menemukan dan mempraktikannya. Letter E. Sehingga kalau saya menemukan suatu sistem melalui inovasi tentang membangun satu project atau sesuatu hal saya ketemukan. Tetapi saya tidak melaksanakan. Itu masih belum cukup. Mesti sampai menjadi industri, menciptakan lapangan kerja, mendapatkan keuntungan manfaat membayar pajak. Nah, jadi saudara-saudara ini salam entrepreneur. Berarti wawasan, inovasi terus menerus, dan melaksanakan menjadi praktik, menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera dan makmur.
Jadi ini Salam Entrepreneur..

Transkrip Video Entrepreneurial Leadership, 7 Spirits of Entrepreneur - Tony Antonio
Salam Entrepreneur.
Apa kabar UC Onliners?
Perkenalkan nama saya Toni Antonio dari Universitas Ciputra. Pada hari ini kita akan bersama-sama membahas tentang tujuh spirit dari Entrepreneur. Seperti yang terpampang di bagian belakang, tujuh spirit dari entrepreneur ini menjadi jiwa, menjadi napas, menjadi mindset dari Entrepreneur. Beberapa dari bagian-bagian spirit ini. Pernah dibahas, sudah dibahas pada minggu-minggu yang terdahulu. Kita mengulang kembali ketujuh spirit ini kemudian dua di antara tujuh spirit itu akan kita bahas bersama-sama.
Mengapa perlu tujuh spirit? Karena pada dasarnya entrepreneur terdiri dari tiga bagian yaitu pemahaman, keterampilan, dan jiwa. Jadi ada knowledge, ada skill, ada mindset. Nah, tujuh mindset ini, tujuh spirit ini perlu kita miliki karena bukan hanya pengetahuan, bukan hanya keterampilan yang kita perlukan, tapi kita harus mempunyai jiwa yang mendorong kita. Kita pernah membahas tentang passion di salam entrepreneurship. Kita hari ini akan membahas tentang persistence. Kemudian kita juga akan membahas tentang independence, bagaimana kita bisa bekerja tidak bergantung pada orang lain. Kita juga pernah membahas pada minggu-minggu yang lalu tentang opportunity atau market sensitivity, kreativitas dan inovasi, berani mengambil resiko atau calculated risk taker, dan high etical standart atau etika seorang entrepreneur.
Dari ketujuh hal ini dua yang akan kita bahas pada hari ini. Sebelum saya membahas satu per satu, mungkin juga timbul  dari pemikiran bapak ibu sekalian teman-teman semua UC Onliners semua, mengapa kita mengambil tujuh hal ini? Sesungguhnya penelitian-penelitian yang mendalam sudah dilakukan terhadap para entrepreneur. Apa saja yang menjadi ciri-ciri para entrepreneur? Jiwa apa saja yang terdapat dalam seorang entrepreneur? Lalu kita mengadakan pengkajian, kita melakukan riset, kemudian kita membuat matriks dari sekian banyak jiwa, mindset, karakter, spirit entrepreneur, dan kita mengambil tujuh yang dipakai dalam pendidikan di Universitas Ciputra ini. Jadi, ketujuh spirit ini kita peroleh dari pengkajian-pengkajian, kemudian seluruhnya kita terapkan dalam pembelajaran di Universitas Ciputra ini. Baik bagi para mahasiswa, baik bagi para pasca sarjana, maupun dalam latihan-latihan yang kita lakukan di dalam masyarakat. Kami percaya bahwa jika kita mempunyai ketujuh spirit ini maka perjuangan kita untuk menjadi entrepreneur akan mencapai akhir yang baik.
UC Onliners, dari ketujuh hal tadi, kita akan bahas dua, yaitu persistence. Persistence itu artinya mampu tahan uji sampai mencapai garis akhir. Bagaimana kita bisa berjalan, bagaimana kita bisa tahan menghadapi cobaan, bagaimana kita bisa tahan menghadapi banyak rintangan-rintangan supaya kita bisa mencapai tujan akhir dari perjalanan entrepreneurship. Tahun ini di Universitas Ciputra kita mengambil tema Entrepreneurship Journey. Perjalanan seorang Entrepreneur. Karena sebetulnya ketika kita memulai melangakah, kita berharap kita bisa mencapai garis akhir itu. Nah, masalahnya banyak sekali hal-hal yang mengahalangi kita, banyak sekali hal-hal yang merintangi kita, banyak sekali hal-hal yang membuat kita jatuh dan menyerah. sebab itu saya mengusulkan bahwa untuk menjaga persistence ini, untuk menjaga kemampuan kita mencapai sampai akhir ini kita harus bisa mengelola diri kita sendiri. Kita harus belajar mengelola diri kita, managing self, kelemahan-kelemahan kita kita ketahui, kekuatan-kekuatan kita kita ketahui kalau kita memang lemah dalam sesuatu jangan kita coba-coba masuk ke dalam pencobaan seperti itu.
Jadi, self management. bagaimana kita mengatur diri kita. Di antara self management ini adalah pengaturan waktu. Yang menarik sekali bahwa setiap orang mempunyai kesegaran yang berbeda-beda. Atau prime time yang berbeda. Ada orang yang disebut orang malam yang hanya pada malam hari lah dia menjadi sangat segar dan sangat efisien. Ada orang yang disebut orang subuh, karena pada subuh, pada dini hari dia sangat fresh dan mampu belajar. Kalau kita belajar satu jam pada prime time kita, maka itu akan mempunyai hasil yang sama dengan beberapa jam pada waktu-watu yang lain. Jadi kita kenali prime time kita, kita coba atur time management kita, pengaturan waktu kita, dan yang ketiga, yang perlu kita aminkan, yang perlu kita taruh dalam hidup kita adalah goal setting. Kita mau mencapai sasaran apa. Sasaran itu kita tulis, sasaran itu kita coba raih supaya kita bisa mencapainya dengan baik itu. jadi, dengan menuliskan prime time kita, dengan memilih prime time kita, mengenal prime time kita, kemudian dengan mengatur waktu kita, maka kita bisa membuat diri kita persistence mencapai garis akhir dengan baik.
Hal yang ketiga, hal yang ketiga adalah tentang independence. Jadi sesudah passion, persistence, independence. Passion, persistence, independence. Independence adalah kemampuan kita untuk bekerja tidak bergantung kepada orang lain. Apa maksudnya? Jadi, kadang-kadang ketika kita mengerjakan tugas kita sangat bergantung kepada orang. Kita tidak bisa bekerja karena kita masih menunggu pekerjaan mereka. Nah ini sedapat mungkin kita hindari karena kalau bisa kita bekerja hanya bergantung kepada kita. Kecepatannya kita atur sendiri, tidak bisa bergantung kepada orang lain sehingga pekerjaan kita terhambat karena menunggu pekerjaan orang lain. Harus diatur. Task Management. Kemudian juga hal yang kedua adalah bagaimana independence dalam diri kita adalah kita bisa mengembangkan diri kita.
Di tayangan ini kita melihat ada beberapa hal tentang pola pendidikan abad 21. Pola pendidikan abad 21 dimana kita dituntut mau tidak mau harus belajar sendiri. Kita tidak bisa bergantung kepada sekolah, kita tidak bisa bergantung kepada training. Sekolah dan training akan memperlengkapi kita dengan sangat baik. Tetapi terlalu banyak hal yang harus kita pelajari sendiri. Sebab itu, usul saya, ketika kita memikirkan pengambangan diri, coba kita belajar. Pertama adalah bagaimana self study, bagaimana mengembangkan kemampuan kita untuk belajar. Bagaimana mengembangkan kemampuan kita belajar tidak bergantung pada sekolah, tidak bergantung pada lembaga-lembaga training, tapi tergantung kepada resource, sumber-sumber yang tersedia di masyarakat. Misalkan, internet. Misalkan, buku-buku. Misalkan, koran. Misalkan, tivi. Dan juga seperti kita semua sedang balajar ini UC Online ini menjadi sumber bagi kia untuk balajar sehingga kita bisa mengembangkan diri kita tidak bergantung pada orang lain.
Jadi, independence di dalam penyelesaian tugas, independence dalam pengembangan diri, independence dalam mengelola resource-resource yang ada di sekeliling kita akan membuat diri kita semakin kaya sehingga kita bisa mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi.
Kembali pada tayangan ini. Di sini ada tayangan pola pendidikan abad 21. Kalau kita melihat pola pendidikan abad 21 ini, maka pada bagian tengah disebut Core. Jadi pendidikan abad 21 memang masih memberikan inti, isi, core daripada keilmuan itu. Tetapi kalau kita lihat pada sisi kanan dan sisi kiri, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari. Pertama, pada pendidikan abad 21 sangat bergantung kepada ICT. Tanpa mengenal ICT, kemampuan mengelola internet, kemampuan mengelola komputer, kita akan sangat ketinggalan.  Jadi untuk mencapai pendidikan abad 21, agar pendidikan abad 21 maksimal, kita harus mengerti tentang komputer. Tentang ICT, tentang jaringan. Hal yang kedua ialah life skill.
Bagaimana kita mengembangkan life skill? Tadi kita sudah mengatakan bagaimana kita perlu mengembangkan belajar kita, kemampuan membaca kita, kemampuan menulis kita, kemampuan berkomunikasi. sejak kecil kita belajar membaca, tapi sampai dewasa pun kita harus terus menerus mengembangkan kemampuan membaca kita. Sejak kecil kita belajar menulis, tapi sampai dewasa pun kita harus terus menerus belajar menulis. Bagainama menulis yang baik, mengkomunikasikan ide-ide kita secara tertulis. Sejak kacil kita belajar berbicara, tapi sampai dewasa kita terus harus mengambangkan kemampuan kita berbicara. Bagaimana berbicara efektif, bagaimana berbicara tepat waktu, bagaimana berbicara memotivasi orang, bagaimana berbicara untuk menjual ide-ide kita.
Jadi, life skill itu harus kita kembangkan. Jadi sesudah core, ICT, life skill, maka yang keempat adalah kita harus melihat pada abad 21 ini berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Kita mesti paham yang disebut 21 century content. Apa yang sedang terjadi dalam masyarakat? Tren-tren apa yang sedang terjadi di masyarakat? Perubahan-perubahan apa? Misalkan dalam teknologi, handphone berubah begitu cepat sehingga itu bisa kita pakai. Banyak hal bisa berubah. Kondisi masyarakat, budaya masyarakat, politik, kehidupan, perdagangan, dan lain-lain. Dan kita harus memahami. Tanpa memahami itu kita tidak bisa menjadi seorang yang independen. Kita perlu memahami konten dari ada ke-21 ini.
Dan yang terakhir kita juga sebagai seorang yang independen harus mengembangkan kemampuan berpikir. Pada ujungnya kemampuan berpikir kita lah yang akan kita uji. Pada ujungnya kemampuan berpikir kita menentukan langkah kita ke mana. Jadi, bapak ibu sekalian, persistence, dan independence, dua dari tujuh spirit yang harus kita kuasai disamping tujuh hal yang lainnya yaitu passion, persistence, independence, opportunity, kreatif, berani mngambil resiko, dan etika. Maka hari ini kita membahas tentang persistence dan independence.
Saran saya, secara terus menerus marilah kita raih, pahami, taruh dalah hidup kita ketujuh spirit itu. Lalu kita terapkan dalam kehidupan kita terutama dalam pencapaian kita untuk entrepreneurship.

Transkrip Video Pengantar Etika Entrepreneurship - Johan Hasan
Para UC Onliners yang budiman. Salam Entrepreneur..
Saya Johan Hasan. Hari ini saya akan membagikan topik perkuliahan online, berjudul integritas moral dan bagaimana menerapkan kerangka berpikir etis dalam Entrepreneurship.
Para UC Onliners, Pak Ciputra pernah menggagas IPE yang sudah diterapkan dalam Grup Ciputra. IPE Adalah singkatan dari integritas, profesionalisme dan entrepreneurship. Pak Ciputra pernah menyatakan bahwa, “Integritas sengaja saya taruh sebagai yang pertama karena saya berpendapat bahwa dua nilai utama yang lain yaitu profesionalisme dan entrepreneurship harus ditopang oleh integritas”.
Mari kalau demikian kita akan coba memahami apa itu integritas moral? Saya akan mengajak para UC Onliners untuk melihat Mitos “The Ring of Gyges”, atau Cincin dari Gyges yang penah ditulis oleh Plato dalam bukunya Republic. Ceritanya begini:
Dahulu kala hidup seorang gembala bernama Gyges dari Libya yang sedang menggembalakan domba-dombanya. Ia saat itu menggembalakan domba-dombanya di sebuah pegunungan. Pada saat itu tidak lama kemudian terjadilah gempa bumi. Gempa itu mengakibatkan terbukalah sebuah goa di pegunungan. Gyges masuk ke dalam goa tersebut dan di dalamnya ia menemukan sebuah kuburan dengan kuda perunggu yang berisi jenazah seorang pria yang bertubuh besar dengan cincin emas di tangannya. Gyges pun kemudian mengantongi cincin itu. Belakangan ia mengetahui bahwa cincin itu memiliki kekuatan tersendiri. Kekuatan yang mengakibatkan sang pemakai tidak terlihat oleh orang lain. Gyges pun menggunakan kekuatan itu untuk membunuh raja Libya, menggantikannya, bahkan mengawini permaisurinya. Tidak ada bukti atau hukuman atas kejahatannya.
Cincin emas dengan kekuatan menghilang itu memang adalah sebuah mitos. Mitos ini pun memberikan ide bagi beberapa film Holywood seperti film Invisible Man, film Lord of The Ring, namun dalam realitas ternyata kekuatan cincin itu juga ada.Cincin itu di jaman sekarang dapat berupa kekuatan uang, sehingga kita dapat menghindari hukuman dengan membayar hakim, jaksa, atau para penegak hukum lainnya. Cincin Gyges itu juga dapat berupa kekuatan kekuatan politik, sehingga kita dapat menghindari diri dari tuduhan kesalahan yang seharusnya kita terima. Juga bisa kekuatan politik dan media masa sehingga hukum dan informasi dapat diputarbalikkan. Atau pun kekuatan teknologi sehingga kita dapat mengaburkan identitas kita atau tidak terdeteksi oleh sistem. Dan lain sebagainya.
Jika kesalahan kita tidak dapat terdeteksi oleh orang lain, atau kita dapat luput dari hukuman. Apakah kita akan tetap menjaga kelakuan kita bermoral? Apakah kita akan tetap bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang kita anut? Jika iya, kita akan tetap bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang kita anut, terlepas dilihat oleh orang lain atau tidak, terlepas dari ada hukuman atau tidak, inilah yang kita sebut integritas moral. Ujian integritas moral sesungguhnya diukur bagaimana kita jujur terhadap diri kita sendiri di kala tidak ada orang yang melihat, di kala kita bisa luput dari hukuman, apakah kita tetap setia menjalankan nilai-nilai moral yang kita anut?
Tentu bagi umat beragama integritas moral diletakkan juga pada kesadaran bahwa walau orang lain tidak tahu, ada Tuhan yang maha melihat. Pak Ciputra percaya bahwa integritas moral ini adalah bagian yang membentuk karakter seseorang. Suatu fondasi penting untuk berkembang dalam entrepreneurship. Dasar pembentukan karakter kita dan juga dasar bagi kita dapat bekerja sama dengan pihak lain. Sebuah komitmen yang bisa dipegang. Sebuah karakter yang dapat dipercaya oleh konsumen, oleh rekan kerja, oleh para rekan bisnis, oleh pemerintah, dan juga oleh masyarakat luas.
Para UC Onliners, selanjutnya mungkin Anda sekalian bertanya, “Kalau demikian bagaimana menentukan apakah suatu tindakan itu etis atau tidak? Bagaimana penerapannya dalam suatu tindakan?”. Di sini ada dua dasar dalam bertindak secara etis. Pertama, dasar utamanya adalah niat atau kehendak baik. Immanuel Kant, seorang filusuf Jerman pernah menyebutkan, Goodwill atau kehendak baik ini adalah sesuatu yang dapat disebut baik pada dirinya. Kita bisa melihat motivasi atau niat ini juga mendasari apakah suatu perbuatan ini baik atau tidak. Misalnya, kita tentu membedakan pembunuhan yang disengaja atau pembunuhan yang sebenarnya tidak disengaja sebagai sesuatu yang berbada bobotnya.
Kedua, dasar yang lain adalah manusia memiliki akal budi. Manusia yang hanya mengikuti dorongan spontan keinginannya tanpa merefleksikan atau mengambil jarak terhadap tindakannya, justru mengabaikkan kodratnya yaitu akal budi. Karena itu dasar lainnya adalah pertimbangan akal budi ini. Yang pertama kehendak baik itu menyentuh sisi emosional manusia, yang kedua adalah mempertimbangkan akal budi manusia.
Kalau demikian, jika kita sudah punya kehendak baik, apa pertimbangan akal budi yang dapat kita lakukan? Ketika harus mengambil keputusan etis dalam entrepreneurship? Di sini saya menawarkan empat langkah praktis yang sederhana. Petama, identifikasi masalah dengan cermat. Pahami pro dan kontranya. Jangan mengambil sebuah keputusan tanpa memahami persoalan lebih dahulu.
Kedua, saya sebut ujian Deontologis. Ujiannya ini adalah sederhana seperti ini. Apakah tindakan itu menghargai harkat manusia dan tidak menjadikan manusia sebagai alat semata? Apakah tindakan moral itu bersifat universal. Contoh tidakan bersifat moral ini dalam bahasa kaidah emas atau yang biasa disebut golden role, Lakukanlah yang Anda Ingin Orang Lain Lakukan ke Anda. Atau dalam bahasa negatifnya, atau dalam bahasa larangannya, Jangan Lakukan yang Anda Tidak Ingin Orang Lain Lakukan ke Anda atau Keluarga Anda. Misalnya sebagai contoh, ada seseorang yang ingin berternak lele. Mengembangkan bisnis dalam berternak lele. Untuk murahnya, orang tersebut ingin kasih makan lele itu bangkai tikus atau pun kotoran manusia. Pertanyaan sederhana mengikuti kaidah emas, apakah Anda atau saudara Anda, atau anak Anda mau dikasih makan lele tersebut sebelum dijual ke konsumen? Apakah Anda sendiri ingin mengkonsumsi produk Anda sendiri itu? Jika tidak, jangan lakukan ke orang lain.
Ingat, prinsip etis tidak sama dengan hukum. Umumnya hukum didasarkan pada prinsip moral. Tetapi terkadang bisa saja ada aturan moral yang tidak tercakup dalam hukum. Misalnya memberi makan kotoran manusia ke lele. Mungkin tidak tercakup ke hukum. Sebaliknya bisa saja tercipta hukum yang tidak universal. Misalnya ada larangan beribadah bagi umat agama tertentu, walau secara moral ini tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bisa saja suatu pemerintah tertentu melegalkan aturan yang melanggar prinsip moral tersebut. Pertimbangan etis seseorang harus didasarkan pertama-tama pada aspek, atau prinsip moral ini.
Yang ketiga, langkah ketiga saya sebut ujian utilitarianisme. Dalam hal ini ujian utilitarianisme hanya menghitung apa benefit atau keuntungan dan apa kerugian bagi berbagai pihak yang terkait? Biasanya disebut juga stakeholder approach. Bayangkan kita tidak hanya menghitung plus minus bagi perusahaan, tapi kita juga menghitung plus minus bagi konsumen kita, bagi rekan bisnis kita, termasuk juga bagi lingkungan kita. Saat ini pendekatan ini biasanya dikenal juga dengan 3 P, yaitu People, Planet, Profit.
Apa plus minus bagi people, bagi planet, dan apakah itu juga menghasilkan profit sehingga satu venture atau suatu perusahaan bisa berkelanjutan? Bisa menghidupi karyawannya. Kita perlu ingat juga pertimbangan ini tidak hanya dalam bentuk jangka pendek, tetapi juga jangka panjang. Apa yang disebut hindarilah miopia moral atau rabun jauh moral. Terkadang kita melihat hanya keuntungan sesaat, keuntungan jangaka pendek, tapi kita melupakan bahwa ini punya kerugian jangka panjang yang besar. Pak Ci selalu mengingatkan seorang entrepreneur itu meng-create nilai sehingga dapat mengubah kotoran menjadi emas. Entrepreneur itu menciptakan nilai, menciptakan benefit bagi konsumennya. Perusahaan layak mendapatkan profit karena menjawab pertanyaan konsumennya, atau menguntungkan konsumennya. Pekerja ingin bekerja di sebuah perusahaan karena mendapatkan benefit dari perusahaan tersebut, sebaliknya perusahaan pun mendapatkan benefit dari kehadiran pekerjanya.
Demikian secara sederhana filter utilitarianisme bisa membantu kita juga menghitung plus dan minus dalam suatu tindakan. Dengan tiga filter tadi, tiga step atau tiga langkah yang kita harus lakukan tadi. Maka kita melihat, apakah kira-kira suatu tindakan ini lolos dari filter tersebut? Mohon pertimbangan kita dapat kita hindari apa yang disebut dilema semu. Contoh dilema semu, saya ingin nilai bagus, tetapi tidak mau belajar.  Saya ingin cepat kaya, cepat mendapatkan profit, tapi merugikan orang lain. Kalau kita bisa menimbang bahwa suatu tindakan itu lolos dalam tiga langakah yang sudah kita lakukan tadi ternyata bisa memenuhi tiga langkah tersebut, lakukanlah. Itu sudah sesuai dengan prinsip etis yang kita harapkan. Jika tidak bagaimana? Maka di sini perlu kreativitas kita di dalam memecahkan suatu masalah. Pikirkanlah solusi kreatif yang tidak melanggar prinsip moral.
Batas-batas adalah sahabat terbaik seorang kreatif dan seorang kreatif walaupun sering berpikir thinking out of the box, tidak akan melanggar prinsip etis. Boleh kreatif, tetapi tidak untuk prinsip moral. Dalam prinsip moral tidak ada yang boleh dilanggar. Justru kreativitas membantu kita untuk memecahkan masalah tanpa harus melanggar prinsip moral. Di situlah tantangan seorang kreatif.
Bagi kami, melanggar moral, atau merugikan orang lain bukanlah prinsip, bukan sesuatu yang kreatif, tetapi mungkin akan disamakan seperti maling atau pun benalu. Kreativitas justru menuntut bagaimana penciptaan nilai yang menguntungkan bagi banyak pihak. Jadi dalam hal ini bukan zero sum game. Saya Untung Anda rugi, atau lingkungan dirugikan. Kita juga diingatkan untuk apa yang disebut tindakan preventif. Mari kita lakukan tindakan etis ini dari sejak awal. Dari kita sejak musa. Selesaikan sebuah masalah sebelum membasar. Mari membangun network dan berbuat baik bagi banyak orang. Dengan demikian kita sedang memupuk tindakan-tindakan etis kita menjadi satu habbit. Menjadi satu karakter kita sendiri. Saya percaya langkah dalam menjadi karakter bermoral dalam intergritas ini perlu terus dilakukan terus menerus. Hanya dengan komitmen yang terus menerus dan dengan latihan keras langkah berpikir etis dalam pengambilan keputusan, baik di dalam pelbagai studi kasus atau situasi riil, kita dapat membentuk karakter unggul. Setiap tindakan dan kerangka berpikir etis tersebut jika dilakukan terus menerus akan melahirkan kebiasaan dan kebiasaan akan melahirkan karakter bermoral dengan integritas tinggi. Anda bisa dikatakan orang yang dapat dipercaya jika Anda melakukan secara terus menerus menjadi suatu habbit dan akhirnya menjadi karakter Anda.
Demikian UC Onliners . Semoga topik ini bisa berguna bagi pada UC Onliners.
Saya Johan Hasan mengucapkan Salam Entrepreneur...