Kamis, 26 September 2013

ECW 2013 " Entreprenerial and Ethical Leadership "

Selamat siang kepada saudara-saudara peserta Universitas Ciputra Entrepreneur Online.
Universitas Ciputra Entrepreneur Onliners. Ada satu hal yang sangat menarik yang kami ceriterakan di sini. Nanti anda akan mendengar langsung dari video klip pada waktu itu kami melakukan telekonference dengan Universitas Bengkulu dengan mahasiswa dan dosen dan dihadiri oleh Bupati Bengkulu. Sesudah kami memberikan penjelasan, Bapak Bupati bertanya kepada kami antara lain, bagaimana pendapat saya, pendapat kami bahwa begitu banyak investor besar di Bengkulu memakai tenaga-tenaga masyarakat Bengkulu dengan sistem inti dan plasma. Jadi, mereka itu seumur hidup hanya menjadi pekerja kasar. Hampir tidak mempunyai kesempatan untuk meningkat.
Nah, lantas intinya saya jawab sebagai berikut. Ini pertanyaan dari Pak Bupati tepat sekali. Menarik sekali. Pendapat Pak Bupati itu saya benarkan. Itu yang sedang berlaku sekarang di Indonesia bahwa dibentuk inti dan plasma. Pengusaha yang mengusai inti, bekerja sama dengan masyarakat yang memberikan plasma. Sehingga mereka mempunyai pendapatan yang cukup untuk hidup. Nah itu sistem itu sistem baik. Tapi, kita harus meningkat. Kalau orang itu dia itu hanya murid itu hanya murid sekolah dasar atau SMP. Kita harus meningkat ke SMA dan Universitas. Saya jawab kepada Pak Bupati. Sistem itulah sistem yang sudah lama berlaku. Bukannya salah, tapi kita harus tingkatkan. Kita harus mengembangkan rakyat Bengkulu tersebut mindsetnya. Sumber daya manusia dikembangkan. Tadi itu sistemnya memberi ikan. Kita harus kembangkan rakyat Bengkulu itu sanggup memancing. Dari membuat pancing, sampai memancing, sampai menjual, manajemen keuangan, manajemen produksi, manajemen marketing, dan sebagainya.
Jadi masyarakat Bengkulu itu terutama harus dilatih, dididik menjadi entrepreneur. Harus dimulai dari taman kanan-kanak, SMA, sampai Universitas. Mereka harus menjadi Entrepreneur. Yaitu mengembangkan diri untuk sanggup merubah sampah menjadi emas. Kalau tidak, mereka akan jadi pekerja. Kalau sistem inti dan plasma tidak dikembangkan ke tingkat lebih tinggi, mereka lagi sepuluh, dua puluh tahun, lima puluh tahun mereka akan seperti itu saja. Sistem itu hanya untuk taraf permulaan. Melepaskan mereka dari kemelaratan. Dan mereka harus tingkatkan lebih tinggi.
Nah, nanti anda mendengar langsung video klip yang dibuat pada telekonference tersebut. Semoga para Onliners dapat mengkaji sendiri kalau benar apa yang kami sampaikan supaya disimpan dalam hati. Kalau tidak dilupakan saja. Inilah pengantar kami. Sekali lagi, Salam Entrepreneur. Sampai bertemu lagi..

[Video]
Moderator      : Apakah bapak mendengar suara dari kami?
Pak Ciputra     : Ya, bagus.
Moderator         : Terimaksih Bapak sudah menyempatkan waktunya di sini. Ada pak Bando Amin, beliau adalah Bupati Kepahiyang. Di sini kita ada undangan dari DPRD Provinsi. Dan lain-lain.
Kita punya waktu sekitar 20 menit, saya beri Bapak waktu 10 menit. Selanjutnya kita serahkan kepada mahasiswa untuk bertanya sebagai tanggapan dan kepada yang lain juga saya beri kesempatan. Baik Pak, bisa Pak..
Pak Ciputra       :Baiklah, selamat siang. Selamat siang semua para hadirin yang kami banggakan, kami hormati, kami benar-benar sangat bahagia berada di tempat ini. Depan layar yang begitu hebat ini. Tentu hari ini kita akan bicara tentang Entrepreneurship. Entrepreneur ialah kemampuan manusia untuk merubah yang tidak berharga menjadi berharga, sampah menjadi emas. Itu istilah kami.
  Nah, tentu kita semua ingin sukses dalam kehidupan kita. Untuk sukses dalam kehidupan kita kita harus mempunyai kemampuan. Kemampuan untuk mengelola yang tidak berarti menjadi berarti. Hanya dengan entrepreneurship menurut kamu satu daerah, satu individu, satu negara bisa berkembang. Kita melihat begitu banyak negara-negara yang tidak punya apa-apa hanya mempunyai manusia yang entrepreneurship. Nah, dia berkembang. Dan ternyata sesudah kami lakukan dalam praktik kurang lebih lima enam tahun, bangsa Indonesia mempunyai potensi yang sama dengan negara-negara maju yang lain. Kami telah coba di Universitas yang kami dirikan. Kami sudah dirikan empat Universitas yang kami jalankan sampai sekarang. Universitas Trumanegara, Prasetya Mulya, Universitas Ciputra, dan Universitas Pembangunan Jaya. Di Jakarta maupun Surabaya.
 Kami telah melatih lebih dari lima ribu guru-guru. Kami telah melatih juga ribuan entrepreneur muda. Kami telah melatih termasuk TKI. Nah, ternyata sangat berhasil sekali. Mereka yang tidak percaya diri, kami memotivasi bahwa anda sanggup. Memang tidak semua sanggup, tapi dengan 20-30 persen dari masyarakat kita yang sanggup menjadi entrepreneur. Yang sanggup merubah kekayaan daerah menjadi harta karun yang tak terhingga. Oleh karena itulah kami berjalan terus dengan entrepreneurship. Kami mempunya cita-cita untuk menciptakan 4-5 juta entrepreneurship dalam waktu 20 tahun. Dan ternyata rencana tersebut mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Bahwa Presiden telah deklarasikan bahwa Indonesia akan menjadi entrepreneur pada waktu dua tahun yang lalu. Kami tulis surat sama Pak Presiden, dia tanggapi, dia declair. Mendapat sokongan yang luar biasa dari para mentri koperasi dan UKM.
Tapi kami merasa apa yang kami lakukan masih kurang. Sebab kami begitu yakin , hanya entrepreneurship. Entrerpreneur dari para pengusaha. Kami membentuk GABS. Government, Academision, Bussines, dan Sosial. Jadi, semua bidang perlu entrepreneurship. Termasuk Government perlu sekali yang bisa mengolah kekayaan daerah. Dan kami merasa masih kurang puas. Bagaimana kami menjangkau dari Sabang sampai Merauke, dari pesisir sampai ke gunung-gunung. Hanya dengan online.  Pada tanggal 24 Agustus yang lalu, kami mempunyai program baru yaitu Universitas Ciputra Online. Entrepreneur Online. UCEO. Gratis. Kami sebarkan ke seluruh Indonesia. Kami mengharapkan Masyarakat Padang, mahasiswa, dan mereka yang ingin belajar entrepreneur bisa menjadi anggota kami. Sekarang sudah kurang lebih dua puluh ribu anggota. Baru di-launching salama dua minggu.
Kami telah mencapai seratus ribu. Gratis. Dan kami ingin mendirikan di daerah-daerah ada Incubator Center. Sebagai pusat-pusat Onliners bisa berkumpul untuk diskusi. Dan khusus kami tadi mendapat laporan dari saudara Jery bahwa tahun ini ada Universitas Bengkulu, kami undang untuk para pimpinannya meninjau Universitas Ciputra Surabaya. Bagaimana kita mendidik mahasiswa kita. kita melatih mereka menjadi Entrepreneur. Bukan menjadi ilmuan. Karena menjadi ilmuan ada di tempat lain. Tapi tempat kita yang diekplorasi adalah bagaimana orang merubah kekayaan alam daerah seperti Bengkulu. Kekayaan begitu melimpah-limpah. Kekayaan Bengkulu bisa ekspor CPO, ikan di lautan berlimpah-limpah. Kekayaan alam melimpah-limpah.
Nah, bahkan wan-wan pun yang selanjutnya dikelola dengan baik oleh rakyat Bengkulu sendiri masih merasa kurang. Jadi, kita ingin mengajak rakyat Bengkulu, dan rakyat Bengkulu pasti bisa. Sekali lagi pasti bisa. Kalau tidak berguna kami melakukan usaha ini. Kami tidak mau usaha kami sia-sia. Seorang entrepreneur harus mempunyai tujuan dan yakin berhasil dan sampaituntasberhasil.
Kami telah membuka memulai dengan puluhan atau ratusan perusahaan yang kami telah bangun. Kami telah membiayai ratusan project. Bahkan sampai ke luar negeri. Di Cina, di taiwan, di Hanoi, Vietnam, Kamboja. Kami juga punya usaha di Hawai, Singapore. Karena apa? Kami sanggup melakukan kerana ada spirit of entrepreneur dalam hati kita. Padahal saya memulai tanpa tidak memulai apa-apa. Saya nol benar. Saya tidak mempunyai modal apa-apa. Tapi hanya satu modal yang lebih dari uang yaitu entrepreneurship. Oleh karena itu saya harap rakyat Bengkulu dan rakyat seluruh Indonesia bisa menjadi anggota daripada Universitas Ciputra Entrepreneurship Online. Khusus Bengkulu, kami undang untuk datang ke Universitas Ciputra, untuk kita latih. Kami telah bikin kira-kira tiga puluh dosen dari seluruh Indonesia ke Common Foundation Amerikas Serikat untuk belajar menjadi pelatih entrepreneur. Enam bulan dengan biaya masing-masing tiga ratus juta per orang untuk belajar di sana.
Tapi sementara sekarang mereka ke sana hanya kita membiayai uang perjalanan ke sana. Jadi, saya mengharapkan marilah kita bersama-sama jadikan Bengkulu suatu daerah percontohan bagaimana suatu daerah di Sumatra bisa menjadi daerah yang maju. Kalau tidak ada entrepreneurship, seperti peribahasa yang populer kita tidak akan menjadi tuan rumah di rumah kita sendiri. Rakyat bengkulu tidak akan menjadi tuan rumah. Orang lain yang menjadi tuan rumah di Bengkulu. Dan kami sanggup untuk membantu rakyat Bengkulu untuk menjadi entrepreneurship di Bengkulu.
Ini sambutan kami. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Salam Entrepreneur. Terimakasih..
Moderator      : Tepuk tangan dulu untuk Pak Ciputra. Terimakasih Pak Ci atas pemaparannya. Baik Pak di sini ada mahasiswa juga yang akan menanggapi. Akan kami beri waktu kepada Bapak Bupati untuk memberikan tanggapan. Boleh Pak? Pak Bupati akan memberi tanggapan kepada Pak Ci.
Pak Bupati       :Terimakasih Pak Ci. Saya Bando Amin, Bupati Kepahiyang, Provinsi Bengkulu. Saya melihat Bapak ini luar biasa sekali. Pemikiran-pemikiran dan semangat Bapak, keberanian Bapak. Tetapi di tempat kami ini. Ini banyak, ada juga entrepreneur-entrepreneur. Tetapi, sebagian besar pengusaha perkebunan yang besar, misalnya pengusaha perkebunan sawit, pengusaha perkebunan karet, ini hanya memelihara rakyat-rakyat miskin.
Nah, ini tentu entrepreneur di Indonesia ini ini harus terarahkan menjadi entrepreneur yang koperatif. Jadi maksudnya kalau kaya itu bersama. Jadi banyak di sini pengusaha itu dia mau kaya tapi iri. Sebab ini mengarah kepada kapitalis. Jadi, dia punya perusahaan tetapi orang ini bekerja sebagai buruh saja. Yang jelas tidak bisa lebih. Contohnya di Bengkulu ini. Investor datang, membangun misalnya perkebunan, konsepnya bagus. Ada plasma segala macam. Tahanya diganti, dibayar mahal, tetapi karena masyarakat kemampuannya kita tahu sangat rendah. Tanahnya sudah beralih, pekebunan juga sudah dia tidak miliki, jadi sekarang tiap generasi ini hanya memelihara penduduk miskin. Nah karena itu ini entrepreneur-entrepreneur yang harus mengarahkan bahwa untuk mengajak suatu usaha itu untuk diberi kesempatan kepada masyarakat itu sendiri sehingga
Suatu contoh misalnya kita membuat perhotelan, kita mempu membayar, menggaji orang itu mahal. Tapi lama orang kita ini jadi rendah karena tidak mempunyai kemampuan itu tadi. Tapi kalau ini diikutsertakan di dalam usaha itu sehingga ini maksudnya entrepreneur yang perlu kita kembangkan lagi supaya mengajak yang lain usaha itu bersama-sama. Ini bagaimana? Tolong ditanggapi Pak..

Pak Ciputra       : Baik Pak. Kami mengatakan bahwa pendapat Bapak itu pendapat yang umum yang berlaku sekarang. Suara Bapak dan suara daripada daerah-daerah. Pemimpin daerah semua persoalannya sama dengan Bapak. Sekarang saya akan memberikan alternatif yang lain. Bukan alternatif yang memang sudah diketahui. Saya berpendapat begini Pak. Kita bukan meminta peluang. Kita jangan meminta kesempatan. Kita harus menciptakan kesempatan itu sendiri. Jangan Bapak harapkan orang lain punya belas kasihan kepada kita. Jangan bapak harapkan orang memperhatikan kita. Tidak pak. Tidak. Bapak harus didik rakyat Bapak menjadi entrepreneur. Dan dia harus menciptakan peluang tersebut. Bapak sanggup. Mulai dari sampai sekarang. Itu cara pertama yang Bapak lakukan itu bagus. Tapi ada yang lebih baik Pak. Bapak ajarkan mereka untuk sanggup menciptakan lapangan kerja untuk mereka sendiri. Mereka harus rebut hal tersebut.
Saya tamat Pak, tidak punya uang apa-apa. Saya sudah bekerja walau saya di sekolah dasar. Saya diajari ayah saya untuk berusaha sendiri. Saya SMP, saya berusaha sendiri. SMA tinggal di Menado. Kemudian saya sudah di Universitas. Universitas saya sudah mempunyai usaha sendiri Pak. Bahwa saya di sekolah, saya diajar menjadi arsitek. Saya tidak mau. Saya tamat tidak mau jadi arsitek. Arsitek mancari pekerjaan. Pekerjaan tergantung dari orang lain. Saya itu tidak mau tergantung pada orang lain bahwa dia itu punya project, saya harus mengemis minta project. Tidak. Saya ciptakan kemampuan saya sendiri. Maka saya jadi developer. Saya mulai projek tersebut. Nah, arsitek, saya cari arsitek. Bapak bisa pakai ini Pak.
Contoh kami pernah ke Jogja.  Bertemu dengan orang. Dengan biaya kami sendiri. Itu kira-kira empat tahun yang lalu. Kami biayai. Seorang anak menganggur. Kami ajarkan bagaimana. Kami berikan buku kami. Untuk Bapak, kami akan kirimkan buku juga. Bagaimana kami memulai usaha kami ini. Ciputra Way. Ajarkan dia menjadi developer. Tanpa modal Pak. Tahun pertama, dia sudah punya penghasilan lima ratus juta. Laba bersih. Bagaimana tanpa modal bisa berusaha untuk maju. Jadi Bapak menciptakan mereka untuk madiri. Mereka, Pak. Mempunyai peluang luar biasa. Bahwa nanti Bapak akan terheran-heran.
Kami membina TKW. Kami berikan modal buat TKW untuk mulai usaha. Masuk Universitas Ciputra kami berikan modal dari pemprov Jawa Timur. Hanya sebagian yang terpakai. Mereka begitu mandiri. Mereka begitu terharu. Bahwa ada satu ilmu kehidupan yang mereka bisa pakai untuk mereka mandiri mencari pekerjaan. Dan Bapak akan terheran-heran. Tapi Bapak harus mulai. Mulai dari taman kanak-kanak Pak. Sampai SMA ajarkan mereka Entrepreneur. Mereka akan luar biasa. Bapak tidak akan menyangka kalau kami berbicara dengan TKW sampai mereka nangis-nangis. Mereka mau menyembah kepada kami. Bahwa ada ilmu kehidupan yang mereka tidak tergantung dari orang lain.
Itu cara yang lama Pak bahwa pengusaha harus kasih kesempatan pada mereka, kepada para plaster. Tidak. Dari hati, dalam hati mereka, mereka mampu. Mereka mampu Pak. Rakyat Bapak mampu, anak Bapak mampu. Ya, masyarakat mampu kalau mereka punya ilmu tersebut. Sekali lagi Pak. Sekali lagi. Bahwa Bapak mampu dan Bapak menjadi pelopor untuk itu. Bapak coba datang ke sekolah-sekolah kami. Datang ke Universitas Ciputra. Ada akan heran Pak. Mereka masuk bukan lagi mereka belajar teori. Mereka lantas datang ke pasar untuk bagaimana menjual barang. Kalau Bapak tidak ajarkan begitu, mereka tidak bisa menjual barang. Dan memang Pak. Perlu diajarkan mereka. Perlu dilatih. Dan mereka akan berhasil Pak.
  Jadi ada dua cara. Cara yang pertama yang Bapak terus, teruskan saja Pak. Tetapi cara yang lain. Bapak harus sebab Bapak jadi Bupati. Bapak jadi Bupati bukan karena belas kasihan orang lain. Karena prestasi Bapak, Bapak jadi Bupati. Bukan orang memberi kesempatan Bapak jadi Bupati. Karena prestasi Bapak, Bapak jadi Bupati. Bapak tdak aka, “ini pak, jadi Bupati”, Nggak. Bapak mampu sehingga Bapak jadi Bupati. Jadi, Bapak mesti latih mereka supaya mereka mampu sehingga mereka menjadi Entrepreneur. Mereka mampu membuka warung Pak. Mereka mampu membuka toko Pak. Dan mereka bisa mengolah segala macam itu. Tanah, mereka bisa olah. Mereka akan mempunyai ide bagaimana Pak untuk mengolah kekayaan alam, mengolah kekayaan laut, sampai mereka memancing, tapi memancing dengan cara dan mereka akan menemukan cara mereka sendiri Pak memancing tersebut. Itulah pendapar kami Pak. Terimakasih Pak..
Moderator        : Baik, terimakasih kepada Pak Ci. Mungkin kita dibatasi oleh waktu Pak. Kami mohon diri dulu. Undur diri dulu ya Pak. Jam sudah menunjukkan jam 11.13. Selanjutnya kita mengikuti sesi yang lebih banyak tentunya bersama Pak Bando yang lebih menarik seperti apa dan bagaimana arah entrepreneur bersama kegiatan sosial untuk bersama bukan hanya investor, namun juga pemerintah serta masyarakat tentunya. Baik, itu dulu Pak Ci dari pembicaraan kita. Terimakasih Pak Ci. Kami pamit dulu. Selanjutnya kita kembali pada sesi materi selanjutnya..
Transkrip Video: Arti salam Entrepreneur
Salam Entrepreneur..
Saya bahagia untuk bertemu dengan anda semua tentang membicarakan apa arti Salam Entrepreneur. Anda lihat tiga jari ini. Tiga jari ini menggambarkan letter E. Anda lihat bentuk letter E. Nah, tiga jari itu masing-masing jari mempunyai arti.
Yang pertama, Envision. Kedua, Explore. Ketiga, Encounter. Envision, ketiga-tiga letter E dan bentuk letter E secara keseluruhan tiap jari. E, E, dan E. Nah, E yang pertama itu apa? Itu Envision. Vision, wawasan. Nah Entrepreneur itu harus mempunyai wawasan. Tanpa wawasan kita tidak akan mencapai hasil yang maksimum. Bahkan kita salah jalan. Seperti orang mau ke Medan naik plane ke Menado.  Jadi itu salah. Jadi kita mempunyai vision. Apalagi dalam keadaan ekonomi gejolak sekarang. Kalau orang sudah punya vision, dia tidak akan mengalami gejolak sebab dia tahu lebih dahulu. Jadi, Entrepreneurship adalah yang pertama punya wawasan, Envision.
Kedua Explore. Meneliti, menyelidiki, melakukan kreativitas, melakukan inovasi terus menerus. Nah, explore, explore, letter E, letter E. Ingat, Tanpa kita punya kreativitas, tanpa kita melakukan inovasi, tanpa kita terus menerus meneliti, mencari terus, maka tidak akan mencapai tujuan dan hasil Entrepreneurship.
Dan yang ketiga tentu Encounter. Encounter itu menemukan, mendapatkannya. Menemukan, menemukan cara yang tepat. Dan mempraktikannya. Sudah ketemu, masih belum cukup. Nah, dalam encounter itu dia menemukan dan mempraktikannya. Letter E. Sehingga kalau saya menemukan suatu sistem melalui inovasi tentang membangun satu project atau sesuatu hal saya ketemukan. Tetapi saya tidak melaksanakan. Itu masih belum cukup. Mesti sampai menjadi industri, menciptakan lapangan kerja, mendapatkan keuntungan manfaat membayar pajak. Nah, jadi saudara-saudara ini salam entrepreneur. Berarti wawasan, inovasi terus menerus, dan melaksanakan menjadi praktik, menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera dan makmur.
Jadi ini Salam Entrepreneur..

Transkrip Video Entrepreneurial Leadership, 7 Spirits of Entrepreneur - Tony Antonio
Salam Entrepreneur.
Apa kabar UC Onliners?
Perkenalkan nama saya Toni Antonio dari Universitas Ciputra. Pada hari ini kita akan bersama-sama membahas tentang tujuh spirit dari Entrepreneur. Seperti yang terpampang di bagian belakang, tujuh spirit dari entrepreneur ini menjadi jiwa, menjadi napas, menjadi mindset dari Entrepreneur. Beberapa dari bagian-bagian spirit ini. Pernah dibahas, sudah dibahas pada minggu-minggu yang terdahulu. Kita mengulang kembali ketujuh spirit ini kemudian dua di antara tujuh spirit itu akan kita bahas bersama-sama.
Mengapa perlu tujuh spirit? Karena pada dasarnya entrepreneur terdiri dari tiga bagian yaitu pemahaman, keterampilan, dan jiwa. Jadi ada knowledge, ada skill, ada mindset. Nah, tujuh mindset ini, tujuh spirit ini perlu kita miliki karena bukan hanya pengetahuan, bukan hanya keterampilan yang kita perlukan, tapi kita harus mempunyai jiwa yang mendorong kita. Kita pernah membahas tentang passion di salam entrepreneurship. Kita hari ini akan membahas tentang persistence. Kemudian kita juga akan membahas tentang independence, bagaimana kita bisa bekerja tidak bergantung pada orang lain. Kita juga pernah membahas pada minggu-minggu yang lalu tentang opportunity atau market sensitivity, kreativitas dan inovasi, berani mengambil resiko atau calculated risk taker, dan high etical standart atau etika seorang entrepreneur.
Dari ketujuh hal ini dua yang akan kita bahas pada hari ini. Sebelum saya membahas satu per satu, mungkin juga timbul  dari pemikiran bapak ibu sekalian teman-teman semua UC Onliners semua, mengapa kita mengambil tujuh hal ini? Sesungguhnya penelitian-penelitian yang mendalam sudah dilakukan terhadap para entrepreneur. Apa saja yang menjadi ciri-ciri para entrepreneur? Jiwa apa saja yang terdapat dalam seorang entrepreneur? Lalu kita mengadakan pengkajian, kita melakukan riset, kemudian kita membuat matriks dari sekian banyak jiwa, mindset, karakter, spirit entrepreneur, dan kita mengambil tujuh yang dipakai dalam pendidikan di Universitas Ciputra ini. Jadi, ketujuh spirit ini kita peroleh dari pengkajian-pengkajian, kemudian seluruhnya kita terapkan dalam pembelajaran di Universitas Ciputra ini. Baik bagi para mahasiswa, baik bagi para pasca sarjana, maupun dalam latihan-latihan yang kita lakukan di dalam masyarakat. Kami percaya bahwa jika kita mempunyai ketujuh spirit ini maka perjuangan kita untuk menjadi entrepreneur akan mencapai akhir yang baik.
UC Onliners, dari ketujuh hal tadi, kita akan bahas dua, yaitu persistence. Persistence itu artinya mampu tahan uji sampai mencapai garis akhir. Bagaimana kita bisa berjalan, bagaimana kita bisa tahan menghadapi cobaan, bagaimana kita bisa tahan menghadapi banyak rintangan-rintangan supaya kita bisa mencapai tujan akhir dari perjalanan entrepreneurship. Tahun ini di Universitas Ciputra kita mengambil tema Entrepreneurship Journey. Perjalanan seorang Entrepreneur. Karena sebetulnya ketika kita memulai melangakah, kita berharap kita bisa mencapai garis akhir itu. Nah, masalahnya banyak sekali hal-hal yang mengahalangi kita, banyak sekali hal-hal yang merintangi kita, banyak sekali hal-hal yang membuat kita jatuh dan menyerah. sebab itu saya mengusulkan bahwa untuk menjaga persistence ini, untuk menjaga kemampuan kita mencapai sampai akhir ini kita harus bisa mengelola diri kita sendiri. Kita harus belajar mengelola diri kita, managing self, kelemahan-kelemahan kita kita ketahui, kekuatan-kekuatan kita kita ketahui kalau kita memang lemah dalam sesuatu jangan kita coba-coba masuk ke dalam pencobaan seperti itu.
Jadi, self management. bagaimana kita mengatur diri kita. Di antara self management ini adalah pengaturan waktu. Yang menarik sekali bahwa setiap orang mempunyai kesegaran yang berbeda-beda. Atau prime time yang berbeda. Ada orang yang disebut orang malam yang hanya pada malam hari lah dia menjadi sangat segar dan sangat efisien. Ada orang yang disebut orang subuh, karena pada subuh, pada dini hari dia sangat fresh dan mampu belajar. Kalau kita belajar satu jam pada prime time kita, maka itu akan mempunyai hasil yang sama dengan beberapa jam pada waktu-watu yang lain. Jadi kita kenali prime time kita, kita coba atur time management kita, pengaturan waktu kita, dan yang ketiga, yang perlu kita aminkan, yang perlu kita taruh dalam hidup kita adalah goal setting. Kita mau mencapai sasaran apa. Sasaran itu kita tulis, sasaran itu kita coba raih supaya kita bisa mencapainya dengan baik itu. jadi, dengan menuliskan prime time kita, dengan memilih prime time kita, mengenal prime time kita, kemudian dengan mengatur waktu kita, maka kita bisa membuat diri kita persistence mencapai garis akhir dengan baik.
Hal yang ketiga, hal yang ketiga adalah tentang independence. Jadi sesudah passion, persistence, independence. Passion, persistence, independence. Independence adalah kemampuan kita untuk bekerja tidak bergantung kepada orang lain. Apa maksudnya? Jadi, kadang-kadang ketika kita mengerjakan tugas kita sangat bergantung kepada orang. Kita tidak bisa bekerja karena kita masih menunggu pekerjaan mereka. Nah ini sedapat mungkin kita hindari karena kalau bisa kita bekerja hanya bergantung kepada kita. Kecepatannya kita atur sendiri, tidak bisa bergantung kepada orang lain sehingga pekerjaan kita terhambat karena menunggu pekerjaan orang lain. Harus diatur. Task Management. Kemudian juga hal yang kedua adalah bagaimana independence dalam diri kita adalah kita bisa mengembangkan diri kita.
Di tayangan ini kita melihat ada beberapa hal tentang pola pendidikan abad 21. Pola pendidikan abad 21 dimana kita dituntut mau tidak mau harus belajar sendiri. Kita tidak bisa bergantung kepada sekolah, kita tidak bisa bergantung kepada training. Sekolah dan training akan memperlengkapi kita dengan sangat baik. Tetapi terlalu banyak hal yang harus kita pelajari sendiri. Sebab itu, usul saya, ketika kita memikirkan pengambangan diri, coba kita belajar. Pertama adalah bagaimana self study, bagaimana mengembangkan kemampuan kita untuk belajar. Bagaimana mengembangkan kemampuan kita belajar tidak bergantung pada sekolah, tidak bergantung pada lembaga-lembaga training, tapi tergantung kepada resource, sumber-sumber yang tersedia di masyarakat. Misalkan, internet. Misalkan, buku-buku. Misalkan, koran. Misalkan, tivi. Dan juga seperti kita semua sedang balajar ini UC Online ini menjadi sumber bagi kia untuk balajar sehingga kita bisa mengembangkan diri kita tidak bergantung pada orang lain.
Jadi, independence di dalam penyelesaian tugas, independence dalam pengembangan diri, independence dalam mengelola resource-resource yang ada di sekeliling kita akan membuat diri kita semakin kaya sehingga kita bisa mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi.
Kembali pada tayangan ini. Di sini ada tayangan pola pendidikan abad 21. Kalau kita melihat pola pendidikan abad 21 ini, maka pada bagian tengah disebut Core. Jadi pendidikan abad 21 memang masih memberikan inti, isi, core daripada keilmuan itu. Tetapi kalau kita lihat pada sisi kanan dan sisi kiri, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari. Pertama, pada pendidikan abad 21 sangat bergantung kepada ICT. Tanpa mengenal ICT, kemampuan mengelola internet, kemampuan mengelola komputer, kita akan sangat ketinggalan.  Jadi untuk mencapai pendidikan abad 21, agar pendidikan abad 21 maksimal, kita harus mengerti tentang komputer. Tentang ICT, tentang jaringan. Hal yang kedua ialah life skill.
Bagaimana kita mengembangkan life skill? Tadi kita sudah mengatakan bagaimana kita perlu mengembangkan belajar kita, kemampuan membaca kita, kemampuan menulis kita, kemampuan berkomunikasi. sejak kecil kita belajar membaca, tapi sampai dewasa pun kita harus terus menerus mengembangkan kemampuan membaca kita. Sejak kecil kita belajar menulis, tapi sampai dewasa pun kita harus terus menerus belajar menulis. Bagainama menulis yang baik, mengkomunikasikan ide-ide kita secara tertulis. Sejak kacil kita belajar berbicara, tapi sampai dewasa kita terus harus mengambangkan kemampuan kita berbicara. Bagaimana berbicara efektif, bagaimana berbicara tepat waktu, bagaimana berbicara memotivasi orang, bagaimana berbicara untuk menjual ide-ide kita.
Jadi, life skill itu harus kita kembangkan. Jadi sesudah core, ICT, life skill, maka yang keempat adalah kita harus melihat pada abad 21 ini berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Kita mesti paham yang disebut 21 century content. Apa yang sedang terjadi dalam masyarakat? Tren-tren apa yang sedang terjadi di masyarakat? Perubahan-perubahan apa? Misalkan dalam teknologi, handphone berubah begitu cepat sehingga itu bisa kita pakai. Banyak hal bisa berubah. Kondisi masyarakat, budaya masyarakat, politik, kehidupan, perdagangan, dan lain-lain. Dan kita harus memahami. Tanpa memahami itu kita tidak bisa menjadi seorang yang independen. Kita perlu memahami konten dari ada ke-21 ini.
Dan yang terakhir kita juga sebagai seorang yang independen harus mengembangkan kemampuan berpikir. Pada ujungnya kemampuan berpikir kita lah yang akan kita uji. Pada ujungnya kemampuan berpikir kita menentukan langkah kita ke mana. Jadi, bapak ibu sekalian, persistence, dan independence, dua dari tujuh spirit yang harus kita kuasai disamping tujuh hal yang lainnya yaitu passion, persistence, independence, opportunity, kreatif, berani mngambil resiko, dan etika. Maka hari ini kita membahas tentang persistence dan independence.
Saran saya, secara terus menerus marilah kita raih, pahami, taruh dalah hidup kita ketujuh spirit itu. Lalu kita terapkan dalam kehidupan kita terutama dalam pencapaian kita untuk entrepreneurship.

Transkrip Video Pengantar Etika Entrepreneurship - Johan Hasan
Para UC Onliners yang budiman. Salam Entrepreneur..
Saya Johan Hasan. Hari ini saya akan membagikan topik perkuliahan online, berjudul integritas moral dan bagaimana menerapkan kerangka berpikir etis dalam Entrepreneurship.
Para UC Onliners, Pak Ciputra pernah menggagas IPE yang sudah diterapkan dalam Grup Ciputra. IPE Adalah singkatan dari integritas, profesionalisme dan entrepreneurship. Pak Ciputra pernah menyatakan bahwa, “Integritas sengaja saya taruh sebagai yang pertama karena saya berpendapat bahwa dua nilai utama yang lain yaitu profesionalisme dan entrepreneurship harus ditopang oleh integritas”.
Mari kalau demikian kita akan coba memahami apa itu integritas moral? Saya akan mengajak para UC Onliners untuk melihat Mitos “The Ring of Gyges”, atau Cincin dari Gyges yang penah ditulis oleh Plato dalam bukunya Republic. Ceritanya begini:
Dahulu kala hidup seorang gembala bernama Gyges dari Libya yang sedang menggembalakan domba-dombanya. Ia saat itu menggembalakan domba-dombanya di sebuah pegunungan. Pada saat itu tidak lama kemudian terjadilah gempa bumi. Gempa itu mengakibatkan terbukalah sebuah goa di pegunungan. Gyges masuk ke dalam goa tersebut dan di dalamnya ia menemukan sebuah kuburan dengan kuda perunggu yang berisi jenazah seorang pria yang bertubuh besar dengan cincin emas di tangannya. Gyges pun kemudian mengantongi cincin itu. Belakangan ia mengetahui bahwa cincin itu memiliki kekuatan tersendiri. Kekuatan yang mengakibatkan sang pemakai tidak terlihat oleh orang lain. Gyges pun menggunakan kekuatan itu untuk membunuh raja Libya, menggantikannya, bahkan mengawini permaisurinya. Tidak ada bukti atau hukuman atas kejahatannya.
Cincin emas dengan kekuatan menghilang itu memang adalah sebuah mitos. Mitos ini pun memberikan ide bagi beberapa film Holywood seperti film Invisible Man, film Lord of The Ring, namun dalam realitas ternyata kekuatan cincin itu juga ada.Cincin itu di jaman sekarang dapat berupa kekuatan uang, sehingga kita dapat menghindari hukuman dengan membayar hakim, jaksa, atau para penegak hukum lainnya. Cincin Gyges itu juga dapat berupa kekuatan kekuatan politik, sehingga kita dapat menghindari diri dari tuduhan kesalahan yang seharusnya kita terima. Juga bisa kekuatan politik dan media masa sehingga hukum dan informasi dapat diputarbalikkan. Atau pun kekuatan teknologi sehingga kita dapat mengaburkan identitas kita atau tidak terdeteksi oleh sistem. Dan lain sebagainya.
Jika kesalahan kita tidak dapat terdeteksi oleh orang lain, atau kita dapat luput dari hukuman. Apakah kita akan tetap menjaga kelakuan kita bermoral? Apakah kita akan tetap bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang kita anut? Jika iya, kita akan tetap bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang kita anut, terlepas dilihat oleh orang lain atau tidak, terlepas dari ada hukuman atau tidak, inilah yang kita sebut integritas moral. Ujian integritas moral sesungguhnya diukur bagaimana kita jujur terhadap diri kita sendiri di kala tidak ada orang yang melihat, di kala kita bisa luput dari hukuman, apakah kita tetap setia menjalankan nilai-nilai moral yang kita anut?
Tentu bagi umat beragama integritas moral diletakkan juga pada kesadaran bahwa walau orang lain tidak tahu, ada Tuhan yang maha melihat. Pak Ciputra percaya bahwa integritas moral ini adalah bagian yang membentuk karakter seseorang. Suatu fondasi penting untuk berkembang dalam entrepreneurship. Dasar pembentukan karakter kita dan juga dasar bagi kita dapat bekerja sama dengan pihak lain. Sebuah komitmen yang bisa dipegang. Sebuah karakter yang dapat dipercaya oleh konsumen, oleh rekan kerja, oleh para rekan bisnis, oleh pemerintah, dan juga oleh masyarakat luas.
Para UC Onliners, selanjutnya mungkin Anda sekalian bertanya, “Kalau demikian bagaimana menentukan apakah suatu tindakan itu etis atau tidak? Bagaimana penerapannya dalam suatu tindakan?”. Di sini ada dua dasar dalam bertindak secara etis. Pertama, dasar utamanya adalah niat atau kehendak baik. Immanuel Kant, seorang filusuf Jerman pernah menyebutkan, Goodwill atau kehendak baik ini adalah sesuatu yang dapat disebut baik pada dirinya. Kita bisa melihat motivasi atau niat ini juga mendasari apakah suatu perbuatan ini baik atau tidak. Misalnya, kita tentu membedakan pembunuhan yang disengaja atau pembunuhan yang sebenarnya tidak disengaja sebagai sesuatu yang berbada bobotnya.
Kedua, dasar yang lain adalah manusia memiliki akal budi. Manusia yang hanya mengikuti dorongan spontan keinginannya tanpa merefleksikan atau mengambil jarak terhadap tindakannya, justru mengabaikkan kodratnya yaitu akal budi. Karena itu dasar lainnya adalah pertimbangan akal budi ini. Yang pertama kehendak baik itu menyentuh sisi emosional manusia, yang kedua adalah mempertimbangkan akal budi manusia.
Kalau demikian, jika kita sudah punya kehendak baik, apa pertimbangan akal budi yang dapat kita lakukan? Ketika harus mengambil keputusan etis dalam entrepreneurship? Di sini saya menawarkan empat langkah praktis yang sederhana. Petama, identifikasi masalah dengan cermat. Pahami pro dan kontranya. Jangan mengambil sebuah keputusan tanpa memahami persoalan lebih dahulu.
Kedua, saya sebut ujian Deontologis. Ujiannya ini adalah sederhana seperti ini. Apakah tindakan itu menghargai harkat manusia dan tidak menjadikan manusia sebagai alat semata? Apakah tindakan moral itu bersifat universal. Contoh tidakan bersifat moral ini dalam bahasa kaidah emas atau yang biasa disebut golden role, Lakukanlah yang Anda Ingin Orang Lain Lakukan ke Anda. Atau dalam bahasa negatifnya, atau dalam bahasa larangannya, Jangan Lakukan yang Anda Tidak Ingin Orang Lain Lakukan ke Anda atau Keluarga Anda. Misalnya sebagai contoh, ada seseorang yang ingin berternak lele. Mengembangkan bisnis dalam berternak lele. Untuk murahnya, orang tersebut ingin kasih makan lele itu bangkai tikus atau pun kotoran manusia. Pertanyaan sederhana mengikuti kaidah emas, apakah Anda atau saudara Anda, atau anak Anda mau dikasih makan lele tersebut sebelum dijual ke konsumen? Apakah Anda sendiri ingin mengkonsumsi produk Anda sendiri itu? Jika tidak, jangan lakukan ke orang lain.
Ingat, prinsip etis tidak sama dengan hukum. Umumnya hukum didasarkan pada prinsip moral. Tetapi terkadang bisa saja ada aturan moral yang tidak tercakup dalam hukum. Misalnya memberi makan kotoran manusia ke lele. Mungkin tidak tercakup ke hukum. Sebaliknya bisa saja tercipta hukum yang tidak universal. Misalnya ada larangan beribadah bagi umat agama tertentu, walau secara moral ini tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bisa saja suatu pemerintah tertentu melegalkan aturan yang melanggar prinsip moral tersebut. Pertimbangan etis seseorang harus didasarkan pertama-tama pada aspek, atau prinsip moral ini.
Yang ketiga, langkah ketiga saya sebut ujian utilitarianisme. Dalam hal ini ujian utilitarianisme hanya menghitung apa benefit atau keuntungan dan apa kerugian bagi berbagai pihak yang terkait? Biasanya disebut juga stakeholder approach. Bayangkan kita tidak hanya menghitung plus minus bagi perusahaan, tapi kita juga menghitung plus minus bagi konsumen kita, bagi rekan bisnis kita, termasuk juga bagi lingkungan kita. Saat ini pendekatan ini biasanya dikenal juga dengan 3 P, yaitu People, Planet, Profit.
Apa plus minus bagi people, bagi planet, dan apakah itu juga menghasilkan profit sehingga satu venture atau suatu perusahaan bisa berkelanjutan? Bisa menghidupi karyawannya. Kita perlu ingat juga pertimbangan ini tidak hanya dalam bentuk jangka pendek, tetapi juga jangka panjang. Apa yang disebut hindarilah miopia moral atau rabun jauh moral. Terkadang kita melihat hanya keuntungan sesaat, keuntungan jangaka pendek, tapi kita melupakan bahwa ini punya kerugian jangka panjang yang besar. Pak Ci selalu mengingatkan seorang entrepreneur itu meng-create nilai sehingga dapat mengubah kotoran menjadi emas. Entrepreneur itu menciptakan nilai, menciptakan benefit bagi konsumennya. Perusahaan layak mendapatkan profit karena menjawab pertanyaan konsumennya, atau menguntungkan konsumennya. Pekerja ingin bekerja di sebuah perusahaan karena mendapatkan benefit dari perusahaan tersebut, sebaliknya perusahaan pun mendapatkan benefit dari kehadiran pekerjanya.
Demikian secara sederhana filter utilitarianisme bisa membantu kita juga menghitung plus dan minus dalam suatu tindakan. Dengan tiga filter tadi, tiga step atau tiga langkah yang kita harus lakukan tadi. Maka kita melihat, apakah kira-kira suatu tindakan ini lolos dari filter tersebut? Mohon pertimbangan kita dapat kita hindari apa yang disebut dilema semu. Contoh dilema semu, saya ingin nilai bagus, tetapi tidak mau belajar.  Saya ingin cepat kaya, cepat mendapatkan profit, tapi merugikan orang lain. Kalau kita bisa menimbang bahwa suatu tindakan itu lolos dalam tiga langakah yang sudah kita lakukan tadi ternyata bisa memenuhi tiga langkah tersebut, lakukanlah. Itu sudah sesuai dengan prinsip etis yang kita harapkan. Jika tidak bagaimana? Maka di sini perlu kreativitas kita di dalam memecahkan suatu masalah. Pikirkanlah solusi kreatif yang tidak melanggar prinsip moral.
Batas-batas adalah sahabat terbaik seorang kreatif dan seorang kreatif walaupun sering berpikir thinking out of the box, tidak akan melanggar prinsip etis. Boleh kreatif, tetapi tidak untuk prinsip moral. Dalam prinsip moral tidak ada yang boleh dilanggar. Justru kreativitas membantu kita untuk memecahkan masalah tanpa harus melanggar prinsip moral. Di situlah tantangan seorang kreatif.
Bagi kami, melanggar moral, atau merugikan orang lain bukanlah prinsip, bukan sesuatu yang kreatif, tetapi mungkin akan disamakan seperti maling atau pun benalu. Kreativitas justru menuntut bagaimana penciptaan nilai yang menguntungkan bagi banyak pihak. Jadi dalam hal ini bukan zero sum game. Saya Untung Anda rugi, atau lingkungan dirugikan. Kita juga diingatkan untuk apa yang disebut tindakan preventif. Mari kita lakukan tindakan etis ini dari sejak awal. Dari kita sejak musa. Selesaikan sebuah masalah sebelum membasar. Mari membangun network dan berbuat baik bagi banyak orang. Dengan demikian kita sedang memupuk tindakan-tindakan etis kita menjadi satu habbit. Menjadi satu karakter kita sendiri. Saya percaya langkah dalam menjadi karakter bermoral dalam intergritas ini perlu terus dilakukan terus menerus. Hanya dengan komitmen yang terus menerus dan dengan latihan keras langkah berpikir etis dalam pengambilan keputusan, baik di dalam pelbagai studi kasus atau situasi riil, kita dapat membentuk karakter unggul. Setiap tindakan dan kerangka berpikir etis tersebut jika dilakukan terus menerus akan melahirkan kebiasaan dan kebiasaan akan melahirkan karakter bermoral dengan integritas tinggi. Anda bisa dikatakan orang yang dapat dipercaya jika Anda melakukan secara terus menerus menjadi suatu habbit dan akhirnya menjadi karakter Anda.
Demikian UC Onliners . Semoga topik ini bisa berguna bagi pada UC Onliners.
Saya Johan Hasan mengucapkan Salam Entrepreneur...


ECW 2013 " Calculated Risk Taking "

Transkrip Video Calculated Risk Taking - Pak Ciputra
 
Saya bahagia pula dapat berjumpa dengan Anda semua para Onliners daripada Universitas Ciputra UCEO. Benar-benar saya bahagia dan dari laporan yang kami peroleh bahwa minat untuk UCEO ini makin bertambah. Sudah puluhan ribu yang mengikutinya. Saya benar-benar senang karena usaha kita dapat diterima dengan baik.
Nah, saya meneruskan lagi tentang makna daripada sajak yang kami sampaikan pada waktu yang lalu. Punya mata, namun tidak melihat. Melihat, tapi tidak mempunyai arti, dan seterusnya. Dan kemudian, sudah berkesan, tapi tidak bertindak.
Nah, kenapa dia tidak bertindak? Karena macam-macam alasan. Mungkin dia belum benar-benar kepingin untuk menjadi Entrepreneur, tapi mungkin karena dia takut mengambil resiko. Nah, hari ini saya bicara tentang resiko tersebut. Resiko tersebut untuk seorang Entrepreneur yang sejati itu dapat diperhitungkan. Kemana resikonya? Berapa besar? Dan sebagainya. Walaupun tentu ada resiko di dalam sendiri, di dalam perusahaan, dalam diri kita, ada resiko yang datang dari luar. Oleh karena itu seorang Entrepreneur kami anjurkan supaya mempunyai integritas dan profesionalisme. Punya keahlian. Jangan hanya berusaha tanpa keahlian.
Seorang penjudi juga seorang yang paling berani mengambil resiko. Bayangkan, sesuatu hal yang tidak bisa diperhitungkan. Dia tahu kalau main judi itu umumnya kalah. Tapi toh dia berani mengambil resiko dengan harapan, tetap dengan harapan dia akan beruntung, dia akan menuai keberhasilan. Tapi seorang Etrepreneur semakin yang dari dalam bisa diperhitungkan. Dari luar sudah diperhitungkan. Oleh karena itulah sebelum kita bertindak, kita hitung tentang market, tentang keuangan, tentang produksi, tentang sumber daya manusia, tentang wawasan.
Nah, kita harus hitung betul-betul. Kalau kita sudah bisa berhitung, maka kita akan berani mengambil resiko tersebut. Lebih berani kita. Dan sebelum kita bertindak harus dipikirkan juga kalau perhitungan kita meleset, bagaimana kita harus mengatasinya? Seperti orang berperang, dia mikir kalau saya menyerang, menang. Menang, hanya memikirkan menang. Tapi kalau saya dikalahkan dalam suatu peperangan apa yang seharusnya k lakukan? Kalau saya kalah dalam suatu peperangan, apa yang kita harus lakukan? Begitu banyak contoh. Ya, pertempuran dilakukan, ternyata dia pertempuran kalah. Tidak memikirkan kalau kalah bagaimana. Umumnya itu diperhitungkan oleh panglima. Bukan oleh anak buah. Jadi kita harus hitung juga resiko kalau kita kalah bagaimana?
 Contoh yang hebat, pada waktu krisis tahun ‘98 yang lalu. Itu betul-betul dapat diuji. Siapa mengambil tindakan dengan berani mengambil resiko, dengan perhitungan. Siapa yang tidak? Umumnya mereka tanpa perhitungan. Itu sekarang tidak eksis lagi. Umumnya konglongmerat, pengusaha yang tahun ‘98 tidak mengambil perhitungan yang matang. Nah, sekarang Indonesia sedang diuji lagi. Sedang diuji lagi. Ekonomi sedang bergejolak . Ada orang sebut sekarang adalah pre-krisis.
Nah, itulah. Bagaimana itu harus diperhitungkan. Ada bahkan Entrepreneur yang hebat sedang ia perhitungkan bukan hanya mengatasi kesulitan dia sekarang. Dia akan mengambil manfaat dalam keadaan gejolak ekonomi sekarang ini. Oleh karena itu mereka sangat perhitungan dengan matang-matang sekali. Seperti misalnya begini. Kita adalah perusahaan dalam real estate. Apakah waktunya kita membangun? Apa waktunya kita menjual? Atau baru apakah waktu kita punya uang? Atau kita diam saja? Nah, inilah yang harus benar-benar diperhitungkan.
Jadi, untuk secara kesimpulan. Resiko itu Kalau kita dapat mengitung secara matang resikonya, maka kita akan berani mengambil tindakan. Jadi, pada Onliners. Hitung betul-betul. Persiapkan benar-benar. Kalau Anda punya persiapan yang benar, Anda dapat menghitung segala persiapan dilakukan dengan baik, maka Anda akan berani mengambil resiko, walaupun tidak semua resiko dapat diperhitungkan.  Terutama resiko dari luar.
Sebagai contoh, Soros, seorang yang investor yang luar biasa sekali. Dia selalu dalam keadaan apa dia menang terus. Dia sekarang punya strategi mengatasi bukan hanya krisis di satu negara, tapi seluruh dunia, dia sudah perhitungkan semua. Seperti Warren Buffet itu terkenal investor-investor yang selalu mengambil resiko. Mereka bertumbuh terus. Mereka tidak punya usaha sendiri. Mereka milik perusahaan yang lain. Jadi, perusahaan yang lain itu manajemen lain yang melakukan perhitungan. Presentasi sama dia, dia lihat, wah, ini benar. Dia investasi. Tanpa punya perusahaan dia. Tanpa perusahaan yang bersifat produksi. Dia hanya sebagai investor, dia terus berkembang. Jadi dia punya wawasan yang hebat. Jadi, entrepreneurship tersebut punya wawasan. Anda mulai mengambil resiko dengan menghitung yang cermat tentang wawasan, tentang vision. Ekonomi besok, lusa, tahun depan akan menjadi bagaimana? Bukan saja menunggu seperti seorang bebek menunggu saja untuk ditembak. Untuk diterjang oleh anjing. Yang benar-benar sudah diperhitungkan.
Nah, dalam keadaan gejolak begini justru sebagian pengusaha rugi, justru sebagian untung. Yang untung tersebut yang punya perhitungan. Jadi Onliners, hitung betul-betul dan maju. Maju. Maju. Termasuk perhitungan, kalau Anda rugi, apa yang Anda lakukan. Tapi dalam sajak tersebut, seorang Entrepreneur sepuluh kali gagal, sebelas kali dia bangkit. Tentu jangan gagal yang benar-benar fatal. Gagal kecil-kecil itu biasa. Saya juga banyak kegagalan saya lakukan. Tapi yang kecil-kecil. Yang fatal waktu krisis tahun 98 yang lalu. Tapi karena sudah ada perhitungan, semua saya dapat lalui dengan baik. Sesudah krisis, kita juga harus menghitung untuk berani mengambil resiko. Resiko tersebut termasuk sampai resiko memperhitungkan kesempatan. Kesempatan dalam keadaan kesempitan tersebut ambil kesempatan yang fair. Yang sesuai dengan etika. Sesuai dengan undang-undang. Ambil kesempatan untuk kita bangkit dan berkembang dengan pesat.
Inilah sambutan kami pada hari ini. Mudah-mudahan para Onliners terus maju. Terus berkembang dan sukses.
Salam Entrepreneur. Semoga Tuhan menyertai kita semua..
Transkrip Video Calculated Risk Taking - David Sukardi Kodrat
Salam Entrepreneur..
Saya David Sukardi Kodrat, Dekan Pancasarjana Universitas Ciputra akan membawakan topik tentang pengelolaan resiko sebagai kunci menjalankan bisnis bagi para UC Onliners.
Untuk pertama kita akan belajar kepada Pak Ciputra yang melakukan bisnis misalnya, kita bisa melihat untuk wilayah Surabaya ketika Citraland dibangun. Kita melihat bagaimana Pak Ciputra dengan naik pesawat terbang kemudian ditunjukkan oleh gubernur untuk tanah di tengah kota, ternyata Pak Ciputra menolak. Mengapa Pak Ciputra menolak? Karena dia melihat tanah di tengah kota tempatnya kecil. Tapi ketika Pak Ciputra Pergi ke daerah Lakarsantri, ketika beliau lihat tanahnya begitu luas. Tapi persoalannya ada yaitu tanahnya gersang. Ketika dia melihat persoalan tanahnya gersang, Pak Ciputra ambil keputusan, “Oke, saya akan beli tanah ini”. Kurang lebih luasnya 2.000 hektar.
Dari situ kita melihat ternyata Pak Ciputra berani mengambil resiko di mana tanah kering itu dengan visinya Pak Ciputra akhirnya dia merubah menjadi seperti sekarang ini yang kita lihat misalnya ada sekolah internasionalnya, ada sekolah nasional plusnya, kemudian ada lapangan golfnya, kemudian ada fresh marketnya, bahkan ada namanya waterpark yang cukup besar di Indonesia. Nah, dari situ kita mulai melihat apa sih resiko itu? Kalau kita melihat grafik di sebelah kiri, itu suatu kurva distribusi normal. Kalau kita lihat yang garis merah itu adalah resiko yang merugikan. Di sebelah kanan itu yang kita lihat adalah resiko menguntungkan dengan garis biru seperti itu. Jadi artinya kalau kita melihat dalam distribusi normal itu, kemingkinan yang disebut dengan resiko adalah penyimpangan-penyimpangan yang merugikan. Tapi ketika penyimpangan yang menguntungkan itu dikatakan menguntungkan. Itu makna dari resiko.
Kemudian kita akan melihat bagaimana hubungan resiko dengan return. Ternyata resiko itu punya makana yang berbeda. Misalnya, kita lihat grafik di sini. Untuk orang A. Orang A di sini kita melihat bahwa dia berharap return yang tinggi untuk resiko yang rendah. Tapi sebaliknya, orang B kalau kita perhatikan di grafik sini sebelah kiri itu dengan return tertentu, dengan resiko tertentu, orang ini masih berani. Tapi sebaliknya, untuk orang tipe C itu dia bisa melakukan usaha dengan resiko yang besar meskipun returnnya kecil. Jadi kita bisa melihat bahwa ternyata orang C itu lebih bisa mengambil resiko tapi orang A lebih takut terhadap resiko. Sedangkan orang B adalah tipe orang moderat.
Kemudian kita akan melihat lagi bagaimana sikap dalam menghadapi resiko? Ternyata ada empat sikap dalam menghadapi resiko. Yang pertama yaitu, kita bisa belajar misalnya menghindari resiko sepeti orang tipe A tadi. Jadi itu contohnya misalnya seperti karyawan. Tidak berani mengambil keputusan, tidak berani mengambil usaha akhirnya dia ikut sama orang lain. Kemudian yang kedua adalah tipe orang yang berani menghadapi resiko. Yaitu artinya dia bisa mengambil kemungkinan-kemungkinan di mana yang dia hasilkan di luar perkiraan. Kemudian yang ketiga adalah memindahkan sebagian resiko yaitu dengan membayar premi. Itu contohnya adalah para manajer. Kemudian yang ketiga adalah mengurangi resiko dengan melakukan portofolio. Itu misalnya dilakukan oleh investor-investor usaha dengan berinvestasi pada berbagai macam saham. Itu sikap dalam mengahadapi resiko.
Kemudian kita akan melihat bagaimana sih resiko dalam praktik. Resiko dalam praktik ternyata ada dua macam yaitu, satu resiko yang bisa dihindari, kedua adalah resiko yang tidak bisa dihindari. Untuk resiko-resiko yang tidak dapat dihindari misalnya kita melihat adalah bencaa alam, itu tidak dapat dihindari. Tapi resiko-resiko yang dapat dihindari misalnya adalah karena faktor manusia, karena faktor sistem, dan karena faktor proses. Misalnya  kita melihat Sempati Air. Pada waktu Sempati Air dibangun dengan Pak Hasan Sudjononya yang sangat inovatif. Dia kebetulan lulusan dari Harvard University. Dan dia lulusan yang terbaik. Ketika dia menjalankan Sempati Air, dia terapkan sistem dengan begitu baiknya. Tapi, ternyata apa, orang-orang di bawahnya tidak bisa mengikuti sistem yang sidah diterapkan. Misalnya, pada waktu itu setiap keterlambatan satu menit Sempai Air mengganti kerugian seribu. Saya pernah pada waktu itu hampir dua jam waktu saya mau ke Semarang. Akhirnya saya dihitung. 120 menit kali seribu. Jadi saya dapat uang seratus dua puluh ribu.  Padahal pada waktu itu biaya perjalanan ke Semarang hanya kurang lebih enam puluh ribu. Nah, kalau itu terlalu banyak dimanfaatkan oleh orang lain karena kesalahan manajemennya, maka resiko ini menjadi sangat besar. Itu contoh.
Baik, setelah kita melihat bagaimana resiko dalam praktik, selanjutnya kita akan melihat sudut pandang dalam melihat resiko. Ada tiga sudut pandang dalam melihat resiko. Yang pertama adalah dilihat dari siklus hidup perusahaan. Yang kedua dilihat dari bidang usahanya. Yang ketiga, kita bisa melihat resiko dari sudut pandang Bank Indonesia.
Dari sudut pandang siklus hidup perusahaan, resiko itu dibagi menjadi dua yaitu misalnya pada saat kita mau start up bisnis, yang kedua adalah pada saat scale up bisnis.
Untuk start up bisnis resiko tersebut biasanya dalam memilih jenis usaha, kemudian memilih rekanan, kemudian membuat keputusan pendanaan, dan terakhir yaitu keputusan teknis. Contoh misalnya. Pada waktu saya bekerja di Orang Tua Group, pada waktu kita mau masuk dalam bisnis kopi, pada waktu itu kita melihat bisnis kopi sangat maju. Misalnya dari kapal apinya, dia mempunyai market share begitu besar. Kemudian kita coba masuk ke kopi Samba, ternyata ketika kita mulai berbisnis ke kopi Samba kurang lebih dua tahun, ternyata apa yang terjadi? Ternyata konsumen kopi itu sama fanatiknya dengan konsumen rokok, sama dengan konsumen minuman keras. Akibatnya kopi samba itu menjadi Samba-Tan. Kenapa Samba-Tan? Karena salesmannya tidak bisa jualan kopi. Akibatnya kita tutup. Karena apa? Resiko dalam jenis usaha yang kita masuki. Kemudian yang kedua, misalnya kita bisa belajar dari Extra Joss. Bagaimana Extra Joss pada waktu awalnya itu memilih rekanan. Ketika dia memilih rekanan, yaitu dalam suatu grup adalah perusahaan farmasi. Sehingga ketika Extra Joss dimasukkan ke dalam perusahaan distribusi bidang farmasi yaitu ke apotek-apotek, Extra Joss tidak bisa berkembang dengan baik. Tetapi ketika Extra Joss memilih ditribusinya yang tepat, yaitu untuk menggarap bidang consumer good, akhirnya apa yang terjadi? Extra Joss bisa diterima secara umum. Itu yang menarik.
Kemudian dalam keputusan pendanaan. Misalnya, ketika Grup Ciputra pada waktu tahun ’97, dia mendanai proyek-proyek ini hampir sebagian dengan menggunakan dana pinjaman. Tapi setelah tahun ’97, setelah krisis, Grup Ciputra mendanai proyek-proyeknya dengan dana sendiri. Nah, dari situ kita melihat ada banyak hal yang ketika kita melaksanakan proses start up bisnis itu bisa menimbulkan resiko. Tapi kalau dikelola dengan baik maka resiko itu akan berjalan dengan baik pula.
Kemudian resiko yang kedua dari siklus hidup perusahaan yaitu pada waktu kita malakukan Scale Up bisnis. Ketika kita melakukan scale up bisnis, resikonya apa? Yang pertama adalah kelangkaan dan kenaikan bahan. Kemudian yang kedua adalah persaingan bisnis. Misalnya kita bisa belajar dari Makro. Ketika Makro ini mulai jalan, ternyata pesaingnya mulai masuk yaitu Carrefour, Giant mulai masuk. Akibatnya Makro yang bersifat eksklusif, membernya harus masuk, dan anak-anak tidak boleh masuk, itu tutup. Tapi bahkan Carrefour sama Giat sampai hari ini terus berkembang. Jadi artinya munculnya pesaing bisa membunuh pesaing yang lain. Misalnya lagi, kalau kita belajar dari Starco. Starco pada waktu itu bisnis pager yang sangat bagus. Semua orang pakainya pager, pager, pager. Tapi begitu handphone-handphone masuk, yaitu yang GSM masuk, mobilenya masuk, akibatnya Starco ditinggalkan. Bahkan sampai hari ini mati. Itu contoh bagaimana persaingan bisa menimbulkan resiko, bahkan penutupan bagi usaha. Kemudian yang berikutnya adalah perubahan selera konsumen. Misalnya pada waktu itu konsumen sangat senang dengan Nokia. Awalnya sebelum Nokia adalah Motorola. Motorola masuk, terus dia dengan handphonenya yang besar kemudian mati. Dibunuh oleh punyanya Ericson. Kemudian Ericson lama-lama tidak disukai konsumen akhirnya beralih ke Nokia. Nokia, sekarang orang mulai beralih lagi pada Blackberry. Nah dari situ kita melihat bahwa perubahan teknologi, perubahan selera konsumen akhirnya bisa menimbulkan resiko. Tapi setiap resiko yang dikelola dengan baik oleh para pemiliknya maupun para manajernya tetap akan menimbulkan pertumbuhan untuk bisnisnya.
Yang berikutnya adalah resiko menurut Bank Indonesia. Menurut Bank Indoesia, resiko bisa dibagi menjadi lima, yaitu: 1) Resiko Pasar, 2) Resiko Kredit, 3) Resiko Likuiditas, 4) Resiko Operasional, 5) Resiko Strategik.
Dari situ kita melihat misalnya resiko pasar, yaitu berdasarkan variabel pasar. Misalnya seperti saat ini di mana suku bunga akan naik dengan tingginya. Kemudian kurs dollar sampai hari ini sudah mencapai sebelas ribu. Nah, apakah kita akan melakukan investasi? Ataukah kita menunggu. Tapi sadar, setiap ada masalah pasti ada peluang. Kemudian yang kedua. Resiko Kredit. Ketika debitu-debitur kita ketika kita melakukan penjualan kredit, ternyata mereka tidak sanggup membayar. Akibatnya akan banyak kredit-kredit macet. Kemudian yang ketiga adalah resiko operasional. Yaitu di mana fungsi-fungsi proses bisnis internalnya tidak berjalan. Kemudian yang keempat adalah resiko hukum. Yaitu di mana pendirian perusahaan tersebut tidak mengikuti kaidah-kaidah hukum yang berlaku, sehingga bisa menimbulkan tuntutan hukum. Kemudian yang kelima adalah resiko strategik. Ini terdiri dari resiko reputasi dan resiko kepatuhan. Nah, kita bisa melihat ketika strategik perusahaan tidak responsif  terhadap lingkungannya, maka bisnis kita juga akan mendapat resiko yang cukup besar.
Berikutnya kita bagaimana sih caranya mengidentifikasi resiko? Untuk mengidentifikasi resiko, kita ada empat cara. Yang pertama dengan metode analisa. yang kedua dengan metode observasi dan survey. Yang ketiga adalah dengan metode risk marking. yang keempat adalah dengan metode informasi dari expert. Kita akan melihat yang pertama yaitu metode analisa. misalnya, kita akan melihat bagaimana resiko itu muncul. Misalnya dari keluhan pelanggan. Nah, dari keluhan pelanggan kalau terlalu banyak pelanggan yang mengeluh ini akan menimbulkan word of mouth. Misalnya, dalam hukum word of mouth itu ada dicerikatan bahwa setiap orang yang mengeluh satu orang itu akan diceritakan ke sebelas orang. Jadi, sampai layar kedua saja yang sudah mengeluh berarti ada kurang lebih seratus dua puluh satu orang tahu permasalahaan kita. Sehingga semakin banyak orang yang mengeluh itu buat bisnis itu semakin tidak baik. Itu kita harus menganalisa kita lihat apa yang menyebabkan pelanggan mengeluh? Entah itu kepuasan, entah itu dari kualitas produknya, atau kualitas layanan kita, atau harganya yang terlalu mahal, itu harus cepat mendapat respon dari perusahaan.
Kemudian informasi tentang produk cacat. Semakin banyak produk cacat, itu juga di mata konsumen itu menjadi sangat tidak baik. Misalnya kita bisa belajar dari perusahaan farmasi. Pada waktu itu pengalaman dari Johnson & Johnson, itu dilihat ada satu produknya  ketika orang diminumi itu, ternyata membuat anak dalam kandungan menjadi cacat. Pada waktu itu Johnson & Johnson langsung bergerak cepat. Dia bereaksi ke pasar ketika dia lihat ke pasar ternyata dia menarik seluruh produknya. Ketika dia tarik seluruh produknya, apakah ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan? Ternyata tidak menimbulkan kerugian. Kenapa tidak menimbulkan kerugian? Karena Johnson & Johnson langsung mengumumkan bahwa mungkin ada dari sedikit cutomernya itu atau orang-orang yang tidak suka itu mencampurkan sesuatu bahan sehingga membuat efek cacat pada janin yang akan dilahirkan. Nah dari situ respon positif dari perusahaan cepat terakumulasi.
Kita juga balajar misalnya dari pengalaman dari perusahaan  misalnya P&G. Protect and Gambler. Procter & Gamble pada waktu itu diisyukan bahwa dia termasuk pengikut gereja setan. Karena apa? Karena logonya memang kalo kita perhatikan mirip dengan logo-logo seperti itu. Nah, akibatnya pada waktu itu yang direspon oleh P&G pada waktu itu cukup lambat. Akibatnya apa? Setiap hari dia menerima keluhan pelanggan kurang lebih seratus ribuan pelanggan, sampai akhirnya dia mengundang banyak pihak termasuk para rohaniawan untuk menjelaskan bahwa memang P&G tidak ada hubungannya dengan gereja setan. Nah, dari proses seperti itu akhirnya karena lambat respon yang awal, dia bisa juga membuktikan sampai hari ini P&G termasuk  perusahaan besar. Johnson & Johnson juga termasuk perusahaan besar. Tapi kita bisa belajar, setiap kita melakukan analisis, setiap ada keluhan pelanggan, kita sebagai perusahaan harus secara cepat meresponnya. Kemudian kita bisa menganalisis dari track record sumber daya manusia. Nah, kalau kita punya sumber daya manusia, yang semakin bagus, yang semakin capable, kemudian punya kompetensi tinggi, itu semakin resiko kita semakin kecil. Tapi setiap kita punya track record ternyata SDMnya tidak berkompetensi, pilih yang sembarangan, proses rekrutmennya tidak baik, itu malah menimbulkan essence yang cukup besar. Itu kira-kira.
Kemudian kita akan melihat lagi dari metode observasi dan survey. Misalnya, kita bisa melihat dari proses kebiasaan. Misalnya kita lihat kebutuhan pasar. Di sini saya akan memberi contoh pada industri sepatu. Misalnya, ketika konsumen membeli sepatu, antara pria dan wanita ternyata cukup berbeda. Misalnya, kalau pria, kalau membeli sepatu itu yang penting cocok di kaki. Tapi wanita untuk membeli sepatu dia lihat yang penting cocok di hati. Sehingga dari perbedaan kebutuhan pasar, perbedaan lifestyle ini akhirnya kita tahu. O, kalau kita membuat sepatu wanita yang penting kalau dibanding dengan sepatu pria mungkin harganya tidak terlalu mahal. Jadi kalau satu sepatu pria, mungkin bisa beli  tiga sepatu wanita. Karena apa? Karena wanita senang berganti-ganti mode. Itu yang pertama.
Kemudian yang kedua, misalnya kita lihat kebutuhan, kebutuhan pasar. Ketika wanita membeli kosmetik, sebetulnya apa sih yang dibeli oleh para wanita ketika dia beli kosmetik? Ternyata wanita itu ingin supaya mereka terlihat cantik. Jadi ketika kosmetik, alat-alat kosmetik tersebut tidak mampu membuat cantik wanita, mereka akan ditinggalkan. Contoh lagi misalnya, ketika orang membeli hanphone, sebetulnya apa yang dia inginkan? Satu, kemudahan hubungan, yang kedua adalah gaya hidup. Nah dengan kita mengamati kebutuhan pasar, akhirnya kita meminimalkan resiko. Dan meminimalkan ketidakpuasan pelanggan. Sehingga dengan mengidentifikasikan resiko-resiko seperti tadi, baik itu melalui metode analisa maupun metode observasi, akhirnya bisa memperkecil resiko.
Nah, kemudian bagaimana caranya kita mengelola resiko? Nah, untuk mengelola resiko, ada empat tahap. yang sebaiknya kita perhatikan. Yang pertama adalah, kita rangking semua resiko yang mungkin terjadi. Kemudian yang kedua adalah urutkan berdasarkan dampak yang ditimbulkan. Yang ketiga adalah solusikan alternatif berdasarkan rangking tersebut. yang keempat adalah mengevaluasi. Artinya kalau salah ya bisnisnya diperbaiki. Kalau benar, dilanjutkan. Kemudian setelah kita mengelola resiko, ada beberapa tips untuk mengelola resiko. Yang pertama adalah hindari resiko yang sering terjadi. Kemudian yang kedua adalah asuransikan resiko yang sekali terjadi, namun dampaknya besar. Yang ketiga adalah lakukan pencegahan bagi resiko yang dampaknya kecil. Yang keempat adalah hadapi resiko yang dampaknya kecil, dan jarang terjadi.
Sehingga dari pembahasan resiko ini kita bisa ambil kesimpulan. Kesimpulan yang pertama dengan kita belajar resiko adalah kita bisa mengelola resiko. Artinya, kita dalam bisnis harus mengklasifikasikan resiko mana yang bisa dihindari, dan resiko mana yang tidak bisa dihindari. Kalau resiko yang tidak bisa kita hindari, ya kita harus menghadapinya. Tapi resiko yang bisa kita hindari, ya seminimal mungkin kita hindari dengan beberapa tips yang tadi sudah dijelaskan.
Saya ulangi lagi tipsnya adalah: Pertama, hindari resiko yang sering terjadi. Yang kedua asuransikan resiko yang sering terjadi, namun dampaknya besar. Yang ketiga adalah lakukan pencegahan bagi resiko yang dampaknya kecil. Yang terakhir adalah hadapi resiko yang dampaknya kecil, dan jarang terjadi.
Terimaksih kepada para UC Onliners. Mudah-mudahan yang dijelaskan hari ini bisa membawa manfaat dan bisa diaplikasikan dalam bisnis kita. Salam Entrepreneur...
Transkrip Video Calculated Risk Taking - Handling Risks & Leveraging Resources
Salam Entrepreneur UC Onliners..
Saya Nur Agustinus dari Universitas Ciputra. Saya akan membawakan materi tentang Calculated Risk Taking. Nah, banyak orang ingin membuka usaha sendiri. Tapi seringkali orang kemudian ragu-ragu untuk memulainya. Entah apa pun alasannya. Misalnya, modal belum cukup, atau mungkin pengalaman juga masih kurang. Tapi pada umumnya mengapa mereka tidak berani bertindak? Karena mereka masih memikirkan resiko-resiko yang akan dihadapinya. Orang takut menghadapi resiko karena yang kita hadapi adalah sebuah masa depan yang tidak pasti. Entrepreneur selalu menghadapi keadaan di masa depan yang tidak pasti. Oleh karena itu bagaimana kita mengatur supaya kita bisa mengkalkulasi resiko itu dengan sebaik-baiknya.
Setiap Entrepreneur tahu bagaimana dia mengkalkulasi sebuah resiko. Artinya begini. Resiko pada satu orang akan dipersepsi dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang melihat resiko itu dia sanggup hadapi, ada yang juga melihat bahwa dia tidak sanggup mengahadapinya. Ini tergantung dari pengalaman yang bersangkutan dan sejauh mana frekuensi atau akibat kepada yang bersangkutan juga.
Ada sebuah teori yang dikembangkan oleh profesor Saras D. Sarasvathy tentang teori Efektuasi, seperti kita bisa lihat dalam grafik di sebelah ini. Teori efektuasi ini punya lima prinsip. Salah satu prinsip yang paling utama adalah apa yang kita punya, karena Entrepreneur berangkat dari apa yang dia miliki, siapa dia, dan apa yang bisa dia lakukan. Tapi mengapa ada orang yang merasa bisa melakukan tapi tidak mau melakukan? Ya, karena masalah resiko ini. Nah, Profesor Saras D. Sarasvathy mengatakan bahwa Entrepreneur yang sukses itu melakukan usahanya dengan sistem Affordable Loss. Artunya, dia tahu apa yang dia lakukan atau dia keluarkan, baik itu modal, baik itu tenaga, pikiran, itu dia siap menanggung kerugiannya.
Bagaimana orang menanggung kerugian itu berbeda-beda. Bagi satu orang mungkin sepuluh juta sudah luar biasa berat, bagi orang lain mungkin sepuluh juta tidak ada masalah. Kita bisa melihat bahwa resiko itu ada beraneka ragam. Pada prinsipnya ada dua macam resiko. Yaitu resiko finansial, dan resiko non finansial. Seperti kita ketahui, resiko finansial tentunya bahwa setiap kali usaha yang kita lakukan tentu bisa berakibat kerugian daripada uang yang telah kita berikan untuk usaha kita.
Nah, bagaimana kita mengkalkulasi resiko itu? Tentunya mudah sekali kita membuat sebuah rencana bisnis. Bahwa nanti akan ada pendapatannya sekian, keuntungannya sekian. Tapi bagaimana kalau itu tidak terjadi? Sebab kita sebagai Entrepreneur tahu bahwa masa depan tidak bisa diprediksi. Kalau kita amati sebetulnya kesuksesan seorang Entrepreneur tidak lepas dari kemampuan dia untuk meningkatkan sumber daya yang dia miliki.Bagaimana dia mengajak orang lain, mengajak partnernya untuk berbisnis, karena mungkin kalau dia hanya sendiri mungkin dia mudah sekali ragu-ragu atau takut mengambil resiko. Tapi dengan adanya partner dia akan lebih berani untuk bertindak.
Demikian juga satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah masalah mentor. Seorang yang ingin berhasil, dia perlu sekali mentor. Mentor tidak harus selalu orang yang cerdas, sukses. Tapi orang yang bisa memberi dia support, dukungan, pengarahan, tahu arah mana yang harus dituju supaya dia bisa berhasil. Sebab kadangkala orang melihat sebuah resiko dengan persepsinya dia, bisa berbeda kalau dilihat oleh persepsi orang lain. Nah, cara-cara seperti ini harus dilakukan. Kita tidak mungkin sukses dengan seorang diri. Kita membutuhkan orang lain. Kita harus bisa meningkatkan apa yang kita punya supaya kita berhasil.
UC Onliners, Universitas Ciputra Entrepreneurship Center pernah memberikan pelatihan kepada saudara Suswanto bagaimana dia menjadi seorang Entrepreneur. Dan dia sudah bisa membuktikan bahwa yang semula ragu-ragu, semula dia melihat resiko itu sebagai sebuah hambatan, dia berani melakukannya, dia berani bertindak. UC Onliners, kita berkesempatan bertemu dengan saudara Suswanto untuk bisa mendapatkan inspirasi bagaimana dia mengkalkulasi resiko yang dihadapi. Sebelumnya, mari kita simak video berikut ini.

[Video Suswanto]

Salam Entrepreneur UC Onliners. Kita akan pergi ke Jogja untuk menemui saudara Suswanto. Kita akan mendapatkan inspirasi langsung dari dia bagaimana caranya memulai, mengelola, dan memperbesar usahanya. Tentunya termasuk adalah bagaimana Suswanto mengatasi resiko-resiko yang dihadapinya.
----Perbincangan Nur Agustinus (NA) dengan Suswanto (S)
NA : Apakah anda setuju bahwa Entrepreneurship bisa mengubah hidup seseorang?
S : Kalau memang mengubah hidup, dari detailnya itu memang memberi wawasan. Mungkin suatu pilihan kalau kita sebagai seorang mahasiswa atau orang hidup itu memberikan suatu pilihan bahwa Entrepreneur itu selain kita bekerja, kita juga berwirausaha.
NA : Tapi, ketika misalnya kita mau berentrepreneur itu ada resiko-resiko.
S : Betul..
NA : Bagaimana kita itu siap menghadapi resiko?
S : Nah, gini pak, sebelum kita masuk ke bisnis yang kita masuki, itu kita kan harus riset dulu. Misalnya kalau itu kan konsumennya siapa? Dan lain sebagainya. Dari situ kan kelihatan tanah itu, kalau saya di bagian perumahan ya pak, tahan itu itu potensial apa nggak? Kira-kira cepat laku atau nggak? Kalau yang cepat laku, dijual berapa? Kalau misalnya nggak cepat laku itu dijual berapa? Nah, setalah riset masuk, ada kalau di tempat kami ada beberapa sektor perumahan lho pak. Itu yang pertama itu adalah perijinan. Perijinan tanah itu misalnya bisa didirikan tanah atau nggak? Daerah hijau nggak? Kalau daerah itu itu mau uang berapa pun masuk ya bunuh diri. Kan seperti itu. Itu bisa diterima atau nggak? Nah, setelah perijinan, kita masuk tahap dua, yaitu marketnya. Marketnya bagaimana? Siapa aja marketnya? Dengan waktu dulu harganya kan sekitar empat ratus lima puluh kan tentu saja dengan seratus lima puluh berbeda orangnya. Dari yang 1 M khan juga berbeda orangnya. Kan seperti itu. Nah kita bisa membidik nggak orang-orang tersebut? Itu dari segi marketnya. Kalau lihat resiko itu detail baru bisa melangkah, baru berani melangkah. Detail dulu, apa pun resikonya kalau semakin kita tahu bisnis yang akan kita jalani, sebernanya resiko itu akan muncul. Muncul, banyak-banyak muncul. Nah, resiko muncul itu bisa diantisipasi melalui riset. Pendekatan riset yang aktual. Jangan kira-kira. Kira-kira itu yang sebenarnya resiko itu akan besar.
Jadi, kapan kita balik modal itu penting. Kita menjual berapa? Terus marketnya ada apa nggak? Perijinannya bagaimana? Terus itu kalkulasi Break Even Pointnya berapa? Kita itu punya senjatanya apa? Kalau kita sama sekali tidak punya senjata ya gimana lagi? Senjata bisa bermacam-macam. Berupa tanah, berupa uang, bisa ada yang dijaminkan.
Saran-saran saya untuk teman-teman yang ingin belajar Entrepreneurship. Yang pertama adalah kita harus punya visi. Visi dulu. Visi mbak-mbak, mas-mas, bapak/ ibu itu apa? Yang kedua kita harus berjalan lurus antara visi dengan misi kita. Nah, misalkan kita harus punya kemampuan untuk visi kita itu apa? Kalau misalnya kita down, atau apa. Kita harus lihat visi kita itu. Ita yang pertama. Yang kedua, bagi pemula sebaiknya untuk memulai berwirausaha harusnya dari yang kecil-kecil dahulu. Jangan terlalu berpikir yang besar. Yang kecil dulu, kalau bisa modalnya juga pakai sendiri, kalau bisa tanpa modal. Itu yang kedua. Yang ketiga baru setelah tahap pengembangan, setelah berkembang ada keuntungan, baru bisa untuk meminjam bank. Kenapa saya katakan demikian? Karena resiko untuk meminjam bank pada awal sebagai pemula itu sangat besar resikonya. Uang yang kita pinjam dari bank sebelum kita pakai, sebenarnya sudah ada bunganya. Kita setiap bulan juga mencicil, mencicil, mencicil. Iya kalau dipakai. Kalau nggak? Nah, resikonya besar sekali. Kalau tahap pengembangan, kita sudah punya untung dan kita bisa mengembalikan bunganya, dan pokoknya, maka pinjam bank itu diwajibkan untuk pengembangan usaha. Nah, selanjutnya yang paling penting adalah semangat. Semangat, pantang menyerah, jangan berpikir tentang kegagalan. Kegagalan adalah sebenarnya cuma bayang-bayang kita saja. Bisa atau tidaknya kita menjadi seorang Entrepreneur adalah tergantung dari diri kita sendiri. Bukan dari orang lain.
Nama saya suswanto, semoga sharing saya ini bisa menjadikan mas-mas, mbak-mbak, menjadi seorang pengusaha yang sukses. Salam Entrepreneur..
UC Onliners, kita telah mendengarkan pemaparan dari Suswanto yang telah memberikan kita inspirasi tentang bagaimana memulai sebuah bisnis. Bahwa penting sekali untuk mengetahui sebuah resiko-resiko yang akan kita hadapi sebagai seorang Entrepreneur. Resiko bukan untuk dihindari. Resiko bisa kita atasi kalau kita tahu persis apa yang akan kita lakukan.
Seperti apa yang dikatakan oleh Suswanto. Pertama, kita harus melakukan riset pasar. Bagaimana peluang pasar itu bisa diterima oleh pasar. Nah, kita harus tahu juga bagaimana kita memanfaatkan dan menjalin hubungan dengan network. Artinya kita harus siap bekerja sama dengan orang lain. Seorang Entrepreneur tidak mungkin sukses seorang diri. Dia juga perlu mentor. Seseorang yang bisa membawanya ke arah yang benar, untuk mencapai tujuannya. Visi juga adalah hal yang penting. Visi yang membuat  seseorang itu mempunyai tekad dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuannya. Sehingga kalaupun dia mengalami kegagalan, dia tidak akan menyerah. Dia akan berusaha untuk bangkit lagi.
Nah, kita juga dapat pelajaran dari Suswanto bahwa seseorang itu harus mempunyai keyakinan yang sungguh-sungguh. Harus mau siap untuk bekerja keras. Tidak ada kesuksesan yang datang dengan tiba-tiba.
Semoga pembelajaran mengenai bagaimana mengatasi resiko ini bermanfaat. Saya Nur Agustinus.
Salam Entrepreneur..

ECW 2013 " Creativity and Innovation "

Transkrip Video: Creativity & Innovation – Pak Ciputra
Salam Entrepreneur UCEO..
Sekarang topik berikut tentang kreativitas. Ini mengambil contoh saja. Tersebut saya terangkan ambil kreativitas, inovasi, dan entrepreneurship. Kreativitas adalah sesuatu penemuan yang baru untuk menggembirakan hati kita dari segi jiwa kita, hati kita. Suatu yang baru kita ciptakan. Nah, itu namanya lingkaran kecil.
Kemudian ada lingkaran yang lebih besar yaitu inovasi. Inovasi berarti sesuatu cara yang kita ciptakan yang menguntungkan kita dari segi material. Misalnya, inovasi dalam bidang usaha yang akan menguntungkan kita. Usaha kita akan berkembang. Pelanggan datang, profit lebih banyak. Dan sesuatu cara yang diketemukan, suatu usaha yang kita lakukan yang akan lebih menguntungkan secara nyata.
Nah, kemudian Entrepreneurship. Entrepreneurship itu merupakan lingkaran yang lebih besar lagi. Itu menjadi pokok. Inovasi menjadi cabang, kreativitas adalah ranting.
Nah, sekarang inovasi itu sudah menguntungkan kita. Tapi belum menjadi industri, belum menjadi usaha. Kalau menjadi usaha ialah merupakan industri. Kita dapat komersialkan, kita bisa menciptakan lapangan kerja, kita bisa membayar pajak, menguntungkan usaha kita. Itulah Entrepreneurship.
Sebagai contoh. Ini baru kreativitas. Saya punya gambar dari Hendra Gunawan yang sangat saya suka sekali. Saya mencintai, inilah yang namanya penjual durian. Seorang yang menjual durian, ada seorang pembeli. Ini pembeli dari luar negeri. Lantas saya ingin berkreasi. Saya langsung membuat patung. Saya memakai artisan, membantu saya, tukang-tukang membuat ini. Tapi dari segi artistik tetap dalam tangan saya. Lantas kemudian terjadilah, dari ini ditransfer menjadi yang sana. Sesudah kita jadikan patung, seperti standar dulu. Tadi kreatif dari gambar menjadi patung. Kemudian patung itu seperti standar warnanya hitam. Tapi kreativitas itu tidak berhenti di situ saja. Lantas patung tersebut saya cat. Memanggil artisan lagi. Untuk mengecat supaya bentuknya sama dengan gambarnya. Nah, itu terjadi. Wah, saya sudah senang. Saya ada dua macam patung.
Tapi kreativitas itu supaya jangan berhenti. Jalan terus. Saya melihat sudah patung satu berwarna hitam, satu berwarna-warni seperti aslinya. Tapi malam hari gelap. Saya harus pakai neon saya, tapi tetap masih kurang puas. Ya, tingkat berkreativitas kami membuat pada waktu kami membangun Ciputra World, kami lihat pengunjung mall itu perlu datang di malam hari juga. Bukan siang hari. Jadi kita membikin patung tersebut dari fiber glass yang bisa dipasang lampu dan bercahaya. Sehingga siang malam kelihatan dengan indah sekali. Nah, itu anda bisa lihat betapa indahnya pada malam hari.
Jadi, kreativitas itu tidak berhenti. Nah, ini akan menguntungkan. Menguntungkan mall kita. Jadi itu akan meningkat pada inovasi. Saya sudah mempunyai keuntungan material. Tapi kalau ada seniman yang kami sudah ajar, supaya menjadi industri patung-patung itu yang bercahaya. Supaya dialah menjadi, bukannya seniman saja, membuat patung, tapi betul-betul menjadi industri seperti beberapa negara membuat patung dan ekspor ke luar negeri. Kita juga begitu. Kita harap seniman kita bukannya berhenti pada kreativitas, bukan berhenti pada inovasi, dan mereka bisa menjadi entrepreneur dalam bidang seni mereka. Itu yang disebut Atrpreneur. Makanya kami sudah membikin Artpreneur Center untuk menularkan Entrepreneur spirit ke seluruh seniman bahwa mereka bisa hidup dan makmur, menciptakan lapangan kerja, dalam kemampuan seni mereka. Mudah-mudahan anda juga berhasil.
Contoh lain tentang kreativitas dalam entrepreneur online ini. Saya punya rumah di belakang saya. Saya ingin atapnya dirambat oleh tanaman supaya lebih sejuk. Tapi saya ingin disamping tanaman merambat, supaya indah. Indah, sudah dipikir-pikir bagaimana indah? Alangkah baik kalau tanaman itu ada kembang-kembang. Nah, sudah kami putuskan itu, dalam pelaksanaan, bagaimana mencari kembangnya yang terbaik? Supaya bisa dipelihara di situ dan rumah saya dirambat tanaman dengan kembang yang terindah.
Untuk itu kami membikin percobaan, sembilan buah tanaman merambat. Kami tanam sembilan buah tanaman merambat. Ternyata satu tanaman yang paling indah ialah yaitu Tumbergia. Tanaman ini merupakan tanaman yang luar biasa. Anda bisa bayangkan. Kita tanam di bawah, naik ke atas, baru dia merambat ke bawah. Keluarkan kembang. Yang paling hebat, kembang itu malam hari gugur semua. Yang putih anda lihat itu gugur semua. Kaya’ kembang Anggrek tersebut. Pagi-pagi jam enam sudah timbul seratus persen lagi. Jadi, setiap hari saya mendapat kembang yang gratis, yang indah dan sedikit wangi. Nah, namanya Tumbergia.
Nah, itu kreativitas. Kita selalu terus berinovasi. Bukan puas melihat tetangga apa yang terbaik? Kita ingin mencari yang terbaik. Kita bikin percobaan dengan sembilan jenis tanaman. Kami minta daripada ahli-ahli kembang, kami datang pada tukang kembang, kami beli, yang jelek kami tebang karena itu sisanya. Kita sedang membuat teater di Ciputra World 1. Tingginya doomnya itu panjangnya 40 meter, lebarnya 20 meter, tingginya 15 meter. Kami akan tanam dengan tanaman ini semua. Akan pelihara. Itu merupakan eksperimen. Ingat, kreativitas merupakan proses eksperimen. Nah, ini yang kami lakukan.
Salam Entrepreneur. Sampai ketemu lagi. Tuhan memberkati..
 
Transkrip Video: Creativity & Innovation - Antonius Tanan
 
Salam Entrepreneur UC Onliners..
Kita semua sekarang tiba pada minggu yang ketiga membahas larik dari puisinya Pak Ci yang berbunyi ada yang mengerti namun tidak berkesan. Jadi pertanyaannya, bagaimana caranya supaya ada kesan yang mendalam? Bukan sekedar mengerti, meninggalkan kesan. Nah, kami berpendapat untuk bisa mendapat kesan yang mendalam harus ada kreativitas dan inovasi. Apa yang kita pahami, bila ditambah dengan kreativitas dan inovasi akan menciptakan kesan yang lebih mendalam.
Sekarang, siapa orang kreatif itu? Kami berpendapat, orang yang kreatif memiliki empat ciri. Ciri yang pertama, banyak gagasannya atau banyak idenya. Ciri yang kedua beda gagasannya. Yang ketiga, baru gagasannya atau orisinil. Dan yang keempat berguna gagasannya. Sedangkan inovasi adalah kreativitas yang diterima oleh pasar. Rekan saya, Dharma Kusuma menjelaskan kepada Anda semua dengan lebih panjang tentang ini.
Nah, berkaitan dengan kreativitas dan inovasi saya ingin berbagi pada UC Onliners apa hubungannya kreativitas dan inovasi dengan Entrepreneurship. Saya ingin berbagi pada UC Onliners, sebuah konsep yang digambarkan oleh Pak Ciputra sendiri dalam sebuah gambar. Ya, sebuah gambar. Mari kita lihat gambarnya.
Jadi, rupanya Pak Ciputra berusaha menjelaskan apa itu Entrepreneurship bukan saja lewat sebuah puisi tetapi juga lewat sebuah gambar. Coba kita perhatikan gambar ini. Gambar ini ada sebuah lingkaran yang besar, kemudian lingkaran-lingkaran sedang, dan kemudian di dalam lingkaran-lingkaran sedang itu ada lingkaran-lingkaran kecil. Lingkaran-lingkaran kecil itu adalah Kreativitas. Kreativitas-kreativitas membentuk lingkaran sedang yaitu inovasi. Dan ragam inovasi ini secara bersama-sama membentuk Entrepreneurship.
Jadi, UC Onliners, akar dari Entrepreneurship yang dimaksud Pak Ciputra adalah kreativitas, namun kreativitas harus dikembangkan jadi inovasi. Dan inovasi jangan hanya Anda akan satu inovasi. Buat berbagai ragam inovasi. Inovasikan produk Anda, inovasikan produksinya, inovasikan pemasarannya, keuangan, sumber daya manusia, distribusi, kemitraan strategis bahkan CSRnya. Kumpulan dari ragam inovasi itu, itu membentuk sebuah Entrepreneurship.
Nah, jadi pak Ciputra berkata kepada saya seperti ini. Ketika kalian mengembangkan kreativitas menjadi inovasi. Artinya apa? Pasar menerima itu. Ketika ragam inovasi dilakukan maka lahirnya Entrepreneurship atau lahirnya sebuah usaha bisnis yang inovatif. Bukan sekedar sebuah usaha bisnis yang replikatif atau mengkopi yang lain. Tapi memiliki keunikan dan memiliki dampak yang kuat terhadap pasar.
UC Onliners, untuk mengingat konsep ini saya ingin memperkenalkan Anda sebuah lagu. Ya, nanti teman-teman saya akan menyanyikan lagu ini. Saya pertama kali mendengar lagu ini dari Pak Tony Antonio. Rektor daripada Universitas Ciputra. Dia secara kreatif memperkenalkan gambar ini melalui lagu. Ya, lagunya ada lingkaran kecil, lingkaran sedang, dan lingkaran besar. Namun di balik itu semua ingin mengajak kita semua untuk bisa mengingat konsep yang begitu penting yang menurut saya salah satu berliannya Pak Ciputra. Mari UC Onliners kita dengarkan lagunya bersama-sama. Dan mari kita juga belajar dan ajarkan keluarga Anda, anak-anak Anda, adik-adik Anda akan belajar tentang kreativitas, inovasi dan entrepreneurship melalui suatu lagu. Mari kita dengarkan. Salam Entrepreneur..
 
Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran Sedang...
Lingkaran Sedang, Lingkaran Sedang, Lingkaran besar...
Kreativitas, Kreativitas, Berinovasi...
Inovasi, Inovasi, Entrepreneurship...



Transkrip Video: Creativity & Innovation - Dharma Kusuma
Salam UC Onliners..
Salam jumpa. Nama saya Dharma Kusuma. Kali ini saya akan membawakan hubungan antara Kreativitas, Inovasi, dan Entrepreneurship. Seperti kita ketahui bersama, definisi Entrepreneurship menurut Ciputra Way adalah mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Kotoran dan rongsokan mau berubah menjadi emas membutuhkan suatu usaha yang tidak sedikit. Suatu usaha yang kreatif dan dramatis. Oleh karena itu dari definisi ini kita bisa lihat kuncinya adalah kreativitas dan inovasi.
Oke, sekarang kita akan lihat bagaimana hubungannya. Apakah itu kreativitas? Kreativitas itu sendiri adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang baru dalam bidang apa pun juga. Nah, bagaimana dengan hubungannya? Kita lihat berikut ini. Bahwa inovasi menurut definisi Ciputra Way adalah kreativitas yang diterima pasar. Inovasi sama dengan kreativitas plus penerimaan pasar. Kita lihat di sini. Apakah ada bisnis atau benda-benda atau hal-hal yg kreatif tapi tidak diterima pasar? Tentu saja banyak. Kita bisa lihat contohnya di sini. Ada beberapa contoh ide kreatif, tapi apakah Anda mau membelinya? Apakah Anda mau menggunakannya? Secara gampang kita lihat, apakah ada yang menjualnya di pasar? Kalau tidak ada, artinya tidak ada penerimaan pasar.
Oke, sebaliknya kita akan lihat, bagaimana dengan bisnis yang diterima pasar? Yang dicari oleh pasar. Yang dibutuhkan setiap orang. Semua orang membutuhkannya. Misalnya, seperti bisnis sembako. Sembilan bahan pokok, air galonan, menjual pulsa, itu semua orang membutuhkannya. Orang cari setiap hari. Tetapi, kalau tidak ada kreativitasnya, kita tidak bisa bilang itu inovasi. Apakah salah kita menjual hal-hal seperti itu? Berbisnis hal-hal seperti itu tentu tidak ada salahnya. Yang menjadi masalah adalah, ketika tidak ada kreativitas, di mana artinya bukan inovasi. Bisnis akan menjadi sangat ringkih. Sangat rentan terhadap kompetisi. Begitu tidak ada kreativitasnya, Anda masuk ke dalam dunia yang sangat kompetitif. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi.
Baik, selanjutnya kita akan lihat. Dua gambar ini. Gambar yang A sebelah kiri. Dan gambar B yang sebelah kanan. Kalau kita perhatikan, tidak ada perbedaannya dalam hal isinya. Kontennya sama. Ada sate di dua-duanya, ada nasi di keduanya, ada ayam di keduanya, ada sayur di keduanya. Tapi kalau Anda mau lihat, Anda mau memilih, Anda lebih suka yang mana? Yang mana yang harganya lebih tinggi? Tentu banyak orang memilih yang B. Harganya lebih tinggi, bentuknya lebih menarik hati. Coba kita lihat. Kreativitas mampu mengubah, mampu me- leverage, mampu memultiplikasikan nilai, dari yang kiri menjadi yang kanan, dari A menjadi B. Sesederhana itu.
Baik, contoh satu lagi adalah seperti ini. Kalau kita lihat di sini ada 25 bentuk sepatu-sepatu yang modern, kreatif, karya-karya desainer terkenal. Nah, kalau saya mau kasih tugas kepada Anda, coba Anda pilih, Anda perhatikan baik-baik. Dari 25 gambar model sepatu ini, atau alas kaki ini, yang mana yang menurut Anda kreatif? Nomor 1, 2, 3 sampai 25 Anda pilih satu. Sudah Anda tentukan jawaban Anda? Baik, tentu jawaban Anda beragam. Tentu Anda bebas mengespkresikan pilihan Anda yang mana. Tapi pertanyaan kedua tolong dijawab. Jika model sepatu ini adalah karya desainer, dan harganya sangat mahal, dan Anda harus membelinya untuk Anda pakai sehari-hari, atau Anda berikan kepada orang yang Anda cintai. Pertanyaannya adalah, yang mana yang sekarang Anda pilih untuk Anda beli? Nah, tentukan. Sudah tentukan? Kita lihat sekarang perbedaannya. Pada pertanyaan yang pertama, jawaban Anda bisa sedemikian bebasnya Anda mengekspresikan, betapa Anda mengapresiasi karya-karya kreatif. Tetapi, begitu Anda harus menjawab pertanyaan yang kedua. Orang cenderung menjadi menyempit. Anda cenderung menjadi konservatif. Anda nggak berani lagi menggunakan sepatu-sepatu yang sangat kreatif dan modelnya luar biasa. Oke, kita lihat di situ. Nah, begitulah produk-produk kreatif. Yang menurut kita kreatif, produk-produk kreatif belum tentu diterima dengan baik oleh pasar. Kita buktikan barusan.
Untuk mengumpulkan ide-ide kreatif, kita bisa menggunakan cara yang sederhana ini. Misalnya, gunakanlah kata “dan”. Coba kita bermain. “Iya, dan”, “Iya, dan”, “Iya, dan”. Saya orang pertama, Anda menjadi orang yang berikutnya. Kalau saya bilang, hari minggu besok saya akan main sepeda. Anda akan menjawab “iya, dan”? Anda mungkin bisa menjawab. “iya, dan saya akan bersenang-senang”. Temannya yang lain akan menjawab “iya, dan saya akan mengajak teman”. Teman yang lain bisa menjawab “iya, dan kita akan berfoto-foto”. Nah, dengan menggunakan kata “iya-dan”, kita meng-generate banyak sekali, menghasilkan banyak sekali ide-ide. Sebaliknya, kalau kita gunakan kata “tapi”, contoh, “Saya berencana minggu besok kita akan berlibur ke Bali”. “Tapi”. Silakan Anda menjawab. “Tapi”. Ya teman yang lain mungkin, “Ya, tapi saya nggak punya uang. Ya, tapi di sana sedang ada hujan. Ya, tapi di sana pesawatnya mahal. Ya, tapi saya nggak punya waktu libur. Kalau kita gunakan “tapi”, yang kita dapatkan bukan ide-ide yang banyak. Tapi memotong, memangkas ide-ide, sehingga ide-ide itu semakin sedikit. Pertanyaannya, yang mana yang lebih baik? Kata “dan”, atau kata “tapi”?
UC Onliners, kata “dan” dan kata “tapi” bisa sama-sama kita gunakan. Hanya fungsinya memang berbeda. Kata “dan” biasa kita gunakan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya ide. Sedangkan kata “tapi” kita gunakan untuk Critical Thinking. Untuk mengevaluasi apakah ide-ide itu bermanfaat, berguna, mudah dilaksanakan, atau berdampak bagi customer kita.
Baik, selanjutnya alat yang satu lagi yang saya ingin kenalkan kepada UC Onliners semua adalah penggunakan kata “TA’KU TIRU KO”. Mari sama-sama kita baca sama-sama di sini. “TA’KU TIRU KO” berarti  Tambah, Kurang, Tiru, Ubah & Kombinasikan.  Baik, kita ambil contoh sebuah payung yang sederhana ini. Kalau kita mau memancing kreativitas menggunakan alat “TA’KU TIRU KO”, apa yang kita mau tambahkan pada payung yang sederhana ini. Teman mungkin akan mengatakan, “Kamu tambah ukurannya, saya mau tambah besarnya, saya mau tambah harganya”. Kalau kita mau kurangi, apa yang kita kurangi? “Saya mau kurangi beratnya, saya mau kurangi lingkarannya, saya mau hilangkan warnanya. Atau kita mau ubah? Apa yang saya mau ubah? “Saya mau ubah bentuknya menjadi segi tiga, mengubah fungsinya bahkan”. Atau kalau kita mau tiru, “O, saya mau meniru telinga dari Mickey Mouse untuk diletakkan di atasnya”. Sekarang kalau kita mau kombinasikan, berbagai tambah, kurang, tiru dan ubah ini kita jadikan satu, kita kombinasikan. “O, saya akan membuat sebuah payung yang bisa menjadi alat untuk bertahan hidup di hutan, di laut, atau bahkan di kota besar. Saya mau tambahkan berbagai perlengkapan elektronik di dalamnya. Saya mau hilangkan beberapa hal di dalamnya sehingga mampu menjadi alat bantu hidup di tempat-tempat yang sulit”.
Sahabat UC Onliners, demikian penjelasan dari saya, mengenai kreativitas. Di sebelah sini Anda bisa lihat untuk terakhir kalinya ada satu slide. Satu tabel bagaimana menggunakan “Tambah, Kurang, Tiru, Ubah, dan Kombinasikan” untuk hal-hal sehari-hari. Anda lihat di atasnya ada Tambah, Kurang, Tiru, Rubah, dan Kombinasi”. Dari atas ke bawah Anda bisa lihat di situ ada promosi, kemasan, service, dan keuangan. Itu hanya sebagai contoh saja. Anda bisa isi apa yang ada mau tambah dari bagian promosi? Apa yang mau Anda tiru dari bagian kemasan? Atau ada yang Anda mau kurangi dari bagian keuangan? Demikian selanjutnya.
Baik, sampai di sini penjelasan saya.
Saya Dharma Kusuma.
Salam untuk sahabat semua UC Onliners..
 

ECW 2013 " Opportunity and Identifications "

Transkrip Video: Opportunity Identification - Pak Ciputra
Saya gembira ketemu dengan Anda pula pada hari ini. Topik saya ini yang kami bicarakan di UCEO hari ini ialah apa itu peluang? Kenapa kemampuan mencari peluang itu sangat penting? Dari mendeteksi sampai menemukan. Oke, dari mencari cara-cara, metode-metode yang terbaik, usaha yang terbaik, supaya cita-cita kita, apa keinginan kita itu terwujud. Peluang apa yang harus kita ciptakan supaya cita-cita ini tercapai?
Misalnya seorang pengusaha, dia inigin supaya pelanggan datang. Nah, bagaimana supaya pelanggan itu datang? Sekarang Indonesia mengahadapi suatu persoalan dalam bidang ekonomi. Sebagian pengusaha itu diam, sebagian pengusaha itu mengeluh, sebagian pengusaha justru sedang mencari peluang. Bagaimana mencari keuntungan dalam persoalan ekonomi sekarang ini? Seperti George Soros. Dia sudah tahu apa yang dilakukan. Sebelum krisis terjadi, dia sudah tahu. Nah, itulah menciptakan peluang. Dia tidak menciptakan krisis, dan dia seorang investor yang ulung. George Soros. Tapi dia sudah mempertimbangkan kapan peluang itu akan tiba. Negara mana yang akan krisis. Dia sudah tahu.
Kita lihat stok market sekarang. Pada krisis, orang yang mampu menciptakan peluang sudah tahu sebelum krisis tersebut. Sesudah krisis dia sudah tahu. Bahkan sebelum krisis dia sudah bangkit. Itulah namanya betapa hebatnya kita menciptakan peluang. Melihat semua kesempatan-kesempatan yang ada. Dan memuntir persoalan yang ada menjadi keberhasilan. Nah, itulah. Nah, seperti kami ini dalam keadaan sekarang ini soal kecil. Dengan Ciputra Online sekarang ini, Entrepreneur Online itu peluang buat kita sebagai contoh memberi contoh negara kita belum Entrepreneur. Gejolak sedikit kita sudah kenal. Nah, kalau misalnya para kita ini masih dalam keadaan pertumbuhan. Ekonomi kita itu masih merangkak maju.
Nah sekarang kita ulang. Ayo mencontoh yang baik. Kita harus jadi Entrepreneur. Entrepreneur yang hebat, dia menciptakan peluang. Dia tidak akan kena krisis. Tapi, berikutnya ialah menciptakan peluang dibandingkan dengan mencari peluang. Peluang itu melihat kesempatan-kesempatan yang ada. Nah, ada peluang? Ada untuk kita masuk? Ada jalan apa yang kita bisa tempuh untuk mencapai kesempatan tersebut? Tapi, menciptakan peluang itu lain. Misalnya, Anda ingin pergi ke suatu daerah. Anda mencari jalan, bagaimana yang terbaik untuk pergi ke daerah tersebut? Itu mencari peluang. Tetapi menciptakan peluang, Anda akan membuat jembatan. Jalan baru menuju tempat tersebut. Seperti misalnya, Pondok Indah. Pondok Indah waktu kami bangun kira-kira 35 tahun yang lalu, itu dekat Kebayoran Baru. Untuk mencapai Pondok Indah harus berkeliling. Memakan waktu dari Kebayoran Baru sampai sini setengah jam. Saya meninjau daerah ini. Wah, ini hebat sekali daerah ini. Bagaimana caranya? Saya membuat suatu jalan Marga Guna. Hanya beberapa ratus meter, sehingga dari Kebayoran Baru ke Pondok Indah bukan setengah jam, cukup lima menit. Nah, itu saya menciptakan peluang. Bukan mencari peluang.
Seperti saya. Waktu dulu saya diajarkan di sekolah. Di ITB. Jurusan Arsitektur. Bagaimana kita mencari peluang. Hubungi orang yang punya project. Minta project dari dia untuk kita desain. Seorang arsitek kan kita mendesain. Saya bilang saya tidak mau. Saya menciptakan project. Kalau saya menciptakan project, otomastis saya mendapatkan pekerjaan desain. Jadi, Anda lihat. Ada satu daerah yang saya intip sekarang. Merupakan sebuah pulau. Saya belem berani sebut. Orang keberatan pergi ke pulau tersebut karena harus menyeberang laut. Saya sedang memikirkan untuk bikin jembatan. Saya hitung, kalau saya membuat jembatan, biayanya 200 Miliyar. Tapi project tersebut bisa meningkatkan 2 triliun. Tapi kalau saya hanya memakai kapal, atau naik perahu, apalagi naik perahu. Itu kan orang tidak akan berminat investasi di pulau tersebut. Kita buat jembatan. Nah, itu menciptakan peluang. Sesuatu yang baru. Inilah yang beda. Mencari peluang dan menciptakan peluang.
Salam Entrepreneur UC Onliners. Yang pertama, melihat, tapi tidak berpikir. Berarti tidak pakai otak. Sekarang memakai otak, tetapi tidak mengerti. Suatu contoh, pertama waktu saya sekolah, saya tinggalkan kampung saya. Di desa Bumbulan, Gorontalo tersebut dengan cita-cita untuk jadi arsitek. Itu cita-cita saya membara. Menjadi arsitek. Saya ingin bangun gedung. Sebagai anak desa, atau anak singkong lah. Atau anak kaki ayam. Soalnya saya berkebun singkong, dan saya tidak memakai sepatu. Saya sampai di Gorontalo, masih tidak memakai sepatu. Nah, waktu saya sedang sekolah, saya sudah mempunyai usaha. Saya bikin Furniture, saya suruh buat, saya jual. Kemudian saya bekerja di biro arsitek. Praktik. Kemudian saya mendirikan biro arsitek. Nah, itulah. Baru saya mikir dan mengerti. Bahwa pekerjaan seorang arsitek itu harus berkeliling untuk minta project. Saya dateng sama, misalnya saudara Antonius. Ingin membangun project. Saudara Dharma, ingin membangun project. “Pak, saya sebagai arsitek, punya biro arsitek, tolong serahkan saya pekerjaan. Saya baru desain”. Nah, sekarang saya memakai otak. Bagaimana saya mengatasi itu? Saya bilang, tidak. Saya harus Opportunity Creation. Atau menciptakan kesempatan. Bukan mencari peluang.
Ciptakan kesempatan. Kesempatan apa? Yaitu kalau kita mempunyai project, maka kesempatan saya untuk membangun project macam apa? Kesempatan saya untuk melaksanakan project menjadi apa? Kesempatan buat saya membangun kantor, membangun hotel, membangun supermarket, kantor, itu terserah saya. Jadi, kemandirian. Menciptakan itu dalam tangan saya sebagai developer. Sebelum saya tamat, saya bilang “tidak”, saya tidak mau jadi arsitek, saya akan jadi developer. Saya akan menciptakan project saya sendiri. Opportunity Creation. Nah itu yang dalam sajak kedua. Ya, berpikir. Walaupun berpikir, tapi tidak mengerti. Dan dulu saya sudah berpikir, tapi tidak mengerti. Bahwa seorang arsitek itu harus mencari pekerjaan ke kiri kanan. Saya, jiwa saya tidak. Saya ingin kemandirian. Saya ingin kebebasan. Saya ingin aktif.
Nah, yang penting juga manusia itu harus ada api dalam dirinya. Api macam apa? Warna merah, warna biru, warna apa? Kalau memang ada seseorang yang hobinya yang memang dia hanya ingin desain. Dia tidak perlu pikir yang lain. Dia tidak perlu pikir tentang keuangan. Tapi saya seorang yang holistik. Saya orang yang ingin memikirkan dari A sampai Z. Semua dalam tangan saya. Bukan misalnya dalam proses pembangunan hanya ada sebagian saja. Jadi, ada api. Ada warna api yang jenisnya untuk memasuki segala bidang dari A sampai Z. Jadi saya mengerti, baru saya mengerti seorang arsitek tida seperti yang saya cita-citakan. Padahal saya membuang waktu begitu banyak untuk sekolah arsitek. Tapi tidak mengapa, maka Anda bisa saja sepuluh kali gagal, sebelas kali saya bangkit. Saya sudah sekolah 5 tahun arsitek. Sudah tamat tidak sebagai arsitek. Saya sebagai developer, saya juga sebagai kontraktor, saya sebagai desainer, saya masih tetap biro, tapi dijalankan orang lain, saya sebagai industriawan, saya sebagai finance company. Tapi, semua dalam rangka menciptakan peluang. Opportunity Creation. Sebab dasar mindset Entrepreneur itu ada. Kalau Anda mempunyai dasar Entrepreneur, maka Anda bisa di mana pun Anda berada Anda selalu akan mencipta. Makanya buat kami, buat saya sendiri yang ingin menjadi Entrepreneur itu seharusnya saya sedang mengkaji belajar saya sendiri untuk menjadi Entrepreneur. Tiap apa yang saya pindahkan dalam rangka menyebarkan sesuatu ini berarti saya harus melatih diri saya sendiri. Nah, itu berarti saya menciptakan peluang untuk diri saya sendiri. Untuk meningkatkan diri.
Sementara hari ini begitu dulu. Terimakasih atas perhatian anda.
Salam Entrepreneur pada UC Onliners. Sampai bertemu lagi. Sukses. Tuhan Memberkkati..

Transkrip Video: Opportunity Creation – Antonius Tanan

Salam Entrepreneur...
Mari kita bersama sekarang belajar lebih jauh tentang peluang. Banyak orang menyamakan antara Ide Bisnis dengan Peluang Bisnis. Menurut kami, sebenarnya berbeda. Kalau sekedar ide bisnis, pergilah ke Mall. Kita akan menemukan begitu banyak ide bisnis. Kalau di Mall itu ada 200 toko, ada 200 ide bisnis. Kalau kita pergi ke toko itu, ada 10.000 produk, kita bisa menemukan 10.000 ide bisnis. Tapi apakah ide bisnis itu menjadi peluang bisnis kita? Belum tentu. Tidak selalu.
Jadi, apa itu peluang bisnis? Lebih spesifik lagi, apa peluang bisnis untuk kita? Peluang bisnis untuk kita apabila kita bisa menciptakan sebuah solusi dari masalah yang dihadapi oleh pelanggan dan kemudian ketika solusi itu bisa kita kembangkan pelanggan menerimanya dan sanggup membayarnya. Jadi, ada masalahnya, ada solusinya dan ada kesanggupan untuk membayar dari pelanggan itu. Itu baru peluang bisnis.
Nah, sudah punya peluang bisnis pun belum tentu berhasil. Kenapa? Karena peluang bisnis harus kita bungkus dengan bisnis model yang tepat, dengan bisnis strategi yang tepat dan juga dengan bussines plan yang tepat. Barangkali sudah ada bussines plannya. Barangkali sudah ada bisnis modelnya, juga bisnis strateginya. Namun, dalam pelaksanaanya, bila tidak ada eksekusi yang baik, bila tidak ada kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang muncul barang kali tanpa bisa diantisipasi sebelumnya. Maka bisnis juga belum tentu bisa diwujudkan.
Nah, oleh karena itu belajar Entrepreneurship adalah belajar sesuatu yang lebih kompleks. Bukan hanya sesuatu yang ada di pikiran kita, sesuatu yang kita bisa hafal secara pengetahuan. Tetapi harus kita pahami, harus bisa kita kreatifkan, inovasikan, dan kemudian setelah itu punya kemampuan melakukannya. Di dalam pelaksanaan Entrepreneurship, sangat penting kemampuan untuk mengarahkan tim, kemampuan untuk memotivasi tim, atau kalau saya sederhanakan kemampuan dalam kepemimpinan selain tentunya kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi dan berjejaring juga sangat penting.
Kalau kita melihat apa yang literatur, katakan tentang peluang itu sendiri, saya ingin mengutip apa yang dikatakan oleh Profesor Kuratko. Profersor Kuratko adalah seorang Profesor dari Amerika Serikat dalam bidang Entrepreneurship. Dia mengatakan seperti ini, “An Opportunity is something that an Entrepreneur recognize as solving the real problem or adding value”. Ya, jadi ada masalah yang harus bisa diselesaikan. Harus ada solusi yang kreatif. Bukan sekedar ikut orang lain untuk mengambil suatu Opportunity harus bisa didefinisikan dengan jelas.
Nah, kalau kita bisa simpulkan, jadi apa bedanya antara ide bisnis dengan peluang bisnis? Menurut hemat kami, ide bisnis bisa disebut peluang bisnis apabila bisa menjawab tujuh pertanyaan ini.
Pertanyaan yang pertama, apakah ini menyelesaikan masalah bagi pelanggan? Pelanggan punya masalah apa? Apakah yang saya sedang rencanakan ini menyelesaikan suatu masalah? Apakah masalah ini penting bagi pelanggan? Kalau penting bagi pelanggan, berarti keinginiannya dia untuk mendapatkan produknya akan lebih tinggi. Pertanyaan pertama ini tadi, apakah ini menyelesaikan masalah?
Yang kedua, apakah pelangan mau berkorban untuk mendapatkan produk ini? Betul, pelanggan memiliki masalah. Tetapi kalau pelanggannya tidak mau berkorban, atau tidak mau mengeluarkan uangnya untuk membeli solusi itu, itu bukan peluang namanya. Baiklah kita bertanya sebelum kita memulai usaha bisnis kita. Apakah pelanggan mau berkorban mengeluarkan uangnya dan mengambil, membeli solusi bisnis yang saya tawarkan?
Yang ketiga, apakah ada nilai tambah lain sehingga pelanggan tidak sanggup bilang tidak? Nah, ini penting. Pak Ciputra mengajarkan penting sekali berinovasi dalam berbagai aspek bisnis. Lakukan inovasi dalam berbagai fungsi bisnis sedemikian rupa sehingga pelanggan tidak sanggup bilang tidak. Kalau pelanggan masih bilang tidak, itu artinya inovasi belum selesai.
Pertanyaan keempat, apakah saya sanggup menciptakan jarak dengan pesaing? Ini adalah antisipasi dalam persaingan. Ketika kita membuka usaha kita dengan membesarkan usaha, jangan lupa banyak orang yang melihat, dan barangkali akan mengkopi. Sudahkah kita menyiapkan diri dengan berbagai inovasi yang lain sehingga persaingan tiba, kita sudah siap. Atau kita membuat produk kita sedemikian rupa, usaha kita sedemikian rupa, menciptakan jarak yang jauh dengan pesaing yang baru masuk. Kalau jaraknya jauh, anda bisa berlari lebih dulu dan lebih cepat.
Kelima, apakah akan memberikan manfaat untuk masyarakat? Jangan lupa, peluang bisnis bukan hanya sekedar bermanfaat untuk si Entrepreneur, untuk pelanggan, tapi juga harus bermanfaat untuk mayarakat. Entrepreneurship sejati tidak akan mengeluarkan produk atau jasa yang akan merusak masyarakat.
Yang keenam, seberapa besar market sizenya dan seberapa besar yang dapat diambil? Ini penting UC Onliners. Kenapa? Sebab, Entrepreneur harus berhitung. Angka tidak pernah bohong. Dia harus bisa menghitung, ini nilainya berapa market sizenya dan berapa banyak yang bisa diraih oleh dia? Tanpa pemahaman tentang market size, akan berbahaya. Jangan-jangan marketnya tidak besar? Dan ketika dia masuk, dia kaget tidak banyak yang membeli. Jangan lupa gunakan angka. Angaka tidak pernah bohong.
Dan yang terakhir, apakah saya sudah melakukan verifikasi? Setiap asumsi-asumsi atau pemikiran, ataupun hasil inovasi yang ada di kepala kita harus diverifikasi di pasar. Artinya apa? Luangkan waktu bertemu dengan pelanggan yang kita pikir merekalah yang akan membutuhkan produk kita. Bicarakan ide anda dengan mereka. Tanya pendapat mereka. Sampaikan gagasan anda. Verifikasi semua konsep yang ada di kepala anda. Dan dengarkan pendapat mereka. Kalo mereka mengatakan, “Wah, betul ini yang kami butuhkan”. Artinya, anda sudah selesai melakukan verifikasi. Dan anda baru saja merubah sebuah ide bisnis menjadi sebuah peluang bisnis.
Saya teringat sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu, saya menyiapkan konsep Entrepreneurship Ciputra Way. Saya mendiskusikan dengan Pak Ciputra. Saya menyampaikan kepada beliau, “Pak Ciputra, seorang Entrepreneur itu dari riset yang saya lakukan, itu melakukan tiga hal. Yang pertama adalah Opportunity Seeking atau mencari peluang. Yang kedua, Innovation atau berinovasi. Dan yang ketiga, Calculated Risk Taking atau mengambil resiko yang terukur”. Waktu saya sampaikan pada Pak Ciputra tentang tiga hal ini, Pak Ciputra berpikir, lalu kemudian dia mengatakan suatu kalimat yang merupakan suatu pencerahan untuk saya. Dia mengatakan begini, “Antonius, jangan tulis Opportunity Seeking. Kamu harus tulis Opportunity Creation”. Opportunity/ peluang jangan dicari, tetapi harus diciptakan. Wah, ini sungguh-sungguh pencerahan buat saya. Saya terkesima, dan kemudian saya mencari literatur dan berpikir “Apa artinya ini?” . Nah, setelah melalui berbagai buku yang saya coba saya baca dan saya pikirkan. Saya ingin menjelaskan kepada UC Onliners apa yang dimaksud Pak Ciputa sebagai Opportunity Creation atau peluang yang diciptakan?
Mari kita lihat matrik berikut ini. Kalau anda melihat matrik yang ada di sebelah kanan saya, di situ ada bagian demand atau permintaan, dan ada bagian supply. Ada permintaan yang sudah jelas. Ada permintaan yang belum jelas. Ada pasokan atau supply yang sudah jelas, dan ada pasokan yang belum jelas. Ketika peluang didapat karena ada permintaan atau Demand yang tidak terpenuhi, padahal pasokannya sudah ada, kami menyebutnya sebagai Opportunity Recognizion. Bahwa, peluang dikenali. Saya ambil contoh. Suatu kali anda pergi ke dalam Mall. Anda mencari gado-gado. Anda datang ke food court, lalu anda cari gado-gado. Ternyata habis. Anda cari resto yang lain, gado-gado juga habis. Anda cari resto yang lain di dalam Mall itu. Antriannya panjang. Kalau anda sensitif dalam peluang, langsung “tuing..”. “Wah, kalo buka usaha di Mall ini, buka gado-gado”. Kenapa? Yang dicari sudah jelas, yang nyari pun sudah jelas. Jadi, Demand sudah jelas, Supply juga sudah jelas. Nah, itu Opportunity Recognizion.
Yang kedua, Opportunity Seeking. Opportunity Seeking adalah barangya sudah ada, tapi ini siapa yang butuh kita belum tahu. Ini kadang-kadang kita mendapat barang dari teman, mendapat barang dari luar negeri dibawa kemari. Nah, jualnya bagaimana? Sebab apa yang dibutuhkan di luar negeri belum tentu di sini. Kita harus berpikir. Siapa yang membutuhkan? Yang dicari di suatu daerah belum tentu itu dicari di daerah yang lain. Kita harus berpikir, itu yang namanya Opportunity Seeking atau mencari peluang.
Yang ketiga, persoalannya sudah jelas, tetapi barangnya belum jelas. Artinya, permintaan jelas sudah ada. Kalo ada barangnya, orang akan mencari, jarang akan membelinya. Tapi, belum ada pasokannya. Contoh, kita semua membutuhkan bahan bakar yang lebih murah. Kita semua membutuhkan obat. Obat kanker yang lebih murah. Tapi belum ada sekarang. Barang siapa yang menemukan ide dan megembangkannya jadi bisnis, akan jadi konglomerat yang baru. Nah, cara ini disebut oleh kami di sini Opportunity Discovery. Mendiscover sebuah peluang. Caranya tentu lewat penelitian, lewat lab, dan inovasi dipentingkan di sana.
Yang keempat, inilah yang dimaksudkan oleh Pak Ciputra, pasokannya belum pernah ada. Bahkan pelanggannya pun belum ada. Belum meminta pelanggannya. Tetapi sang Entrepreneur mendapatkan inspirasi. Bukan sekedar inspirasi, tetapi mulai pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan pelanggan. Setelah dia memikirkannya, dia menemukan suatu gagasan yang belum ada contohnya. Bahkan, pelanggan belum merasakannya sebuah kebutuhan. Namun, ketika dia luncurkan, pelanggan tidak bisa bilang tidak. Kami menyebutnya, inilah ban hitamnya Entrepreneur. Peluang di tangan Entrepreneur yang ban hitam, tidak sekedar di cek lagi, tetapi diciptakan. Dan ketika dia mencipta, dan itu berhasil meyakinkan pelanggan, pelanggan tidak bisa bilang tidak. Contoh, barangkali iPad. iPad dalam 28 hari satu juta orang membeli. Tidak tahan untuk mendapatkannya. Orang antri untuk mendapatkannya. Dan i-Pad akan meredefinisi cara kita berkomunikasi, cara kita membaca buku, cara kita berjejaring dan lain-lain. Ini sebuah produk yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya dan membuat pelanggannya bisa berbondong-bondong untuk membelinya. Untuk mendapatkannya.
UC Onliners, inilah penjelasan kami tentang peluang dan sangat peting memahami peluang yang diciptakan atau Opportunity Creation. Ini pasti tidak gampang. Tapi kita bisa berlatih untuk terus menerus bagaimana berpikir dengan kreatif dan kemudian menciptakan peluang.
Demikian penjelasan tentang peluang atau Opportunity untuk penciptaan bisnis. Semoga bermanfaat untuk anda semua UC Onliners.
Saya Antonius Tanan dari Universitas Ciputra dan..
Salam Entrepreneur.

Transkrip Video: New Product & New Market – Denny Bernardus
UC Onliners, Salam Entrepreneur…
Saya akan melanjutkan pembahasan yang disampaikan oleh Pak Ciputra dan Pak Antonius Tanan tentang peluang. Memang benar yang telah disampaikan bahwa peluang bisnis adalah sangat penting sebagai sebuah awal karier anda untuk menjadi seorang Entrepreneur. Kita bersyukur bahwasanya ada seorang ahli marketing strategy yaitu Igor Ansoff seorang dari Harvard telah membantu kita dengan empat kuadran yang telah disampaikan oleh Pak Antonius Tanan dan saya akan menyampaikan secara contoh yang telah dilakukan oleh teman-teman kita para mahasiswa di Universitas Ciputra.
Dalam matrik Ansoff, peluang dijelaskan melalui dua sumbu. Sumbu pertama adalah pasar. Di mana dibedakan antara pasar eksisting (sudah ada) dan pasar yang diciptakan baru. Sumbu kedua adalah tentang produk itu sendiri. Dibedakan sebagai produk eksisting maupun produk yang baru. Dua sumbu tersebut Sumbu pasar dan sumbu produk menciptakan empat kuadran. Kuadran yang pertama, jika pasarnya ada, produknya ada, kita sebut sebagai peluang yang sudah kita kenal. Atau biasa disebut sebagai Opportunity Recognizion. Kuadran yang kedua, pasarnya baru diciptakan, produknya merupakan produk yang sudah ada, maka disebut sebagai peluang yang dicari, atau Opportunity Seeking. Kuadran yang ketiga, pasarnya ada, produknya baru, disebut peluang yang ditemukan. Atau disebut Opportunity Discovery. Kuadran keempat, pasarnya baru, produknya baru, adalah peluang yang dikreasikan. Atau Oppotunity Creation. Keempat kuadran: Kenal, Cari, Temu, dan Kreasi inilah yang oleh para Entrepreneur dapat dipakai sebagai sebuah pijakan pertama dalam menciptakan bisnis.
UC Onliners, kita mulai dengan contoh kuadran yang pertama. Yaitu sebuah bisnis dari mahasiswa UC tahun 2011. Hadi Kurniawan, Moch. Afiev, dan Doni Drestanta. Mereka bertiga melihat, berpikir, berkesan, bertindak, dan berentrepreneur dari sebuah situasi yang mereka temukan. Adanya banyak sekali anak-anak sekolah yang pada jam sekolahnya itu membeli bakso. Sejujurnya mereka melihat bahwa banyak bakso yang dijual di sekolah-sekolah itu tidak sehat. Maka, ketiga mahasiswa ini dengan grupnya yaitu, Pentol Arcip. Mengusulkan sebuah inovasi produk bakso, yaitu pentol mini, pentol original, tahu isi pentol, dan gorengan pentol. Mereka melakukan inovasi dengan mengisi bakso-bakso kecil mereka dengan keju dan juga udang. Dengan inovasi mereka, mereka berusaha menyediakan makanan ringan bagi siswa, namun sehat. Hasilnya bisa ditebak, bahwa dalam waktu yang sangat singkat pentol Arcip ini dapat menggandakan bisnisnya mulai dari satu stan, satu outlet dengan tempo enam bulan mereka saat ini sudah memiliki empat belas outlet di seputar kota Surabaya.
UC Onliners. Pada kuadran yang kedua, peluang yang dicari. Sekali lagi sebuah kelompok mahasiswa Universitas Ciputra tahun 2011 dalam grupnya yaitu K-Nifes, cover your knifes. Mereka menawarkan sebuah solusi bagi pada Chef, pada penggemar memasak untuk memiliki sebuah tas yang fashionable dan juga aman bagi diri mereka. Mereka membuat sebuah tas khusus yang digunakan bagi para chef. Mereka bisa menyimpan pisau-pisaunya dengan aman dan tetap fashionable. OC Onliners, K-Nifes, awalnya sebuah bisnis mahasiswa yang memproduksi tas, namun setelah mereka melihat, berpikir, berkesan, beraksi, dan berentrepreneur. Melihat sebuah peluang pasar yang baru dari kelompok mereka yang gemar memasak, mereka menciptakan tas khusus para Chef. Mereka menjual dengan harga yang lebih mahal, dan menciptakan margin yang besar daripada dia menjual tas konvensional.
UC Onliners, untuk contoh kuadran yang ketiga, kuadran peluang yang ditemukan. Saya memiliki Richard, Handika, Isa, Zhou Cheng Yu, dan Christian. Mereka berlima adalah mahasiswa UC angkatan tahun 2011. Dalam keseharian mereka, mereka melihat, berpikir, berkesan, beraksi, dan berentrepreneur. Mereka melihat bahwa ada sekelompok teman-teman mereka yang hidupnya vegetarian kesulitan dalam mencari makanan siap saji. Untuk itu mereka berlima menyediakan produk siap saji, namun khusus untuk vegetarian. Namanya “Boekan”. Boekan ayam, Boekan Sapi, Boekan Kikil. Produk-produk nabati mereka saat ini sudah banyak dipakai. Bahkan hari ini Boekan masuk dalam coverage sebuah media, melakukan kerja sama dengan salah satu hotel bintang empat di Surabaya yang menyajikan makanan vegetarian khusus merek Boekan.
UC Onliners, kuadran keempat, yaitu peluang yang dikreasikan. Pada kesempatan sebelumnya, saya sudah menceritakan tentang keberhasilan Buana salah satu alumni kita yang berhasil dengan produk minyak angin. Tetapi kemasannya adalah deodorant. Roll On. Kita bisa memahami bahwa ciptaan baru, kreatifitas baru dari Buana ternyata diterima oleh pasar yang sebelumnya tidak menginginkan produk minyak angin dengan cara roll on.
Demikian UC Onliners, empat macam peluang. Peluang yang dikenali, peluang yang dicari, peluang yang ditemukan dan peluang yang dikreasikan dari matrik Ansoff dengan contoh-contoh bisnis dari mahasiswa kami.
Semoga sesi ini bermanfaat dan menginspirasi bagi para UC Onliners.
Saya Denny Bernardus.
Salam Entrepreneur...